"Saga, kok masih disini?"
"Papa?!"
~•~
Mata Sagara terpejam seiring permohonan doanya terucap. Angin-angin berdesir kencang menerpa wajah halus pemilik doa, seakan-akan membawanya ke suatu tempat.
Rengkuhan lembut disekujur tubuh tak bisa Sagara hindari, sesuatu telah menariknya terlalu jauh. Tubuhnya seperti melayang dan terjatuh begitu saja.
Degup jantung terdengar sampai gendang telinga, perasaan terkejut membuat Sagara hampir menjatuhkan organ terpenting miliknya.
Perlahan ia membuka kedua mata hati-hati, cahaya terang masuk hampir membutakan netra. Sejenak Sagara terdiam, membiarkan matanya menyesuaikan diri dengan hal yang baru ia rasakan.
Di kedua tangannya masih tergenggam erat sebuah kotak berukuran sedang yang menemaninya melintas waktu. Sagara meremas permukaan kotak itu, mengingat seluruh kejadian yang ia lalui berbulan-bulan.
Hingga tepukan di bahu berhasil memecah lamunan Sagara, tubuhnya masih belum siap menerima kenyataan yang datang.
Sontak ia berbalik, menoleh kaget saat melihat rupa seseorang yang paling di nanti saat ia tiba. Di hadapannya, berdiri seorang pelayan pria mengenakan seragam kerja seperti 18 tahun lalu.
"Saga," Panggil pria itu, suaranya terdengar tegas, "Kok masih di sini?"
Sagara tercengang, waktu seolah berhenti memberi kesempatan untuk dirinya berpikir. Menatap lamat wajah pria didepannya, takut salah orang.
"Papa?!" Seru Sagara ragu.
Pria itu menatap bingung, terheran melihat tingkah anak di depannya yang seperti baru pertama kali melihatnya. Tak mendapat respon apapun, membuat Sagara memutar otak, mencari celah untuk menarik perhatian pria dewasa itu.
Telapak tangan Sagara menangkup wajah pria di depannya, jarinya dengan lihai menyusuri garis tegas pemilik rupa manis tersebut.
"Papa?!!" Sagara memanggil lebih tegas, berharap respons yang lebih jelas.
Masa bodoh dengan panggilan yang belum terjawab. Sagara yakin ia tidak salah orang, lantas ia menerjang tubuh pria itu, memeluknya erat dengan penuh kerinduan.
Pria itu tampak terkejut sejenak, tetapi perlahan ia membalas pelukan Sagara dengan lembut.
"Gallen? Ini beneran Gallen Pradipta?" tanyanya memastikan, di sela pelukan yang masih belum terlepas.
Mendengar nama itu keluar dari bibir anak di depannya, pria itu seketika mendorong tubuh sang empu. Raut wajahnya menampilkan keterkejutan, ketidakpercayaan, dan sedikit kemarahan.
Tanpa aba-aba, telapak tangannya melayang ke bokong anak itu. "Kurang ajar ya sekarang! Manggil orang tua pake nama!" serunya, tak mengindahkan Sagara yang mengaduh kesakitan.
Hukuman Sagara tidak berhenti sampai di situ, pria yang di ketahui bernama Gallen Pradipta malah menambah jeweran pada daun telinga.
"Rasain! Tadi minta makan, pas udah jadi malah bengong di luar. Terus manggil nama lagi, akrab lo sama gue?" omelnya dengan nada marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanfictionDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...