Bagian 37 : Artha yang sia-sia.

96 11 0
                                    

Aneth melepaskan kedua tangannya yang sedari tadi berada di mata kirinya. Ia membiarkan kelopak matanya untuk terus terpejam. Dan pada saat itulah, terlihat jelas pecahan kaca kecil yang tertancap di kelopak matanya.

Gadis itu meletakkan kedua tangannya di kedua sisi tubuhnya guna menahan tubuhnya agar tidak tumbang. Aneth masih menatap wajah Zerina di depannya.

"Lo tahu kenapa gue bongkar ini di depan lo sekarang?" tanya Zerina.

Dan lagi-lagi tidak ada jawaban dari Aneth. "Karena hari ke-dua belas sudah dimulai! Gue udah diizinkan buat jalan sesuai yang gue mau," ujar Zerina, bahkan tanpa mendengarkan jawaban dari Aneth. Gadis itu kemudian mendongak, menatap ke arah pojok tempat CCTV berada. Ia melambaikan tangannya ke arah CCTV dengan senyum ceria.

Seolah dirinya tengah memberikan tontonan yang menyenangkan bagi orang-orang yang sudah membayar untuk hari ini.

Zerina kembali menatap Aneth. "Lo pasti mikir Jian berhasil hack CCTV, kan? Maaf banget, tapi Rena udah ngebocorin ke kita dan kita bisa setting ulang monitor," ejek Zerina dengan wajah yang dibuat sedih, jarinya menunjuk Rena yang kini memasang senyum bangga.

Kapan? Kenapa Aneth tidak menyadarinya? Darimana komunikasi antara Rena dan Zerina?

"Selain itu, maaf ya... rencana lo gagal." Zerina menunjuk ke arah tengah lapangan. Lantas kepala dan mata Aneth mengikuti arah tunjuk Zerina.

Di sana, orang yang sedari tadi dikhawatirkan Aneth tengah berada di tengah lapangan. Berlutut dengan mata yang tertutup kain putih serta kedua tangan yang diikat di belakang tubuhnya. Artha dan Jian, berada di lapangan seluas itu, tanpa ada orang lain di sana.

Aneth yang sedari tadi mencoba tenang, kini tak lagi bisa berpikir waras. Jantungnya berpacu dengan cepat, bola matanya bergerak tak tahu arah bersamaan dengan air mata yang kian menetes.

Kepala Aneth berputar kembali menatap Zerina dengan wajah pucat pasi. Ia dengan kuat melepaskan pergelangan kakinya dari injakan Zerina. Pergerakan Aneth yang tiba-tiba itu memancing Rena untuk kembali mengangkat pistolnya. Rena dengan sigap menodongkan pistol ke arah Aneth.

Tapi yang dilakukan Aneth sekarang hanyalah berlutut dan bersujud di depan kaki Zerina. "Lepasin mereka. Sumpah gue bisa ngelakuin apapun, Zer, tapi biarin Artha keluar dari sekolah ini." pinta Aneth, membuang harga dirinya di depan mata Zerina.

Mata Zerina semakin melebar dengan binar semangat. Senyum di bibirnya semakin lebar, dan gelak tawa kembali terdengar darinya. "TERUS!! MEMOHON LAH LEBIH BANYAK, ANETH!" teriak Zerina di sela tawanya. Kaki kanannya lagi-lagi terangkat dan hinggap di belakang kepala Aneth.

Ia menekan kepala Aneth untuk lebih menunduk, menyentuh lantai kotor. "Cium kaki gue buat nyawa orang lain, Neth!" perintah Zerina.

Aneth menggenggam tangannya semakin erat. Kedua matanya terpejam erat dengan bibir yang digigit. Aneth membawa kepalanya untuk mendekat ke arah punggung kaki Zerina.

Tawa dari Zerina semakin terdengar menggelegar.

Mata Aneth melirik ke arah Rena yang kini sudah menurunkan pistolnya. Rena terlihat sudah menurunkan kewaspadaannya.

Tepat saat bibirnya hendak menyentuh punggung kaki Zerina, kedua tangan Aneth bergerak ke arah kedua pahanya, membuka roknya dan menarik dua pistol dari kedua sisi pahanya.

Ia bergerak dengan sangat cepat, mendorong kepalanya ke belakang untuk membuat Zerina kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Dan sebelum Rena kembali mengangkat pistol miliknya, tangan kanan Aneth sudah terlebih dahulu mengangkat pistol ke arah Rena.

Dengan kaki yang masih berlutut, tanpa ragu Aneth menarik pelatuk dan menembakkan peluru ke arah Rena.

'dor dor dor dor'

12 Titik Balik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang