Dari pintu masuk pun terlihat Hakham akan menghampiri ketiganya. Membuat Alvin semakin memelas.
'Mati gue, bapaknya keluar.'
~•~
Sepulang dari kediaman Shen, Sagara berlari menuju kamar Gallen. Ia meraih sebuah box berukuran sedang yang tersimpan aman di atas lemari pakaian.Sebelum membuka box itu Sagara lebih dulu mengunci pintu kamar. Untung saja Gallen tidak mengikutinya dan memilih membantu Sajiwa mengurus Cafe.
Jantungnya berdebar kencang saat kedua tangan itu membuka penutup box. Ucapan Alvin membuat Sagara harus kembali membuka kotak keramat itu. Jujur saja Sagara belum siap mengetahui semuanya, setelah terjebak disini ia enggan sekali menyentuh bahkan untuk melihat pun ia malas.
Masing-masing tangannya mengambil beberapa kertas dan surat yang tersusun rapi disana. Sagara baru menyadari ada sejumlah tiket bioskop yang Papi-nya simpan dan waktunya tepat pada saat kencan pertama kemarin.
Kini sorot matanya fokus memeriksa surat-surat kelahirannya. Tubuh bongsor itu bergetar hebat, mata Sagara membulat tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Tanggal lahirnya menghilang...
'Gue gak bakal lahir...?'
Gedoran pintu dari luar berhasil memecah lamunan Sagara. Ia segera merapikan kekacauan yang ia buat.
"Saga, buka pintunya! Makan dulu!" Teriak Gallen sembari menggedor pintu kamarnya.
Sagara membuka pintu itu masih dengan perasaan kalut. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, binar dari mata yang selalu menatap Gallen itu hilang dan berubah menjadi kekosongan.
Merasa aneh dengan sikap Sagara yang berubah drastis dalam hitungan jam membuat Gallen khawatir. Ia menaruh punggung tangannya meraih kening si bongsor.
"Saga, kenapa?" Badannya tidak panas, namun itu tidak menghilangkan rasa khawatir dalam diri Gallen. Ia menggoyangkan bahu remaja didepannya.
Tanpa aba-aba Sagara memeluk erat tubuh Gallen, lebih erat daripada pertemuan pertama mereka. Gallen mundur selangkah karena tidak siap menerima tubuh bongsor remaja di depannya.
Sagara menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gallen, sambil sesekali menghirup aroma tubuh Papa-nya.
"Saga... Minta maaf kalo selama ini banyak salah dan udah ngerepotin." Gallen mengerutkan dahi bingung.
"Saga gak mau pisah sama Gallen."
"Emang lo mau kemana? balik kerumah?" Tanya Gallen penasaran.
"Balik ke tuhan kayaknya." Gallen segera menampar mulut Sagara keras. Sang empu meringis kesakitan.
"Ngomong sekali lagi kayak gitu, gue marah." Gallen melenggang pergi ke bawah meninggalkan Sagara yang masih terpaku di depan kamar.
~•~
Keesokan harinya. Di Cafe milik Daniel sudah ada Hakham yang menemani Gallen kerja kelompok, dan juga Alvin sebagai partner kerja Gallen.Sagara sesekali menimbrung saat pekerjaan Cafe sedang senggang. "Kalian selesainya kapan?" Tanya Sagara ke-5 kali.
Gallen mengubah fokusnya kepada Sagara. Anak itu rutin menanyakan hal yang sama berkali-kali membuat ketiganya jengah.
"Sebentar lagi, Saga. Emang mau ngapain kalo ini selesai?"
Ketiga orang itu memandangnya penasaran, Sagara menggaruk leher kikuk. Ia sadar ketiganya sangat muak dengannya.
"Ada urusan sama mang—eh maksudnya Alvin." Sagara menepuk bibirnya sendiri karena sudah latah tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanfictionDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...