21. Ujung Penyesalan

2.8K 304 10
                                    

Sagara pun ikut mengistirahatkan pikirannya sejenak, melupakan kejadian tadi, dan melupakan hari ia harus kembali ke masa depan. Ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama orang tuanya sekarang.

Semoga saja ia masih diberikan waktu menginjakkan kaki di masa ini agak lama, sampai pernikahan orang tuanya.

~•~


Masih di hari yang sama, matahari sudah mulai terbenam, menyisakan cahaya senja yang masuk melalui celah jendela. Di atas kasur king size, pemilik kamar dan dua orang lainnya terlelap begitu pulas.

Hingga salah satunya terbangun, menyadari hari sudah sore lantas ia membangunkan si pemilik kamar perlahan. Dengan sentuhan lembut di bahu dan bisikan pelan, dia berkata, "Kham, bangun udah sore."

Si pemilik kamar, Hakham, perlahan membuka matanya, berkedip beberapa saat mencoba menyesuaikan diri dengan pencahayaan kamar. Ia menolehkan kepala menatap remaja yang baru saja membangunkannya.

Mengetahui bahwa Gallen adalah pemandangan pertama yang ia lihat saat terbangun menghangatkan perasaannya. Hakham ingin terus seperti ini, membayangkan setiap kali ia terbangun, Gallen selalu ada di sampingnya.

"Kenapa, hm?" tanya Hakham, suaranya masih serak khas bangun tidur.

"Ayo mandi, kan mau jenguk Ayah kamu," jawab Gallen dengan ambigu mengundang kekehan ringan dari Hakham.

"Ayo bareng!" seru Hakham dengan senyum jahil, menggoda Gallen yang kini wajahnya sudah memerah. Gallen kemudian memberi geplakan kuat di bahu Hakham, membuat Hakham mengaduh kesakitan.

"Gantian!"

Tanpa sadar, Sagara yang tertidur di antara keduanya terbangun akibat keributan Hakham dan Gallen. Dengan mata yang masih setengah terpejam dan rambut kusut, ia mengerang pelan.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara serak, membetulkan posisi duduknya sambil mengusap matanya yang masih berat.

"Mandi, lo bau iler banget," jawab Hakham membuat gestur menutup hidung.

Sontak Sagara menciumi baju dan bantal yang baru saja ia pakai, "Ih, gak kok, wangi. Pa! Papi jahatin Saga!" Serunya kesal, menatap sinis Hakham yang sekarang malah tertawa terbahak-bahak.

Mengerjai Sagara adalah hobi baru Hakham mulai sekarang.

"Kham." Panggil Gallen tak kalah sinis, seketika Hakham terdiam.

Menyaksikan Hakham yang tak berani melawan membuat Sagara tertawa mengejek ke arahnya. Rasa puas terpancar di wajahnya, menikmati momen ketika Hakham, yang biasanya berani, kini menjadi menciut hanya karena panggilan Gallen.

"Pa, nanti malam kita tidur di sini lagi, ya?" tanya Sagara dengan mata berbinar, berharap dapat menghabiskan waktu bersama lagi.

Namun, sayang, Gallen menolak, "Kita tidur di rumah, Saga. Tapi kalo mau nginep disini, Saga nginep sendiri." Gallen memberikan senyum lembut, Sagara sendiri malah terdiam memikirkan perkataan Gallen.

"Halah... Lo gak mau, kan? Lo emang gak sayang sama gue." Keluh Hakham, seakan tahu bahwa Sagara tidak akan mau menginap tanpa Gallen bersamanya.

"Pa, please..." pinta Sagara dengan mata memelas, berusaha membujuk Gallen agar tetap mempertimbangkan keinginannya.

Gallen menghela napas panjang, memandang Hakham seakan meminta bantuan. Namun, Hakham malah ikut mendesak dengan penuh semangat.

Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang