Gallen terjatuh ke aspal, tubuhnya melindungi anak balita yang tadi ia bawa bersamanya. Sagara segera berlari ke sisi Gallen, air mata mengalir deras di wajahnya.
Hati Sagara dipenuhi kecemasan dan harapan, atau mungkin tidak ada harapan lagi...
~•~
Hari itu adalah saat di mana Wiratama meninggalkan rumah mendiang mertuanya. Almira—istrinya, tidak main-main ketika mengucapkan perceraian. Pagi-pagi sekali, koper dan berkas penting miliknya sudah bersih tak tersisa.
Pada kenyataannya, Almira sudah mengurus perceraian secara diam-diam beberapa hari setelah perjodohan Hakham dan Ranti. Puncaknya adalah ketika Sajiwa datang ke rumah untuk meminta pertanggungjawaban atas nama Gallen, ia segera membayar orang untuk mempercepat prosesnya.
Segala kekuasaan yang ia miliki sekarang hanya jabatan politik serta jiwa dan raganya saja. Dalam semalam, wanita itu berhasil mengambil alih bisnis yang baru ia bangun dengan namanya.
Padahal sejak awal bisnis itu selalu di urus Almira, Wiratama tidak pernah terjun langsung, ia hanya bisa bertanya tentang keuntungan yang didapat.
Dalam apartemen kecil di pusat kota, Wiratama kembali merogoh ponsel lawas miliknya. Ia menekan beberapa huruf dari nama seseorang yang ia percayai, dan panggilan berdengung, mengisi ruangan kecil tempat tinggalnya sekarang.
Hingga beberapa saat kemudian, seseorang di balik telepon menjawab panggilannya. Wiratama mengisap rokok di sela jarinya, sebagai pengganti kopi favorit buatan tangan Almira.
"Halo, Pak."
"Anak itu, ada dimana dia sekarang?" Tanya Wiratama dengan nada tegas.
"Masih di pasar, Pak."
Wiratama menghela napas panjang, mengisap rokok di sela jarinya, merasakan kepulan asap mengisi paru-paru. Di dalam apartemen kecil itu, ingatan tentang semalam terus menghantuinya.
"Pak, sekarang mereka pergi ke taman dekat rumah Ibu Almira."
"Rumah istri saya." Tekan Wiratama tidak terima.
"Awasi dia terus, saya akan segera kesana. Tetap beri laporan setiap aktivitasnya." perintah Wiratama dengan nada dingin.
"Baik, Pak," jawab suara di telepon tanpa ragu.
Telepon di tutup, Wiratama mematikan putung rokoknya, mengambil kunci mobil yang sudah dipersiapkan sejak semalam. Langkah kakinya beranjak pergi menuju basement.
Mesin mobil menyala seiring pedal gas dipijak. Mobil sedan melaju membelah jalanan kota dalam sekejap mata, meninggalkan apartemen kecilnya jauh di belakang.
Wiratama fokus pada jalanan yang terbentang di depannya, wajahnya serius dan penuh konsentrasi.
Hingga kini ia berada tak jauh dari taman, tangannya mengambil ponsel yang tergeletak di jok penumpang. Kolom pesan menyematkan satu notifikasi dari tangan kanannya, memberitahu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk melakukan aksinya.
Isi pesan tersebut mengonfirmasi rincian terakhir yang ia butuhkan dan memberinya dorongan terakhir untuk melanjutkan rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
Fiksi PenggemarDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...