•••[][][]•••
"Aaa! itta-ta ittai!!"
Teriakan kesakitan datang dari gadis tak terlihat saat Sanemi mengeratkan tali, seolah tersulut emosi dan orang-orang ini benar-benar pantas dihukum ia tak memiliki belas kasihan sama sekali. Sudah jadi ciri khasnya, bukan?
(Name) menepuk bahunya, membuat sang empu terhenti dan menatapnya dengan alis terangkat bertanya akan apa yang diinginkan wanita ini, "ringankan ikatannya, kita tak bisa menginterogasi saat mereka sendiri tak bisa bernafas," ujarnya bukan karena kasihan tapi ternyata juga mementingkan situasi.
Dengan terpaksa Sanemi meringankan tarikan talinya dan menghela nafas berat sambil mengaitkan ujungnya, berlutut di samping mereka seolah berjaga-jaga apakah para remaja yang mereka tahan ini akan melarikan diri.
Bertumpu lutut, (name) berjongkok di depan salah seorang remaja dengan ekspresi menuntut, mendekatkan wajahnya ke pemuda yang hampir menendangnya beberapa saat lalu, "siapa, darimana, dan apa niat kalian?" 3 pertanyaan yang di sekaliguskan dalam seutas kalimat pertanyaan penuh tekanan.
Sang empu sontak menelan ludah dengan susah payah melihat raut wajah dan sorot mata yang begitu mengintimidasi, "orewa.. orewa Iida Tenya," ujarnya berusaha lebih tenang meski sulit dengan nafas sesak merasakan tekanan aura disekitarnya begitu kental dan tebal.
(Name) memiringkan kepalanya, sebagai isyarat bahwa Iida belum sepenuhnya menjawab pertanyaan yang ia lontarkan, sukses membuat sang empu tercekat akibat itu, takkan menyangka orang-orang yang mereka hadapi sekarang memiliki pengaruh besar pada atmosfer sekitar.
"Uh.. kami tak tau kenapa kami bissn disini, dan kebetulan kami memang muncul di pinggiran desa, lalu.." jeda diantara kalimatnya, Iida kelihatannya begitu terintimidasi dengan cara para Hashira yang menatapnya kecuali Mitsuri yang terlihat gugup akan atmosfer yang menegang, "k-kami kebetulan lewat gang yang berhadapan dengan ruangan ini, tanpa sengaja.. mendengar diskusi kalian,"
(Name) menutup matanya sembari menurunkan dagu, tangannya bergeser dan meraih tangan pemuda berambut merah cabai yang entah kenapa begitu ia memegang pergelangan tangannya.. begitu keras seperti besi dilapisi batu berlian, abaikan akan hal itu; ia tau bahwa pemuda ini ingin merobek tali dengan hal itu.
"Aku takkan melukai kalian kecuali terpaksa," dengan santainya wanita itu berdiri dengan mengangkat pergelangan tangan pemuda ini, tentu; Kirishima Eijiro, pemuda itu melayang dari lantai begitu (name) mengangkatnya.
"Kirishima-kun!" Teman-temannya berseru karena khawatir melihat betapa mudahnya Kirishima diangkat hanya dengan satu tangan, terlebih oleh seorang wanita.
"Kalian.. kenal Midoriya?" Tanya (name), ia tau siapa Midoriya, maksudnya menanyakan hal itu hanya untuk memastikan saja.
Para pemuda dan gadis yang mereka tahan langsung terdiam begitu pertanyaan itu terlontarkan dari bibir ranum (name), meninggalkan sisa suasana hening dan tanpa kasihan, (name) menjatuhkan Kirishima ke lantai hingga menimbulkan bunyi gedebuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality // BNHA x Reader x KNY
Fanfiction"jadi.. ini semua nyata? Bukan sekadar komik fiksi..?" *** Sebagian kecil murid 1-A dikirim ke sebuah kota mati yang ditinggalkan di Jepang. Hingga sebuah portal menyedot mereka secara tiba-tiba saat mereka sibuk memeriksa sekitar, dan akhirnya munc...