"Bukan wine sih, tapi obat perangsang." Ucap Daffa.
Mereka bertiga akhirnya pergi menyusul Hakham dan Ricky. Lupa untuk meninggalkan pengaman yang mungkin saja berguna nantinya
~•~
Pagi itu, sehari setelah acara ulang tahun Hakham. Cafe yang biasanya sudah dibuka untuk menyambut pelanggan, kini terpaksa tutup karena Sajiwa jatuh sakit.
Sebagai ponakan satu-satunya, Sagara merawat sang Paman yang bahkan sampai pagi pun demamnya tidak turun. Benar kata Alvin, sepulang dari hotel ia mendapati Sajiwa sudah menggigil kedinginan di balik selimut tebal.
Sagara keluar dari kamar Sajiwa, ia baru saja selesai menyeka tubuh pamannya dengan air hangat. Langka kakinya pergi menuju meja kasir mengambil segenggam telepon rumah.
Jari tangannya dengan lincah menekan angka yang tertera di list buku telepon. Panggilan itu berdengung beberapa saat menunggu seseorang di seberang sana menjawab.
"Halo, kenapa Sayang?" Suara lembut Daniel menyapa pendengaran.
"Kak, ini Saga. Bisa ke Cafe, gak?"
"Kakak kira Jiwa. Bisa, emang ada apa, Saga?" Tanya Daniel penasaran.
"Kak Jiwa sakit, udah minum obat tapi gak turun demamnya. Kakak kesini, ya." Pinta Sagara terdengar seseorang di balik telepon terkejut.
"Astaga... Kakak kesana sekarang. Terimakasih ya udah kasih tau kakak." Daniel tanpa basa-basi langsung menutup telepon sepihak.
Telepon dimatikan bersamaan dengan itu, pandang mata Sagara tertuju pada dua orang yang berdiri didepan pintu Cafe. Dari luar ada Alvin yang tengah memapah tubuh lemas Gallen disampingnya, ia segera pergi membuka pintu dan membantu Alvin membawa Gallen ke kamar.
Tubuh ringkih itu di baringkan di kasur, badannya lantas meringkuk memeluk buntalan kapas panjang di depannya. Sagara menarik tangan Alvin turun kebawah, mereka sekarang berada di dekat pintu keluar.
Sagara menelisik lurus melihat Alvin yang berdiri dalam gelisah, "Mang, Papa kenapa?"
"Gallen sakit itu. Lo coba tanya sama dia ya nanti." Alvin melihat jam tangannya kemudian beranjak dari tempat, namun sebelum itu Sagara sempat menahannya sebentar.
"Terus kenapa Mamang antar Papa pulang pagi?" Sekali lagi Sagara bertanya penasaran.
"Kita semua nginep di hotel semalam. Lo tanya sendiri sama Gallen." Sagara kesal dengan jawaban Alvin yang tidak bisa memuaskan rasa penasarannya.
"Gak guna gue nanya ke lo, Mang. Pulang aja sana, makasih." Didorongnya tubuh besar Alvin keluar Cafe. Kebetulan Daniel juga baru sampai, ia menggeleng heran melihat itu.
Mendengar penuturan Alvin yang mengatakan Gallen sakit, Sagara berlari gusar menuju kamar. Hatinya terenyuh menyaksikan orang tersayangnya masih meringkuk tak berdaya.
Saat tangannya terulur hendak menyentuh dahi secara spontan Gallen menepis kuat membuat sang empu tercengang.
"Lo tinggalin gue... Kenapa Saga?" Lirih Gallen suaranya bergetar
Rasa bersalah tiba-tiba menggerogoti hati Sagara, "Maaf, Alvin kasih tau gue kalo Kak Jiwa Sakit."
Mata serigala itu menatap sayu, matanya berkaca-kaca menciptakan genangan air yang bisa jatuh kapan saja. Kelopak matanya pun bergetar halus, mencoba menahan luapan emosi yang tertahan.
Perasaan Gallen campur aduk antara, sedih, marah, takut dan juga gelisah menjadi satu di waktu yang sama.
