Sepulang sekolah Zara mampir ke rumah Fiona, sudah lumayan lama dia tidak berkunjung ke rumah temannya ini.
Rumah yang dulu penuh dengan sofa dan barang-barang mewah, kini semuanya hilang.
Ayah Fiona mengalami kebangkrutan dan terlilit hutang, sehingga mobil mewah dan barang-barang mewah nya di sita oleh pihak bank.
"Ayo Zar silahkan duduk dulu."
"Iya fii."
"Ya seperti yang Lo liat rumah gua gak sebagus dulu lagi."
"Gak boleh ngomong gitu fii, harusnya lo bersyukur masih punya rumah untuk tempat berlindung."
"Iya Lo benar." jawab Fiona, kali ini dia sudah mencoba untuk ikhlas
"Assalamualaikum." itu ibunya Fiona 'sarah'
"Bunda baru pulang dari pasar?"
"Iya nih." mata wanita itu tertuju pada Zara
"Hallo Tante." Zara berdiri dan menyalami tangan wanita itu
"Kamu Zara kan? Anaknya buk Lilis?"
"Iya Tante."
"Ya ampun Zara, udah lama banget kamu gak ke sini sampe Tante gak mengenali wajah kamu, kamu makin cantik aja."
"Hahaha Tante bisa aja."
"Memang kamu cantik kok, mama kamu sekarang gimana kabarnya?"
"Mama sehat, dia lagi kerja ke luar kota."
"Ohh syukurlah kalo gitu, ayo duduk dulu Zara! Tante mau masak dulu, kamu jangan pulang dulu ya kita makan sama-sama "
"Iya Tante."
"Bun gorengin ayam krispi kesukaan Fiona ya." lanjut Fiona
"Kamu ini makan ayam terus giliran dimasakin sayur gak di makan." jawab Sarah karena anaknya ini memang sangat susah untuk makan sayur
"Ayolah bun Fiona udah laper."
"Iya anak gadis bunda, muachh" jawab Sarah sambil mengecup kening Fiona.
"Iiihhh bunda jangan gitu ah, Fiona kan udah gede malu tuh diliatin Zara."
Wajah Fiona memerah karena malu, ini bukan pertama kalinya ibunya mencium keningnya.
Fiona memang di perlakukan manja oleh orang tuanya, sehingga meskipun Fiona sudah remaja tapi ibunya masih menganggapnya anak kecil.
"No no no, bagi bunda Fiona tetap gadis kecil bunda." Zara yang memperhatikan tingkah laku ibu dan anak ini hanya terkekeh.
"Lo beruntung banget fii bisa ngerasain kasih sayang dari orang tua Lo, sedangkan gua gak pernah lagi ngerasain itu. Andai mama gak marah-marah lagi sama gua dan bisa tinggal bareng seperti dulu lagi." ucap Zara dalam batinnya.
Rasanya begitu iri melihat orang lain mendapatkan kasih sayang lengkap dari orang tuanya.
"Bunda mau masak dulu, Zara! Tante masak dulu ya."
"Iya Tante"
Sambil menunggu sarah memasak mereka menonton Drakor, sarah menggeleng melihat tingkah kedua anak ini.
Mereka seperti orang gila saat menonton drakor, terkadang menangis sendiri tiba-tiba tertawa sampai teriak-teriak karena terbawa suasana film.
"Aaaaa so sweet."
"Haha dasar anak-anak." Ucap Sarah
Setelah beberapa lama, masakannya selesai dan mereka menghidangkan makanannya di meja
KAMU SEDANG MEMBACA
Lautan Dan Lukanya
Teen Fiction"Zara gak bisa janji buat jadi bhayangkari nya kak Gilang" "Kenapa? Kakak cuma mau kamu" Gilang menatap mata Zara dengan penuh harapan "Penyakit aku makin parah, Zara takut gak bisa nepatin janji itu"