1 - Kecelakaan

117K 5.6K 177
                                    

Ini bukanlah hari terbaik bagi Nabila. Pukul sebelas lewat dua belas menit, dan paket terakhir yang harus diantarkannya baru saja sampai ke tujuan. Ia masih harus menempuh perjalanan panjang sebelum ia bisa keluar dari tempat terpencil ini.

Ingin sekali rasanya menjambak rambutnya ketika rasa sakit diperutnya tak kunjung hilang. Andai Nabila mengemudikan mobilnya hari ini, ia tidak harus merasa kedinginan saat angin malam menghembus jaket kulitnya. Menyusup lewat celah-celah yang ada dan membentuk suatu pola yang membuatnya mengigil.

Nabila tidak pernah suka dengan udara dingin. Tapi juga akan mengutuk ketika matahari bersinar terik membakar.

Ia melirik kaca spionnya, melihat dua titik cahaya di kejauhan di belakang sana. Pertahanan mendadak mengambil alih tubuhnya. Merasa diintai, ia segera menancap gas. Misi hari ini sudah selesai, tidak lucu jika ia mati saat pulang dari menjalankan tugas.

Mobil itu kian mendekat. Keduanya berjalan berdampingan. Motor Nabila di depan, dan mobil sedan hitam itu di belakang. Nabila tidak bisa melihat siapa pengemudinya karena kaca-kacanya begitu pekat.

Mereka memasuki jalanan yang menyempit. Bukannya tidak ingin membiarkan mobil itu melintas dan mendahuluinya. Namun jalan yang terlalu sempit membuatnya tidak punya pilihan lain. Mau ia minggir ke kiri pun, mobil itu tidak akan bisa lewat tanpa menabraknya. Dan Nabila berpikir sang pengemudi juga mengetahuinya makanya mobil itu tetap bergulir perlahan di belakangnya.

Di lain pihak, Angkasa yang sedari tadi sudah dirundung amarah karena gagal menjalankan tugasnya hari ini dibuat kesal dengan motor yang tak mau menyingkir. Di kira ini jalan milik nenek moyangnya apa?!

Sudah terlalu larut dan Angkasa benar-benar ingin pulang ke rumah singgahnya kemudian beristirahat. Laporan palsu yang didapat dari anak buahnya membuat Angkasa harus menempuh perjalanan jauh ke daerah terpencil tanpa hasil apa pun. Lihat saja, besok Iwan—salah satu anak buahnya—akan mendapat ganjaran atas kesalahan informasi ini.

Angkasa sudah menekan klakson berkali-kali, mengirim kabar pada wanita yang sedang mengendarai motor itu untuk menyingkir sedikit ke samping agar ia bisa lewat. Tapi seperti tuli, wanita itu tidak mau memberinya jalan dan tetap asyik mengendarai motor di tengah-tengah.

Kemudian, peristiwa penting yang akan mengubah alur hidup keduanya itu terjadi. Polisi tidur sudah dekat, Nabila mengerem motornya. Membuat Angkasa kaget dan tidak bisa mengelak ketika mobilnya menabrak bagian belakang motor gadis itu.

Nabila kaget dan terjatuh dari motornya. Tidak ada luka serius sebenarnya, tapi emosinya semakin menjadi-jadi. Dengan kasar di lepasnya helm yang sejak tadi membuat kepalanya pusing dan dilempar sembarangan ke dekat motor yang kini tergeletak di jalanan.

"Keluar lo sialan." desisnya menatap pada sedan hitam yang pengemudinya tak kunjung keluar. Ia menarik lepas karet rambutnya, membiarkan rambut panjangnya tergerai sehingga kepalanya bisa lebih bebas berpikir. Dan memaki.

Nabila sudah menyiapkan segala macam bentuk protesnya ketika Angkasa dengan gayanya yang begitu anggun keluar dari balik kursi pengemudi. Angkasa memijat keningnya kesal, juga telah siap untuk berkonfrontasi dengan Nabila.

Belum sempat Nabila mengeluarkan isi kepalanya, Angkasa sudah mengentakkan suaranya terlebih dahulu. "Kamu bisa nyetir nggak sih?! Udah tau saya mau lewat masih aja di tengah jalan! Kalau nggak ngerti etika berkendara, lebih baik kamu jalan kaki!"

Suaranya bernada tinggi. Dipenuhi emosi dan tidak peduli bagaimana reaksi Nabila. Karena sekarang gadis itu juga semakin menjadi-jadi. Di jilat bibir bawahnya, bersiap untuk membalas perkataan Angkasa.

"Loh, di sini gue yang ditabrak. Kenapa jadi lo yang ngomel? Lo lihat sendiri jalannya sempit. Mau gue nempel tembok juga mobil lo nggak bisa lewat. Bersabar sedikit sampai ujung jalan lo nggak bisa juga hah?!"

Sweetly BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang