19. Persimpangan Takdir

2.2K 293 44
                                    

Enjoy reading y'all!!

~•~

Air muka Sagara berubah panik, belum, ia masih enggan kembali ke masa depan. Sagara masih harus memastikan Papa dan Papi-nya berakhir dengan pernikahan. Ia takut jika kembali sekarang masa depan belum berubah...

~•~

Pulang dalam perasaan gundah, pikiran Hakham terpecah antara kegelisahan yang tak kunjung reda. Di satu sisi, ia merasa berat jika anaknya harus meninggalkan masa ini begitu cepat. Di sisi lain, pikirannya dipenuhi oleh berbagai cara menghadapi sifat egois Ayahnya.

Saat ini, ia sedang mencoba fokus pada satu hal terlebih dahulu. Hakham membayangkan percakapan seperti apa yang akan ia lakukan ketika tiba di rumah. Setelah mengetahui perlakuan Wiratama di belakangnya dari Sagara, ia takut tiba-tiba menghantam ayahnya.

Mobil sedan yang ia kendarai telah sampai di garasi rumahnya. Sebelum keluar dari mobil, matanya menangkap mobil Wiratama yang sudah terparkir rapi di sana, menandakan bahwa pemiliknya sudah berada di rumah.

Hakham duduk sejenak di dalam mobil, mengatur napas dan emosinya. Ia menegaskan pada dirinya sendiri untuk memprioritaskan keluarganya di atas segalanya kali ini. Ia bertekad untuk mengesampingkan hal-hal buruk dan tidak akan menyesali keputusan yang ia ambil.

Jejak langkah Hakham menggema di penjuru rumah yang sepi. Cahaya lampu dari ruang keluarga membimbingnya menuju ruangan itu. Di sofa, ayahnya tampak sedang memeriksa pekerjaan pada secarik kertas.

Hakham menebak bahwa bundanya tidak ada di rumah, karena Wiratama hanya duduk di ruang keluarga sambil memeriksa beberapa dokumen tanpa ditemani kopi hitam buatan sang istri.

Perasaan gugup tak dapat terelakkan oleh Hakham. Setelah berdiam diri di tempat selama beberapa saat, akhirnya ia memberanikan diri untuk menghadap Wiratama. Dengan langkah hati-hati, ia mendudukkan diri di salah satu sofa kosong yang berada di sebelah ayahnya.

Desahan keras mengalihkan perhatian Wiratama dari secarik kertas di tangannya. Mata gelapnya  kini tertuju pada anak semata wayangnya.

"Hakham tau kalo ayah nyuruh Gallen buat gugurkan kandungannya." Ucapan Hakham hanya di anggap angin lalu oleh pria tua itu, ia kembali memfokuskan diri pada benda tangannya.

“Yah, kenapa? Itu anak Hakham! Cucu Ayah!” Hakham mendapat respon acuh yang sama, membuatnya semakin geram. Dengan kemarahan yang memuncak, ia menarik kertas itu, meremasnya dengan kasar, dan melemparkannya sembarangan.

Merasa topik pembicaraannya semakin menarik, Wiratama sedikit mencondongkan diri ke arah Hakham. "Kamu menganggap anak itu bagian dari Wiratama? Yang benar saja, Hakham. Lucu sekali kamu."

Mendengar pernyataan Wiratama membuat Hakham naik pitam. "Lucu? Ini tentang tanggung jawab, Yah. Hakham gak bisa mengabaikan mereka gitu aja, mereka selamanya bagian dari Hakham!" ujar Hakham dengan nada marah dan penuh tekad.

Pria tua itu terkekeh, lalu berkata dengan nada sinis, "Jangan banyak bermimpi tentang tanggung jawab. Ayah akan menikahkan kamu dengan Ranti. Bahkan Gallen sudah mendengar hal itu kemarin."

"Gak! Hakham gak mau. Tanpa restu ayah pun, Hakham bakal tetap tanggung jawab dan menikahi Gallen!" Hakham berseru, menatap ayahnya dengan mata yang berapi-api.

Wiratama membalas tatapan tajam itu dengan kekesalan yang mendalam; seumur hidupnya, baru kali ini anaknya memberontak.

"Anak itu aib, Hakham! Dia tidak normal, aneh, dan akan mempermalukan kita semua!" Teriak Wiratama menggebu-gebu.

Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang