"Bahtera takdir yang tak semestinya, kini terbungkam dalam janji sehidup semati."
__________________________
Kepergian Sagara beberapa bulan lalu meninggalkan sebuah janji kepada Hakham untuk menikahi Gallen. Tanpa rasa keberatan, dan dengan senang hati, Hakham mewujudkan permohonan sang anak.
Di usia 4 bulan kehamilan Gallen, Hakham datang bersama Almira dan Wiratama mengunjungi Cafe milik Daniel. Setelah memutuskan perjodohan dengan Ranti dan disetujui oleh semua pihak, termasuk Wiratama yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, kini akhirnya mereka datang untuk melamar Gallen.
Pertemuan dua keluarga itu berjalan lancar dan membuahkan hasil seperti yang diharapkan oleh Hakham dan Gallen, berbeda dengan pertemuan sebelumnya.
Dua minggu setelah pertemuan itu, mereka semua meninggalkan tanah kelahiran menuju salah satu kota di Belanda. Kota Amsterdam menjadi saksi pernikahan Hakham dan Gallen.
Upacara pernikahan diadakan di tepi kanal yang tenang, di apit oleh bangunan bersejarah dengan arsitektur khas Belanda. Gallen berjalan perlahan menuju altar bersama Sajiwa yang setia mengantarnya.
Langkah kaki keduanya berhenti di hadapan Hakham. Sajiwa melepaskan tautan lengan adiknya, menatap sendu mata serigala yang hampir menangis. Ia menyerahkan Gallen kepada Hakham, yang sudah mengulurkan tangan menyambut adiknya.
Jas putih terbalut apik di kedua tubuh pengantin, Hakham memandangi indahnya Gallen yang berdiri di hadapannya. Ia sudah sangat siap mengucap sumpah pernikahan.
Dihadapan semua tamu undangan dan juga keluarganya, Hakham dengan tegas mengucapkan sumpah pernikahan.
“Di hadapan keluarga dan teman-teman, saya, Hakham, berjanji untuk mencintaimu, Gallen, dalam keadaan apa pun. Saya akan mendukungmu, menghargai, dan setia padamu seumur hidupku. Aku berjanji untuk menjadi pasangan yang baik, baik dalam suka maupun duka.”
Gallen, dengan mata berkaca-kaca, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. “Di hadapan keluarga dan teman-teman, saya, Hakham, berjanji untuk mencintaimu, Gallen, dalam keadaan apa pun. Saya akan mendukungmu, menghargai, dan setia padamu seumur hidupku. Aku berjanji untuk menjadi pasangan yang baik, baik dalam suka maupun duka.”
Pemandu acara mengarahkan keduanya untuk melakukan pertukaran cincin, dan entah bagaimana kejadian selanjutnya terjadi begitu cepat. Hakham menautkan bilah bibirnya dengan Gallen, memberikan lumatan singkat yang berhasil membuat Gallen terkesiap. Melihat reaksi Gallen, Hakham menyunggingkan senyum puas.
Sontak seluruh tamu undangan bertepuk tangan dan bersorak kegirangan, terutama Alvin yang sudah bersiul sedari tadi menggoda pengantin baru tanpa henti.
Sesaat kemudian, setelah keduanya turun dari altar, Sajiwa membentangkan lengannya memeluk tubuh Gallen. Sejujurnya, ia belum rela melepaskan Gallen kepada orang lain.
"Selamat, Gallen. Kakak bangga sama kamu," ucap Sajiwa, suaranya bergetar. Pelukan itu semakin erat, dan untuk pertama kalinya, Sajiwa menangis di hadapan sang adik.
Pandangannya beralih pada sosok jangkung di samping Gallen. "Hakham, gue percayakan Gallen sama lo. Tolong jangan sakiti Gallen. Dia satu-satunya keluarga yang gue punya."
Hakham menatap Sajiwa dengan serius, mengangguk menyanggupi permintaannya. "Gue janji bakal jaga dan cintai Gallen, tenang aja."
Ditengah obrolan itu, Wiratama datang menggunakan kursi roda. Ia meminta asistennya untuk meninggalkannya sebentar.
Tangannya dengan susah payah meraih telapak tangan Gallen. Menyadari sentuhan itu, Gallen menoleh dan mendapati Wiratama tersenyum simpul ke arahnya. Gallen lantas berjongkok menyamai tubuh Wiratama.
"Jangan berjongkok, kamu akan kelelahan. Hakham, ambilkan kursi untuk Gallen," kata Wiratama sambil menahan tubuh Gallen agar tidak melakukan hal tersebut. Akhirnya, Gallen duduk di kursi yang telah dibawa Hakham.
Wiratama kembali mengusap punggung tangan Gallen, dan satu tangan lainnya meraih pipi halus milik si empu. Pandangannya sesekali ia tundukkan ke bawah, menahan rasa malu saat menatap Gallen.
"Maafkan perbuatan saya, Gallen. Saya sudah sangat egois, saya terlalu memikirkan diri sendiri. Kamu mungkin tidak sudi memaafkan saya, setelah semua perlakuan saya sama kamu. Saya menyesal. Mungkin restu saya sudah terlambat untuk pernikahan kalian, namun sekarang saya sudah merestui kalian."
Gallen terdiam sejenak, terharu dengan pengakuan Wiratama. "Saya sudah memaafkan Tuan Wiratama. Terimakasih sudah merestui kami."
Wiratama tersenyum, merasa beban di hatinya sedikit terangkat. "Kamu boleh memanggil saya ayah, Gallen. Kamu mau, kan?"
Tanpa ragu, Gallen mengangguk dan memeluk pria tua itu erat-erat. Wiratama membalas pelukan itu dengan lembut. Hakham yang menyaksikan adegan itu tersenyum senang, ia memikirkan reaksi bahagia Sagara saat melihat hal ini.
Saat pelukan itu terlepas Wiratama meraih lengan anaknya, Hakham berjongkok di sampingnya bersiap mendengarkan penuturan sang Ayah.
"Ayah mungkin orang tua yang buruk untukmu, Hakham, tapi ayah harap kamu bisa menjadi ayah yang hebat untuk anakmu. Maafkan ayah," ucap Wiratama dengan suara penuh penyesalan.
Hakham menatap ayahnya, terdiam sejenak. "Hakham mengerti, ayah."
Ayahnya telah berubah menjadi lebih baik. Inilah harapan Hakham sedari dulu; ia berhasil mengubah sifat buruk ayahnya. Dan Sagara berhasil mengubah jalan hidup Hakham dan Gallen.
__________________________Samawa Hakllen uwuwuwu<3333
__________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanficDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...