05. Saingan

2.6K 293 17
                                    

"Udah jangan nangis. Kangen banget ya sama Papa? Nanti kalo ketemu Papa langsung dipeluk terus kasih tau kalo Sagara sayang sama Papa." Gallen mengelus Surai legam itu sampai empunya kembali tertidur.

~•~

Pagi itu ditengah hiruk-pikuk yang ditimbulkan kelas 12 IPA-1 Unggulan terdapat seorang siswa yang tidak bisa menahan kantuknya. Ya, itu Gallen, tertidur pulas di atas meja beralaskan tas yang penuh dengan buku berharap yang ia tiduri adalah sebuah pulau kapuk .Di tambah ia duduk di kursi paling belakang dekat jendela membuatnya lebih leluasa melakukan hal itu.

Siswa bermata serigala itu sesekali terjaga dalam tidurnya biar bagaimanapun juga ini masih disekolah dan sebentar lagi guru akan datang.

Disisi lain ada Alvin—teman sebangku Gallen— melihat dengan bingung sebab jarang sekali Gallen seperti ini.

Ia tahu Gallen sangat sibuk di Cafe tapi tidak sampai seperti seorang pekerja keras karena terlilit hutang.

Saat dirinya hampir bablas tertidur, Alvin sedikit mencolek lengannya membuat Gallen terusik.

"Lo kenapa deh loyo banget? Kalo masalah uang maaf gue gak bisa bantu."

Gallen menoleh tanpa mengangkat kepalanya dari meja, matanya memutar malas pada lawannya.

"Vin, diem dulu bentar gue ngantuk, ngantuk, ngantuuuuk..." Ia mengarahkan telunjuknya pada bibir Alvin sambil sedikit merengek.

Ia harap Alvin mengerti untuk tetap menutup mulutnya. Gallen sudah cukup lelah karena terjaga merawat Sagara. Jika kalian berpikir Sagara tertidur ia ikut juga, tidak, kalian salah. Gallen justru berinisiatif mengompres dahi anak itu yang mana sangat mengurangi waktu tidurnya.

Tapi, hal itu tidak sia-sia karena Sagara berhasil membaik dan tadi pagi sudah bisa membantu Sajiwa mengurus Cafe.

Namun, tetap saja ia menjadi teler saat di sekolah. Rasanya sedikit pusing karena kurang tidur.

Mendapat penolakan dari teman sebangku sekaligus sahabat satu-satunya membuat Alvin terus mengganggu sampai Gallen risih sendiri. Ayolah, kalau bukan Gallen siapa lagi yang akan ia ganggu.

Mereka berdua benar-benar tidak punya teman lain. Bukan, bukan karena di bully atau dikucilkan, hanya saja sekolah yang mereka tempati adalah SMA swasta tempat anak orang kaya berkumpul. Jadi, kalau mereka berbaur pun itu sulit karena kesenjangan sosial yang sangat terasa.

Pernah sekali mereka berdua berteman dengan satu anak dari kelas sebelah. Anak itu mengajak keduanya makan siang di sebuah restoran yang mana uang Gallen dan Alvin sangat pas-pasan hanya cukup untuk pulang pergi. Lantas di hari itu mereka harus menahan malu karena berhutang pada teman barunya.

Lalu bagaimana cara mereka masuk kesini? Gallen mendapatkan beasiswa karena prestasi akademiknya, sementara Alvin mendapatkan biaya pendidikan dari majikan ibunya.

"Ck! Ceritain ke gue."

Risih dengan dengan paksaan Alvin akhirnya Gallen menegakkan tubuh menghadap teman sebangkunya.

"Inget gak cowo yang ngaku-ngaku jadi anak gue? si Sagara."

"Dia kan yang antar pesanan Ricky ke Sek—"

"OH JADI ANAK LO YANG ANTAR!" Reflek Gallen membekap mulut Alvin saat ucapannya terpotong. Lihat sekarang semua siswa menatap ke arahnya.

"Bodoh! Bukan anak gue. Bilangin Tuan muda lo nanti gue ganti pesanannya." Alvin mengangguk mengiyakan Gallen, pasalnya kemarin ia di buat bingung oleh tuan muda yang marah padanya karena pesanan minuman dan kue itu belum sampai, padahal itu bukan salahnya.

Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang