Angkasa menatap wajah tidur Nabila yang sangat jauh dari kata damai. Saat Nabila dalam kondisi sadar dan tersenyum, wanita itu terlihat sangat menenangkan hati, berbanding terbalik dengan ini. Nabila tetap tidur dalam pelukannya, namun gadis ini terus mengeluarkan keringat dingin dan mengerutkan keningnya seolah kesakitan.
“Siapa kamu sebenarnya, Nabila?” bisik Angkasa dekat sekali dengan telinga Nabila. Membuat gadis itu merinding akan hangatnya hembusan nafas Angkasa.
Nabila mengerang kecil sebelum ia membuka matanya. Angkasa memperkirakan Nabila akan berteriak dan menendangnya dengan brutal. Tapi sepertinya gadis yang ia minati ini lebih dewasa daripada yang ia pikirkan.
Nabila hanya mengedipkan mata polosnya beberapa kali. Mengamati tangan mereka yang bertautan lalu senyumnya terkembang dengan indah. Meskipun tirai masih menutupi matahari yang masuk melalui jendela, Angkasa bisa melihat kecantikan itu dengan sempurna di bawah matanya.
“Hai,” sapa Nabila. Ia mengernyitkan keningnya sedikit merasa pusing.
“Hai,” Angkasa sebisa mungkin mengusir pikiran-pikiran mesum yang terlintas dikepalanya. Ia memejamkan matanya sesaat, menghirup wangi tubuh Nabila kemudian membuka matanya kembali hanya untuk mendapat tatapan penasaran dari mata penuh cahaya milik Nabila.
“Kamu mau makan apa? Biar saya buatkan.”
Ia mengingat kembali kejadian semalam. Hatinya menjerit ngilu melihat ekspresi Angkasa pagi ini, lelaki itu pasti sudah melupakan semua perkataannya. Dan Nabila merasa ia begitu lemah setelah mendengar pernyataan Angkasa.
Angkasa merengut, ia menarik Nabila lebih dekat, melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu dan tersenyum puas melihat kegugupan menjalar di wajah Nabila.
“Jangan menggunakan bahasa formal lagi. Sebutlah dirimu sebagai aku.”
Nabila menggigit bibir bawahnya menahan malu. Ia mengira bisa kebal terhadap kata-kata manis Angkasa, namun pada kenyataannya ia malah merona bagai remaja labil di sini.
“Nabila,” suara Angkasa berubah serak. Lelaki itu tergoda. Benar-benar tergoda melihat bagaimana Nabila menggigit bibirnya dengan perlahan. Begitu menggiurkan, pikir Angkasa. Begitu polos dan manis, tambahnya.
Nabila memicingkan mata pada Angkasa yang menatap lekat bibirnya. Menyadari perbuatan bodohnya, Nabila langsung berdiri dan berlari keluar kamar, menghindari pelecehan seksual yang sedang direncanakan oleh Angkasa.
Tapi, bisakah itu disebut pelecehan seksual sedangkan Angkasa tidak melakukan apa pun dan Nabila sama sekali tidak merasa dilecehkan. Bahkan Nabila merasa ia menginginkan sentuhan Angkasa. Well, Nabila mengakui bahwa ia sedikit mengambil kesempatan saat membantu Angkasa meminum obat. Nabila juga tidak mengerti bagaimana Angkasa bisa tahu tentang hal tersebut.
Setelah Nabila pergi, Angkasa terkekeh kecil. Ia bangkit dan menyingkirkan selimut yang semalam ia gunakan untuk menjebak Nabila dalam pelukannya. Namun senyumannya tak bertahan lama. Ia langsung sadar, ia harus menemukan bukti bahwa Nabila bukanlah orang yang ia kejar selama dua tahun ini.
Ia bangkit, matanya langsung menatap ke seluruh penjuru kamar. Foto yang terakhir kali ia lihat ada di nakas, masih bersandar di sana dengan rapi. Tak berubah sedikit pun. Senyuman canggung gadis itu mau tak mau membuat Angkasa meneguk ludahnya sendiri. Ragu. Memikirkan kembali niatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/23307042-288-k734465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetly Broken
RomansaKata pepatah, polisi dan penjahat adalah pasangan serasi. Lalu apa jadinya jika mereka menikah? Angkasa David Leander. Tampan. Cerdas. Seorang anggota intelegen negara. Nabila Putri Galaksi. Cantik. Cerdas. Seorang kurir obat obatan terlarang. Lalu...