"Lo harusnya ajak gue Saga..." Benteng pertahanannya runtuh, ia terisak memeluk lututnya sendiri.
Sagara kelimpungan melihat Gallen yang menangis. Selama tinggal bersama Papa-nya, Sagara tidak pernah melihat Gallen seperti ini. Ia merasa gagal menjadi anak yang baik.
"Maaf, Len." Gumam Sagara berkali-kali.
"Gue sakit Saga..." Racau Gallen di tiap isaknya.
Tangan Sagara mencoba meraih tubuh Gallen yang semakin menjauh darinya. Bahkan setitik kulitnya sulit menggapai tubuh ringkih itu.
"Jangan... gue mau sendiri..."
"Tapi Gallen sakit, mau Saga obatin." Gallen menggeleng, ia enggan menerima uluran tangan Sagara kali ini.
"Gue mau sendiri."
Sagara tidak punya pilihan lain, ia beranjak dari kamar dengan langkah berat meninggalkan Gallen seorang diri dalam tangisnya.
Ia menuju kamar Sajiwa, menghampiri Daniel yang menyuapi Jiwa dengan telaten.
"Kak, aku di usir Gallen." Adunya pada Jiwa yang tengah menunggu suapan berikutnya.
"Nanti kakak ngomong ke Gallen." Ucap Daniel.
~•~
Waktu yang sama ditempat berbeda.
Hakham duduk dipinggiran kasur hotel, terdiam dalam keheningan memikirkan perbuatannya semalam. Ia tidak menyangka sudah merusak orang yang ia cintai di hari ulang tahunnya.
Tadi, Alvin datang ke kamarnya, ia membopong tubuh Gallen keluar dari kamar. Alvin sempat berpesan pada Hakham, raut wajahnya sangat serius tidak seperti biasanya.
"Gue harap setelah ini lo bisa ngambil keputusan dengan dewasa."
Hakham mengusak wajah kasar tidak mengerti maksud perkataan Alvin. Di tengah lamunannya pintu terketuk dari luar memecah keheningan dalam kamar.
Ia berdiri melangkahkan kaki menuju pintu. Saat pintu terbuka, dirinya mendapati seorang Wanita membawa sekantong tote bag besar di tangan.
Itu Ranti, tanpa permisi ia langsung masuk kedalam kamar menaruh barang bawaannya di atas kasur.
Hakham menyusul masuk dan duduk di sofa dekat kasur. Matanya memperhatikan apa yang akan di perbuat Ranti. Wanita itu membuat secangkir teh lalu ikut duduk di hadapan Hakham.
"Happy birthday, ya." Ia menyesap teh panas itu sembari melirik wajah melas Hakham.
"Gue disuruh bokap lo kesini tadi malam, cuma baru sempat sekarang."
Kesal mendapat anggukan saja, Ranti menggerutu. "Bokap gue mau batalin perjodohan kita."
Hakham membelalakkan matanya, ia terkejut mendengar itu. Perasaan lega datang menghilangkan beban hati dan pikirannya selama ini.
Sementara itu, senyuman terukir di bilah bibir Ranti. Ia bangga karena telah berhasil membujuk Ayahnya untuk membatalkan perjodohan.
"Lo udah berhasil bujuk bapak lo belum?"
Ya, Hakham teringat akan Ayahnya. Ia masih belum menanyakan lagi perihal perjodohan itu. Gelengan kepala membuat senyum di wajah Ranti luntur. Ia menepuk jidatnya sendiri, putus asa.
"Gila! Gue gak mau tau ya, Kham." Tunjuk Ranti di wajah Hakham. Biarkan saja kalau itu tidak sopan, ia sudah kepalang kesal melihat Hakham.
Akhirnya Ranti memilih untuk beranjak pergi, meninggalkan Hakham dengan jalan pikiran yang kusut.
Hakham mulai berpikir akan maksud perkataan Alvin.
.
.
.
.To be continue...
.
.
.
.Segini dulu
See u next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
Fiksi PenggemarDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...