Chapter 14 : Matahari

629 87 24
                                    

•••[][][]•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••[][][]•••

Wanita bermarga Hyuki itu memandang dirinya yang terpantul dari cermin di hadapannya, menghela nafas berat dan menutup telinga erat-erat untuk menghalangi suara bising orang-orang modern itu masuk ke gendang telinganya yang tajam, berselisih sekaligus berdiskusi tentang mereka yang mulai memahami ilmu pedang.


Beberapa jam lalu mereka memang berlatih dengan (name) setelah dijemput oleh Midoriya untuk mengetes Quirk mereka, rasanya aneh bertarung dan berlatih dengan sekelompok orang yang memiliki kekuatan seperti hal magis seperti sihir.

Selagi terbaring diatas ranjang dengan mata terpaku pada langit diluar jendela, ia berusaha mempertimbangkan apa saja yang akan terjadi ke depannya. Kemungkinan baik dan buruk bisa saja terjadi tanpa diketahui karena sudah tertulis di takdir. Tentu tak ada yang tau karena masa depan hanyalah rencana Tuhan Yang Maha Esa.

Tangan kanannya terangkat, memperhatikan kulit yang terbalut perban itu dengan tatapan gusar dan wajah menggelap tak enak, ia beranjak mengambil posisi duduk dan membuka balutan yang terikat rapi, "tidak ada luka.. tapi aku selalu membalutnya, aneh ya?"

Senyum kecil terbit di bibirnya saat dadanya merasa sesak, memperhatikan telapak tangan yang padahal tidak ada luka apapun, terlihat kasar tapi juga lembut dalam waktu bersamaan, "apakah aku anak durhaka?" Tanya (name) pada dirinya sendiri.

Menatap jijik pada tangan kanannya seolah dirinya ada 2 jiwa terpisah antara tubuh dan tangan kanannya, membuatnya menghela nafas berat sebelum mengambil perban baru, dengan perasaan enggan membalut tangannya lagi agar ia tak merasa tertekan.

Tok
Tok
Srek

Netra emasnya melirik kearah pintu untuk melihat Yaomomo yang berdiri di sana, dan memperhatikan gadis berkuncir kuda itu memperhatikan (name) yang membalut tangan tanpa menyadari tatapan sang empu yang datar, "Yaoyorozu," panggil (name) yang sontak membuat sang pemilik marga tersadar dari lamunan.

"Eh-"

"Bicaralah daripada bengong seperti orang dongo,"

Yaomomo terlihat menelan ludahnya pada perkataan (name), ia selalu heran apakah (name) memiliki suasana hati buruk setiap saat atau memang ini sifatnya? Tidak ada yang tau jika tidak ada yang tau tentang masa lalunya juga.

"Eh, anu.. Kamado Tanjiro-san untuk menemui anda, (name)-sama," ujar Yaomomo.

Nama Tanjiro yang disebutkan membangkitkan rasa hangat di hati (name), tapi juga penasaran kenapa Tanjiro mendatanginya di siang hari buta seperti ini, sudah 3 bulan sejak pertarungan di kereta Mugen dan mereka sempat tak saling bertemu selama itu karena misi masing-masing yang berbeda.

Dalam satu gerakan cepat meraih haori serta nichirinnya ia melewati Yaomomo, "-san saja sudah cukup, kupikir aku sudah mengatakannya," tutur (name) sebelum menghilang dari pandangan Yaomomo yang memandang kepergiannya dengan perasaan tak enak hati. Apa firasatnya saja?

Reality // BNHA x Reader x KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang