Kini lelaki itu sudah selesai menghabiskan makanannya.
"Alhamdulillah bisa makan juga hari ini"
"Bisa makan? Memangnya selama ini papa gimana?" batin Zara kembali penuh dengan pertanyaan.
"Makasih ya nak, papa jadi gak enak sama kamu"
"Kenapa gak enak pa? Kan Zara anak papa"
"Seharusnya kan orang tua yang kasih anaknya uang ini malah sebaliknya"jawab lelaki itu
"Udah gak apa-apa, Zara senang kok bisa ketemu papa"
Lelaki itu hanya tertunduk, rasanya dia tak berani menatap Zara karena malu, dia merasa jadi orang tua yang gagal.
Setelah hening beberapa menit, Zara memberanikan diri untuk bertanya karena dari tadi batinnya penuh dengan pertanyaan.
"Pa, memangnya kenapa papa sampe gak makan 2 hari"
Deghh, jantung lelaki itu berdetak kencang mendengar pertanyaan Zara. Dia kembali meneteskan air matanya.
"Papa gak ada uang nak, terkadang papa hanya makan makanan sisa, papa cari di kotak sampah" hati Zara benar-benar terasa di tusuk mendengar pengakuan papanya, lelaki yang dulu hidup dengan kemewahan, banyak uang, kini harus menanggung hidup seperti ini.
"Kok bisa pa? Istri papa di mana? Keluarga baru papa maksud nya". lelaki itu tersenyum getir mendengar ucapan Zara
"Pasti mama kamu sengaja bilang gitu biar kamu benci sama papa, tega ya mama kamu"
"M-maksud papa?"
"Papa gak pernah menikah setelah cerai sama mama kamu, papa gak punya keluarga lagi, papa hidup sendirian, bahkan untuk makan sehari-hari papa kerja serabutan, kadang jualan koran kadang laku kadang nggak, bersih-bersih di warung orang. Papa lakuin itu untuk bertahan hidup "
Rasanya Zara sangat kecewa dan marah dengan mamanya karena sudah membohonginya selama bertahun-tahun.
"Mama jahat banget sih, kenapa mama sampe segitu nya sama papa"
Lelaki itu menghela nafas panjang dan berusaha untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Dulu perusahaan papa bangkrut, papa kehilangan semuanya. Uang, mobil, rumah mewah semuanya hilang sampai papa harus berhutang, mama sama papa sering didatangi pihak bank. Mama kamu marah dan gak terima, dia mengajak papa untuk bercerai dan menjauhkan kamu dari papa"
Zara menangis tersedu-sedu, dia tak percaya mamanya Setega itu. Dia merasa bersalah karena menuduh papa nya padahal dia tidak tau kejadian yang sebenarnya.
"Hikss, hikss, papa sekarang tinggal dimana?"
"Papa tinggal tidak jauh dari sini nak, di lorong sana" Zara berniat untuk melihat tempat tinggal papa nya.
"Zara mau liat pa, ajakin Zara ke sana ya" lelaki itu agak ragu untuk mengajak Zara, tapi melihat tatapan Zara akhirnya dia meng-iyakan.
"Bentar pa aku bayar dulu, ini buk ya uangnya makasih"
"Iya dek"
_*_*_Mereka kini sudah sampai di rumah itu. rumah yang begitu kecil, tidak beralas , atap yang bolong dan sangat memprihatikan.
"Ya Allah, selama ini papa tinggal di tempat seperti ini" batin Zara
"Maafin papa ya, rumahnya jelek"
Zara menatap papanya beberapa saat, ia mulai memikirkan sesuatu.
"Papa mau gak ikut pulang sama Zara, kita tinggal sama-sama lagi"
"maafin papa nak, papa gak bisa, biarlah papa di sini. Mama kamu juga pasti gak ngizinin"
"Mama kerja di luar kota pa, dia jarang ada di rumah paling sebulan sekali, nanti Zara diam-diam aja"
"Meskipun kita diam-diam nanti pasti bakalan tau, nanti kamu yang di salahin papa gak mau kamu di marahin. Biarlah papa di sini nak"
"Tapi kenapa pa? Papa gak mau tinggal sama Zara lagi "
Ada sesuatu yang ia harus katakan pada Zara, dia takut Zara kepikiran, tapi bagaimana pun juga Zara harus tau.
"Hidup papa gak lama lagi, papa punya penyakit jantung dan dokter memvonis gak ada kemungkinan sembuh"
"Aa- apa?? Papaa maafin Zara, Zara udah nuduh papa buruk selama ini" Zara kini memeluk lelaki itu sambil menangis.
"Udah nak, Zara janji ya bakalan jadi anak yang baik nurut sama mama. Nanti kalo papa udah gak ada, kamu jadi anak yang sukses ya"
Kerinduan lelaki itu pada Zara terbayar sudah, sudah lama dia tidak memeluk anaknya ini.
"Papa harus sembuh, Zara yakin papa pasti sembuh" Zara berusaha berfikir positif
"Iya nak, do'akan papa ya"
"Pasti pa"
"Sekarang udah sore, kamu buruan pulang gak baik anak gadis keluyuran sampe malem" papa Zara heran kenapa Zara bisa sampai ke sini.
"Kamu tadi mau ke mana? Kok bisa sampai ke sini?"
"Tadi rencananya Zara mau ke dokter, tapi karena lihat papa aku jadi berhenti"
"Ke dokter? Kamu sakit?"
"Gak kok pa, cuma mau check up aja tadi sakit perut sedikit soalnya"
"Ya udah, kamu berobat ya habis itu langsung pulang istirahat, jangan sampe sakit nanti papa khawatir "
Zara begitu tersentuh, karena selama ini tidak pernah ada yang mengkhawatirkan nya.
"Tapi aku masih rindu sama papa"
Lelaki itu melihat hidung Zara mengeluarkan darah, ke-khawatirannya bertambah.
"Nak hidung kamu berdarah, kamu harus segera ke dokter" lelaki itu menghapus darah itu.
Zara melihat darah merah segar yang keluar dari hidung nya.
"Kok bisa mimisan ""Zara kamu segera ke dokter aja ya, papa khawatir sama kamu"
"I-iya pa, tapi sebelumnya Zara mau kasih uang ini sama papa buat papa beli makan"
"Udah nak gak usah, buat kamu berobat aja"
"Zara mohon tolong di terima ya pa" lelaki itu berkali-kali menolak tapi Zara tidak akan pergi sebelum dia mengambil uang nya.
"Ya udah, ini papa ambil ya, kamu buruan ke dokter ya"
"Iya pa"
"Oh ya, papa cuma punya hp pencetan nanti kalo udah ke dokter telpon papa ya biar papa tau keadaan kamu"
"Iya pa, Zara catet nomor nya ya"Zara memasukkan nomor papa nya ke hp nya.
"Udah? Kamu ke rumah sakit nya naik apa?"
"Zara udah pesan gojek, bentar lagi nyampe"
Setelah beberapa menit gojek yang ia pesan sudah sampai.
"Itu gojek nya, Zara pergi dulu ya pa"
"Iya hati-hati, maafin papa gak bisa nemenin kamu ke rumah sakit "
"Iya pa gak apa-apa " Zara menyalami tangan papa nya sebelum pergi.
Happy reading 😊
Akhirnya Zara bisa ketemu lagi sama papa nya, ikut seneng gua.
Gaess jangan bosan ya😊🤗,,,,
Next.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Lautan Dan Lukanya
Teen Fiction"Zara gak bisa janji buat jadi bhayangkari nya kak Gilang" "Kenapa? Kakak cuma mau kamu" Gilang menatap mata Zara dengan penuh harapan "Penyakit aku makin parah, Zara takut gak bisa nepatin janji itu"