"Udah, Len. Paling juga masalah sepele, gak usah di pikirin." Timpal Hakham saat melihat Gallen tengah memikirkan hal yang sama dengannya.
Hakham tahu pasti Alvin mendesak Sagara untuk bertemu karena ada masalah yang sangat serius. Namun, ia mencoba mengesampingkan itu, Sagara pasti baik-baik saja.
~•~
Sebagai orang awam, tentu saja Hakham dan Gallen tidak memahami sepenuhnya peristiwa yang dialami anak mereka. Mereka masih membutuhkan bantuan Alvin, yang katanya adalah orang pintar.
Kalimat penenang yang dilontarkan Hakham kepada Gallen ternyata tidak membantu sama sekali; keduanya tetap tidak berhenti memikirkan hal-hal negatif mengenai Sagara.
Dan di sinilah mereka bertiga, menghabiskan sepiring makanan di meja makan. Almira baru saja kembali pergi ke rumah sakit, menyisakan keluarga kecil itu dalam keheningan.
Sesuai permintaan Alvin semalam, kini Hakham mulai membuka suara. "Saga, kalo udah selesai makan langsung siap-siap. Kita mau ketemu Alvin di Cafe."
Kerutan halus muncul di kening Sagara, raut semangatnya berubah suram seolah tahu alasan Alvin ingin menemuinya. "Saga gak mau, Pi. Pasti Mang Alvin mau suruh Saga balik ke masa depan."
Hakham menarik napas panjang, sejujurnya ia masih ingin Sagara menetap di sini lebih lama. Namun, nada bicara Alvin semalam mengisyaratkan bahwa topik pembicaraannya sangat serius.
"Gue juga gak mau lepas lo secepat ini, tapi untuk sekarang kita harus ikutin instruksi dari dia, Saga." kata Hakham dengan suara yang berusaha tegar meskipun hatinya berat.
Decakan kesal keluar dari mulut Sagara, ia bersikeras tidak mau kembali lebih awal. "Ck! Tapi Pi Sa-" Protesnya terpotong oleh suara mengintimidasi dari Hakham, membuat Sagara langsung kalah tanpa perlawanan lagi.
"Sagara." kata Hakham dengan nada tegas.
Rasa khawatirnya memuncak seiring berjalannya waktu. Sedari semalam, ia tidak tenang, matanya terus-menerus mengawasi bayangan anaknya yang kian lama semakin memudar.
Meskipun belum seminggu, Hakham merasakan ikatan batinnya dengan Sagara menguat. Setiap hari, keterikatan itu semakin mendalam, membuatnya sulit membayangkan hidup tanpa adanya Sagara.
"Papi cuma takut kamu kenapa-kenapa kalo masih berada di masa ini. Jadi, untuk sekarang, Papi mohon nurut sama omongan Alvin,"
Setelah mengatakan itu, Hakham melihat Sagara menundukkan kepala, menahan perasaan yang campur aduk. "Iya, Pi." kata Sagara dengan suara pelan.
~•~
Wangi kopi menguar ke penjuru ruangan, menemani para pembeli menyesap habis secangkir kafein di atas meja. Rasa-rasanya hari ini memang sedang banyak orang yang datang, menikmati suasana kafe yang hangat dan nyaman.
Di sudut kafe, Alvin duduk di meja kecil dengan ekspresi serius, menunggu kedatangan Hakham, Gallen, dan Sagara. Matanya sesekali melirik pintu masuk, memastikan keluarga kecil itu sudah datang.
Hingga lonceng berdenting seiring pintu terbuka, menampilkan Hakham dan dua lainnya di belakang. Alvin bangkit sejenak, memudahkan mereka untuk melihatnya. Seketika kemudian, mereka berjalan menghampiri meja, lalu Alvin mempersilakan ketiganya duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanfictionDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...