4 - The Kiss

52.8K 3.7K 55
                                    

Ia berdiri sangat jauh dari tempat itu. Tapi matanya masih bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi. Ia tidak bisa bergerak meskipun tak ada apa pun yang membelenggunya. Ia hanya tidak mengerti harus melakukan apa.

Lalu ketika kaca-kaca mulai pecah, ia berlari menjauh. Mengabaikan tatapan dari gadis yang terikat di atas kursi itu. Mengabaikan sosok lain yang kini telah terbaring, entah masih hidup atau sudah mati di lantai beton yang dingin.

Ia hanya berlari menjauh dan mencoba melupakan semuanya. Melupakan mata gadis itu yang menatapnya penuh harap. Melupakan bagaimana air mata meleleh dari bola matanya yang indah.

Semakin jauh ia berlari, semakin ia sadar, ia tak bisa melupakannya. Lalu seolah hilang akal, ia memutar balik dan berlari menerjang ke tempat gadis itu disekap. Tidak peduli apa yang akan terjadi pada nyawanya, ia tidak akan tega memberikan punggungnya pada orang lain.

Namun ia terlambat. Yang menyambutnya saat itu hanyalah kursi yang reot yang kakinya patah sebelah.

****

Nabila menyibakkan selimutnya dengan kesal. Persetan. Ini sudah hampir pagi dan Nabila tidak bisa mendapatkan tidur nyenyaknya. Ia tetap terjaga dan merasakan pergerakan gelisah Angkasa dikamar tamunya. Entah apa yang lelaki itu lakukan, Nabila tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak jika ada orang asing di rumahnya.

Dengan perasaan dongkol, ia bangkit menuju kamar tempat Angkasa tidur. Nabila malas membawanya ke rumah sakit. Harus berurusan dengan dokter yang menanyakan ini itu. Sedangkan Nabila tidak tahu apa-apa. Belum-belum kalau ada polisi yang datang. Nabila benar-benar benci dengan para polisi. Mereka tidak pernah menyelesaikan masalah, namun hanya berlagak sok dan menanyakan hal-hal membosankan. Beruntung Yumika membagi ilmunya pada Nabila.

"Angkasa!" sentak Nabila dengan kesal saat ia masuk ke kamar itu. Dilihatnya Angkasa sudah bergulingan ke samping dengan posisi yang membuatnya geleng-geleng.

Baru saja Nabila ingin menarik kakinya agar lelaki itu terjatuh dan bangun, tapi diurungkan kala melihat tubuh Angkasa yang berkeringat.

Di saat ada orang aneh yang pingsan setelah menabraknya. Nabila malah tergiur melihat dada polos dan perut kotak-kotak yang mengintip dari balik selimut. Karena kesulitan mengobati luka Angkasa yang aneh, Nabila melepaskan sweter penuh darah milik pria itu. Dan sekarang, Angkasa sedang bergulingan tidak jelas dengan selimut yang tidak terpakai dengan baik.

"Selimutnya dipakai!" Nabila yang tadinya ingin berteriak, mengurungkan niatnya dan hanya menepuk kepala Angkasa dengan sebal kemudian merapikan selimut pria raksasa itu.

Tapi Angkasa dengan bebalnya malah menendang selimut kembali dan berguling menjauhi Nabila.

"Wah," gumam Nabila marah. Sambil merapatkan gigi dengan gemas, ia menarik Angkasa untuk berbaring dengan benar. Tentu saja, ia memukul jidat lelaki itu keras. Sedikit mengekspresikan kekesalannya.

"Maaf," Angkasa bergumam. Membuat Nabila mencibir sebal dan kembali menepukkan tangannya ditubuh Angkasa. Kali ini di dada pria itu.

"Euung," Suara plok yang keras membuat Angkasa mengerang dalam tidurnya dan malah merapat maju mendekat pada Nabila yang sedang duduk disisi tempat tidur.

Nabila bengong.

Ia rasanya ingin menendang Angkasa hingga lelaki itu terguling ke lantai dan segera bangun lalu pergi dari rumahnya. Tapi, lagi-lagi niat jahat itu harus ia urungkan saat merasakan suhu tubuh Angkasa yang tidak biasa.

"Ih, udah nabrak mobil orang sekarang malah demam!" gerutu Nabila. Tapi dengan sabar menempelkan tangannya di kening Angkasa untuk mengecek setinggi apa demam yang di derita oleh pria itu.

Sweetly BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang