10.Bertemu Papa

83 59 17
                                    

Sepulang sekolah Fahri menunggu Zara di depan kelas, dia ingin mengantarkan Zara pulang.

"Ayo aku antar pulang, aku udah nunggu kamu dari tadi"

"Gak ngerepotin?"

"Gak lah Zar, kek sama siapa aja kamu"

Tanpa ragu Zara meng-iyakan tawaran Fahri karena memang badannya masih terasa lemas untuk berjalan mencari taksi.

Mereka kini berjalan menuju parkiran, ada sepasang sorot mata yang memperhatikan mereka dari jauh "Rere". Dia berdecak kesal dan dengan tatapan tajam melihat Fahri dan Zara.

"Ayo naik Zar"

"Cieee yang lagi kasmaran" ledek dzaki

"Makannya cari pacar Lo" Fahri menatap dzaki dengan prihatin karena temannya ini sudah lumayan lama menjomblo.

"Gak ahh males gua, hati-hati zar ntar di selingkuhin Fahri" Zara melirik dzaki kaget

"Sembarangan aja Lo kalo ngomong, kamu jangan dengerin dia Zar"

Zara yang hanya diam dari tadi membuka suara.
"Kita langsung pulang aja ya, soalnya badan aku lemes banget"

"Iya Zar,gua duluan ya kii"

"Yoii, jangan ngebut-ngebut, bawa anak orang tu"

Tanpa menghiraukan ucapan dzaki, Fahri langsung pergi membawa motor nya dengan Zara yang ia bonceng.

                            _*_*_

Kini Zara sedang berbaring di kamarnya sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Sehabis mengantar Zara, Fahri sempat mampir sebentar.

Ia tidak bisa berlama-lama karena posisinya tidak ada orang lain di rumah Zara, hanya mereka berdua. Dia takut nanti tetangga dan orang di sekitarnya nya salah sangka kalo mereka hanya berduaan di dalam rumah.

"Apa gua ke dokter aja ya buat periksa" Zara berniat untuk check up langsung ke dokter karena sakit perutnya tak kunjung hilang.

Selama beberapa bulan terakhir ini, dia begitu terganggu dengan sakitnya. Dia khawatir kalo ternyata ada penyakit serius di tubuhnya.

"Iya deh, gua takut kenapa-kenapa"
Sebelum pergi, Zara makan siang sebentar.

Kini dia memesan ojek online untuk ke rumah sakit, setelah beberapa menit driver nya sampai.

"Atas nama Zara?"

"Iya pak" Zara langsung naik ke motor.

                              _*_*_

Setelah beberapa menit perjalanan, kini mereka tengah berhenti di karenakan lampu merah. Sambil menunggu, Zara melihat ke kiri dan ke kanan .

Tatapannya terhenti seketika saat melihat sosok yang tidak asing baginya, dia yakin itu adalah sosok yang ia cari selama ini.

"Pak saya berhenti di sini aja"

"Tapi neng rute nya bukan di sini, masih jauh"

"Iya gak apa-apa pak, saya turun aja"

Zara langsung turun dari motor itu dan ia memberikan uang kepada driver tersebut.

"Ini uangnya pak makasih ya" Zara langsung menjauh dari driver tersebut, sementara driver itu masih menatap heran Zara.

Ia melihat lelaki itu, seorang penjual koran di lampu merah dengan pakaian yang kucel badan tidak terurus. Dia berusaha mengikutinya, sampai akhirnya ia berhasil menghampirinya.

"Tunggu"Zara begitu terkejut, matanya membulat dan mulai berkaca-kaca saat melihat lelaki itu.

"Pa-papa"Zara langsung menangis seketika.

Laki-laki itu sama terkejutnya saat melihat Zara, dia berusaha untuk menjauhi Zara dia berlari menjauh.

"PAPA, PAPA, PAA... Tunggu "Zara terus berlari mengejar laki-laki itu. Meskipun beberapa kali terjatuh.

Lelaki itu berlari semakin cepat hingga akhirnya kakinya tidak sengaja tertabrak batu. Membuat dia terjatuh, lelaki itu berusaha untuk bangkit kembali tapi tidak bisa karena kakinya benar-benar sakit.

"Papa, papa" Zara langsung menghampiri lelaki.

"Ini beneran papa kan? Kenapa papa menjauh dari Zara?" Zara begitu merindukan sosok laki-laki yang ia tatap ini. Dia menangis tak kuasa menahan nya, sedangkan laki-laki itu masih terdiam.

"Ayo kita duduk di sana papa, Zara bantu berdiri ya" Zara membantu papa nya untuk bangkit, karena kakinya begitu sakit membuat nya berjalan terpincang-pincang.

Kini mereka duduk di bangku di pinggir jalan itu, lelaki itu menatap dalam Zara. Tanpa ia sadar ia meneteskan air matanya ketika melihat Zara.

"Papa, Zara rindu sama papa, kapan papa pulang ke rumah" refleks Zara memegang tangan lelaki itu. Sementara, lelaki itu masih belum membuka suara.

"Kenapa papa gak pernah nemuin Zara selama ini? Papa gak sayang sama zara?"air matanya terus menetes sampai membuat nya terbatuk.

Uhukk, uhukk...

"Sudah nak, jangan nangis lagi sekarang udah ketemu kan sama papa" lelaki itu berusaha menenangkan Zara sambil menepuk pundak nya.

"Ini beneran papa kan?"

"Iya Zara, ini papa" lelaki itu akhirnya menangis dan dia langsung memeluk Zara.

"Maafin papa ya nak, papa udah jahat sama kamu selama ini, papa memang orang tua yang gak baik"

"Papa jangan ngomong kek gitu, Zara gak pernah marah sama papa"

"Gak nak, papa udah gagal jadi orang tua, papa udah nelantarin kamu" tangis laki-laki itu semakin pecah.

"Bagi Zara papa adalah ayah yang terbaik buat Zara, Zara Sayang sama papa" Zara memperhatikan wajah papanya yang terlihat lesu dan pucat.

"Papa lagi sakit? Muka papa pucat banget "

"Pa-papa belum makan dari kemarin "

"Ya Allah, kalo gitu kita makan dulu ya pa, di sana ada warteg" Zara menunjuk warteg yang tak jauh dari mereka, Zara membantu papa nya untuk berjalan.

"Ayo pa pelan-pelan kakinya masih sakit ya"perlahan Zara menuntun nya untuk berjalan hingga sampai ke warteg itu.

Kini mereka sedang duduk di kursi warteg itu, Zara ingin memesan sesuatu.

"Papa mau makan apa, sama minum nya apa?" Sebenarnya papa Zara merasa tidak enak dan malu menerima bantuan Zara, tapi karena badannya sudah sangat lemas karena 2 hari belum makan dia terpaksa menerima bantuan Zara.

"Terserah Zara aja, papa ikut aja"

"Gak apa-apa paa, pesan aja yang papa suka" lelaki itu terdiam beberapa saat, setelah itu dia memilih beberapa menu.

"Nasi ayam sama jeruk hangat aja nak"

"Selain itu? Papa mau pesan apa lagi?"

"Itu aja nak"

"Papa yakin?" Lelaki itu menganggukan kepala nya.

"Buk, nasi Ayam sama jeruk hangat nya seporsi ya"

"Iya dek, di tunggu ya"

"Buat Zara? Zara gak pesan"

"Tadi Zara udah makan di rumah kok pa, masih kenyang"

"Ini dek nasinya sama jeruk hangat nya "

"Makasih buk" di balas senyuman oleh wanita itu.

"Papa makan aja "lelaki itu pun langsung memakan nasinya.

Mata Zara kembali berkaca-kaca, hatinya terasa hancur melihat papa nya seperti orang yang sangat kelaparan. Di tambah penampilan nya yang tidak terurus.

"Ya Allah kenapa papa bisa gini?ada apa sebenarnya? kenapa papa sampai gak makan 2 hari? Batin Zara penuh dengan pertanyaan.

                  Happy reading 😊

                                           Next......

Lautan Dan Lukanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang