part. 41

543 77 10
                                    

_
_
_

Jimin berusaha tak pernah menyebut nama Suga sekalipun, bahkan marah
saat papinya membahas Suga. Begitupun ketika JK menelpon. Jimin akan memutusnya jika JK
menyebut nama Suga.

"papi mau ke kantor sebentar pagi ini, ada yang perlu di tandatangani"

"gak boleh, papi udah Janji
untuk gak kerja lagi kan".
bantah Jimin

Hampir dua bulan berlalu.
Jimin berusaha menjalani hidup, dan berusaha terlihat baik-baik saja.

tak pernah adalagi pembahasan tentang Yoongi apalagi Suga.

Jin dan Jimin saling menjaga dan mengingatkan untuk tetap Sehat.

Jimin tak membiarkan Jin bekerja, dia hanya keluar rumah untuk pergi kedokter atau berolah raga. Tak jarang Jimin memarahi Aspri papinya jika melapor kan masalah yang terjadi dikantor.

Jimin juga sudah mulai latihan menari dan pertunjukan. Satu-satunya tempat Jimin untuk mengalih kan fikiran nya yang tak pernah lepas dari Suga.

Tapi semua terasa berat saat Jimin sudah sendirian dikamar.

Air mata nya terus mengalir bahkan kadang tak bisa mengontrol kesedihanya.

berteriak dalam diam memanggil nama Suga. sangat merindukannya, ingin tau tentang dia. tapi Jimin terus menahan diri.

Jimin yakin Suga sudah bahagia di sana, mungkin juga sudah menikah dengan wanita pilihannya.

entah bagaimana cara menghilangkan ingatan Suga memeluknya, atau bagaimana membalas semua pengorbanan Suga padanya.

Jimin hampir selalu menghabis kan malam menangisi semua yang telah terjadi.

Jimin mengunjungi panti di
tanggal yang sama setiap bulannya. tak lagi karna menunggu Suga, tapi sudah menjadi kebiasaan baginya.

Duduk di ayunan,dan seperti biasa memandang ke jeruji pagar depan, masih berharap Suga sedang mengintipnya dari pinggir jalan.

Jimin tau ini bodoh, karna dia sudah tau Suga jauh berada di Paris, tapi setidak nya semua itu dapat menghibur diri membayang kan kehadiran Suga.

Sekelebat Jimin melihat seseorang yang dengan bentuk tubuh tak asing berjalan diantara jeruji pagar.

Jimin berlari kedepan untuk
memastikan siapa orang itu,
kenapa dia terlihat seperti
Suga.

Sesampai di pinggir jalan
Jimin melihat orang itu
berjalan cepat menjauhi
panti

"Suga hyeong.  Itu Suga hyeong"

"kenapa dia ada disini ?."
gumam Jimin.

Apa mungkin tidak seperti
bayangan Jimin, Suga hidup
damai di Paris.

Jimin terus memikirkan seseorang seperti Suga yang baru dia lihat.

Apalagi ibu pengasuh mengatakan akhir-akhir ini Suga sering datang
ke panti, menguatkan kecurigaan Jimin

"pa, apa Suga hyeong disana?".

Hoseok gelagapan menerima panggilan telpon dari Jimin.

Haruskah membohongi Jimin lagi, sedangkan Suga berpesan memohon untuk mengatakan Suga di Paris, sudah menikah dan hidup bahagia disana sesuai
kemauan Jimin.

tak percaya dengan jawaban
papa Yoongi, Jimin mencoba
menelpon JK.

"Jekey, apa benar Suga hyeong disana"

Jk juga tak tau harus menjawab apa, karna rasanya tak tega harus berbohong pada Jimin.

"Jimina, sebaiknya kamu datang kesini dan mencari tau kebenaran nya. Hanya itu yang bisa ku katakan" jawab JK

"Apa lagi kali ini Suga hyeong, kenapa kau tak pernah mendengarkan ku, kenapa selalu memutuskan sendiri" batin Jimin.

Jimin kembali ke panti, menunggu Suga di sana. Berlarian kesana kemari sekeliling panti, berharap
menemukan Suga.

Berhari-hari mencari di semua tempat yang mungkin saja di datangi Suga.

Bingung dan tak tenang, entah kenapa Jimin tak percaya kalau Suga ada di Paris, dan yakin Suga sebenarnya ada di sekitarnya.

Di tempat latihan, dirumah sakit, bahkan didepan rumah, Jimin sering sekelebat melihat sosok seperti Suga, yang selama ini dia baikan dan menganggab itu hanya halusinasi karna terlalu
merindukan Suga.

menghabiskan malam merenung dan menangisi Suga, berharap segera pagi dan melanjutkan pencarian.

Tiba-tiba Jimin terfikir appa
Suga, satu-satunya orang yang mungkin tau tentang keberadaan Suga.

Jimin mendatangi rumah tempat dia bertemu dengan appa Suga saat HP nya di bawa lari oleh seorang anak yang katanya anak angkat pamannya itu.

Rumah sederhana itu terlihat jauh lebih rapi dan bersih dibanding terakhir Jimin berada disana.

Ragu Jimin mengetuk pintu,
namun dak ada jawaban dari dalam.

cukup lama Jimin berdiri di depan pintu rumah itu dan berulang kali mencoba mengetuknya lagi.

Suga bangun dengan sempoyongan karna terlalu mabuk semalam,mendengar pintu di ketuk berulang
kali membangunkannya.

mencuci muka sekenanya, tak peduli dengan baju dan rambutnya yang berantakan, Suga berjalan membuka pintu.

tak percaya, tapi nyata. Harapan Jimin datang untuk menanyakan keberadaan Suga pada appa nya, tapi ternyata yang membuka kan pintu adalah Suga sendiri

Suga terpaku, tak percaya Jimin berdiri dihadapan nya, bukan mimpi tapi benar-benar Jimin yang datang.

Tatapan menyimpan banyak
pertanyaan, tak dapat di hindari Suga.

"kenapa kamu disini?". Tanya Suga.

"Kenapa kamu disini ?" Jimin balik bertanya.

"lalu siapa yang menikah
dan hidup bahagia di Paris ?"

"atau mungkin kamu kembar tiga?" pertanyaan sarkas Jimin.

Suga hanya menunduk, tak
punya jawaban atas semua
Pertanyaan Jimin.

Jimin menatap Suga dalam - dalam, tak tau haruskah memarahinya, atau menangis.

Suga terlihat kacau dan berantakan, tubuhnya bahkan lebih kurus dari yang terakhir kali Jimin lihat.

Jimin sangat ingin tau apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Suga berada di rumah ini. Tapi mulutnya terkunci.

waktu seperti terhenti, mereka sama-sama terpaku diposisi itu dalam waktu yang cukup lama.

Jimin hanya menatap Suga,
air matanya mengalir tanpa bisa dia kendalikan, menangis tak bersuara.

Suga mengangkat wajah menatap Jimin,lalu berjalan pelan menghampirinya. 

berdiri tepat dihadapan Jimin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, pelan Suga menjatuhkan kening nya di pundak Jimin.

Tubuh Suga bergetar hebat
menahan tangis.

"ternyata benar. kamu tak
pernah mendengarkan ku"
bisik Jimin

Suga tak menjawab dan tetap menangis dibahu Jimin.

--- to be continued ---

WARNA LAIN [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang