Sebulan telah berlalu, banyak hal yang masih sama dan beberapa sudah berubah.
Sagara masih terjebak di tahun 2004. Bukan karena anak itu tidak mau kembali ke zamannya, hanya saja ia tidak mengerti.
Beberapa kali ia mencoba mengulang adegan saat terjebak di zaman ini. Meniup lilin seperti orang gila dan itu hanya mengundang tawa dari Sajiwa.
Berbeda dengan Gallen dan Hakham. Kedua sejoli itu terlihat semakin dekat, Hakham sangat gencar mendekati sang pujaan hati. Seringkali remaja jangkung itu membawa Gallen keluar setelah pulang sekolah atau bekerja, membuat Sagara semakin sulit memantau orang tuanya.
Bahkan pagi ini Hakham sudah duduk di salah satu meja Cafe mengenakan seragam sekolah. Ia menunggu Gallen turun untuk di ajak berangkat bersama.
"Hakham, lo nunggu lama ya?" Gallen berlari menuruni tangga tergesa-gesa.
"Santai aja len, gue baru datang juga." Hakham mengusak kepala Gallen gemas.
Keduanya menaiki mobil sedan milik Hakham. Sebelum mobil itu berjalan keluar dari lahan Cafe, dengan jahil Hakham membuka jendela mobil dan melambai pada Sagara yang tengah memelas di depan pintu.
"Dah... Bocah! Kerja yang rajin, kita mau sekolah dulu!"
Ayah dan anak itu sudah sedikit akur sejak si ayah menginap sebulan yang lalu. Walau tak bisa di pungkiri perkelahian kecil tetap terjadi di antara mereka.
~•~
"Kerjakan tugas kerajinan ini sama teman sebangku kalian, mengerti?" Ujar Pak Joko selaku guru seni budaya.
Semua murid serentak menjawab paham pada Pak Joko. Ruangan yang semula sunyi, seketika menjadi bising oleh sahut-sahutan murid. Begitupun Alvin, laki-laki itu menyenggol lengan kiri Gallen.
"Seneng gue, tugas kerajinan di bikin kelompok. Bisa hemat uang, ya gak, Len?" Gallen hanya mengangguk pada remaja di sampingnya.
Seni budaya adalah pelajaran terakhir hari ini. Setelah Alvin berucap dengan kebetulan bel sekolah berbunyi, menciptakan perasaan lega di hati semua orang.
"Karena jam pelajaran sudah habis, silakan bersiap-siap untuk pulang." Ujar Pak Joko setelahnya ia langsung meninggalkan kelas. Semua murid kembali ribut karena tidak sabar untuk pulang.
"Len, kita kerjakan hari ini aja. Di rumah tuan muda Ricky." Kata Alvin sambil membereskan barangnya di atas meja.
Mendengar itu sontak Gallen membulatkan matanya, "Emang dia bolehin, Vin?"
Alvin terdiam sejenak karena ia sendiri tidak yakin. Pandangannya lurus menatap Gallen mencoba meyakinkan remaja di depannya.
"Boleh aja. Dia hari ini gak bolehin gue main keluar, jadi lo aja yang ke rumah."
Gallen memandang Alvin intens mencari celah kebohongan temannya, yang sayangnya tidak terlihat.
"Habis pulang sekolah langsung aja ya, Len. Bawa anak lo juga, si Saga gue mau kenalan." Alvin menggendong tasnya kemudian langsung berlari keluar kelas tanpa menunggu jawaban dari Gallen.
Sedikit heran melihat tingkah Alvin yang aneh, tanpa sengaja ia melihat sosok yang ia kenal dari pintu masuk. Itu Hakham yang lagi-lagi menunggu dan menjemput dirinya.
Gallen segera mengambil tas dan berjalan keluar menghampiri remaja jangkung tersebut. Reflek Hakham menggenggam jemari Gallen saat sang empu sudah berada di sebelahnya.
Perlakuan Hakham itu mendapat perhatian dari beberapa murid lain. Tidak merasa risih sama sekali, Hakham malah semakin mengeratkan genggaman pada Gallen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanfictionDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...