Percakapannya bersama Sagara tidak berjalan baik. Tapi, apa yang di katakan remaja itu sangat memotivasi Hakham untuk lebih gencar mendekati remaja bermata serigala itu. Sejenak ia melupakan perjodohan yang di rencanakan Ayahnya. Setidaknya selagi ia tidak mengacau itu akan baik-baik saja, kan?
~•~
21 Februari 2004
Hari Sabtu tepat pada pukul 9 pagi, Sajiwa tengah membuka Cafe kebanggaan kekasihnya. Tentu saja ia tidak sendiri Jiwa di bantu oleh kedua remaja yang akhir-akhir ini menjadi lebih dekat.
Gallen yang memang libur sekolah setiap sabtu dan minggu itu melakukan pekerjaan seperti biasa, sementara Sagara terlihat sibuk menyusun meja dan kursi sejak tadi.
Mereka juga kedatangan Sang owner Cafe hari ini. Daniel duduk santai di salah satu kursi mengawasi ketiga orang itu bekerja. Sebenarnya pria berambut gulali itu ingin ikut membantu, namun saat memegang sapu Sajiwa segera membawanya kembali duduk dan tugas menyapu tersebut langsung diberikan pada Gallen.
Sebelum Cafe benar-benar di buka Jiwa mengumpulkan ketiga orang itu untuk di berikan sedikit arahan.
"Hari ini tugas kasir bakal di ambil alih sama Kak Daniel, jadi nanti Sagara bantu Gallen jadi Waiter." Ketiga orang yang berada di depan Jiwa mengangguk menyetujui ucapannya.
"Bagus! Ayo ambil posisi masing-masing sudah ada yang mau beli." Jiwa menepuk pelan lengan kedua remaja dihadapannya.
Satu-persatu pengunjung mulai berdatangan. Gallen dan Sagara mengikuti arahan Jiwa dengan baik sehingga suasana Cafe berjalan kondusif. Hari libur membuat Cafe kecil ini menjadi ramai, banyak sekali anak seusia Gallen datang menongkrong bersama teman-temannya.
Ditengah keramaian tiba-tiba pintu Cafe terbuka membuat lonceng yang bertengger diatasnya berdenting. Semua orang mengalihkan pandangan termasuk Gallen dan Sagara.
Mata Gallen memandangi dua orang yang sudah tak asing lagi dalam hidupnya. Remaja jangkung yang kerap kali ia segani datang bersama remaja berambut pirang.
Itu Hakham dan Ricky mereka berjalan menuju kasir untuk memesan sekaligus membayar.
"Silakan duduk di meja nomor 7 ya, ditunggu pesanannya."
Setelah itu mereka segera melangkahkan kaki menuju meja dekat jendela.
Tak berselang lama Daniel memanggil pekerja waiters yang senggang untuk mengantarkan pesanan Hakham dan temannya. Kebetulan sekali kedua induk dan anak itu sama-sama dimasa senggang.
"Kak, buat meja nomor 7 ya?" Tanya Sagara.
"Eh... iya tolong di antar ya Saga." Sagara menerima satu nampan dari Daniel.
Begitu sampai di meja yang di tuju, terlihat remaja pirang itu sangat sumringah, matanya mengisyaratkan rasa lapar. Di lain sisi remaja di depannya tidak segan melontarkan tatapan sinis.
"Selamat menikmati, Kak."
Ricky menerima nampan penuh berisi pesanannya dengan semangat. Namun, belum sempat memakan hidangan tersebut nampan itu sudah di kembalikan pada Sagara.
"Gue mau ganti waiter. Tolong suruh Gallen yang bawa pesanan kita ke sini." Ucap Hakham dia tidak sadar remaja pirang didepannya sebentar lagi akan mengamuk.
Sama halnya dengan Sagara yang tengah meremas kuat nampan ditangannya.
"Heh! Lo tinggal terima, makan terus pulang."
"Gue gak peduli. Pembeli adalah raja, kalo lo gak mau gue bilangin ke owner-nya." Hakham menyilangkan kedua tangan dan duduk dengan angkuh. Mau tidak mau Sagara kembali untuk memanggil Gallen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanfictionDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...