Nabila memain-mainkan bibirnya sambil menatap Angkasa yang sedang dalam kondisi marah. Lelaki itu seperti anak kecil yang merajuk, berbeda sekali dengan pribadinya yang biasa. Nabila ingin tertawa, tapi ia tahan-tahan agar tidak melukai hati Angkasa.
"Kamu nggak akan bisa selamanya menyogokku dengan makanan!" Angkasa menyuap tahu lada hitam buatan Nabila dengan lahab setelah mengatakannya.
Nabila mendengus geli dan menggelengkan kepalanya. Tidak bisa menahan senyumnya ketika Angkasa mudah sekali dialihkan dengan sajian yang ia hidangkan. Selama ia memasak tadi, Angkasa duduk merengut di meja makan dan memperhatikan setiap pergerakan Nabila. Mungkin lelaki itu takut tiba-tiba gadisnya menghilang lagi.
"Enak?" tanya Nabila ketika Angkasa hendak menyelesaikan makan siangnya. Alis gadis itu terangkat sebelah, membuat Angkasa terbatuk-batuk kecil. Berupaya meraih gelasnya kemudian meneguk jus apel spesial buatan Nabila dengan cepat.
"Enak," gumamnya dengan pipi memerah. Tapi setelah itu ia berdehem kecil dan menyatukan kembali pose tampannya yang baru saja tercecer dilantai karena terperangkap oleh senyum Nabila.
Nabila meraih gelas dan piring Angkasa yang sudah kosong. Membawanya ke dapur dan meletakannya di tempat cucian.
Saat kembali ke meja makan, Angkasa telah menghilang. Lelaki itu kini duduk di sofa ruang tamu Nabila dengan dagu terangkat sombong. Sepertinya Angkasa tidak akan mau terjebak lagi oleh rayuan makanan lezat yang dihidangkan oleh Nabila.
"Kita bicara!" ucapnya lurus.
Nabila memajukan bibirnya cemberut lalu duduk berhadapan dengan Angkasa. Pria yang menyita perhatiannya selama beberapa hari ini. Nabila yakin, jika mereka bertemu dalam kondisi normal di mana ia adalah wanita biasa yang menjadi pemilik kafe, maka sudah pasti ia akan jatuh begitu dalam mencintai pria ini. Tapi kembali kepada fakta, hidupnya tidak pernah normal.
"Aku ke luar kota untuk memantau cabang baru. Maaf tidak mengabarimu."
Angkasa menarik senyum tipis sambil berkata pelan, "Bullshit."
"Hari itu, seminggu yang lalu. Ke mana kamu menghilang?" Sepertinya makan siang sudah membuat Angkasa kembali mengingat tujuan awalnya menyelinap masuk ke rumah Nabila.
"Aku tidak menghilang. Aku hanya pergi ke belakang sebentar dan mendadak aku harus ke luar kota!" Nabila mengucapkan kebohongan itu tanpa takut. Toh Angkasa juga tahu bahwa ia berbohong. Jadi untuk saat ini Nabila ingin menilai sejauh mana Angkasa dapat menerima kebohongannya.
"Kamu menyuruhku untuk percaya hal yang jelas-jelas bohong? Satu menit Nabila!"
Ah, Nabila menggigit bibirnya grogi. Bukan karena berbohong, tapi karena Angkasa yang sedang marah tampak begitu hot.
"Satu menit apa?" balas Nabila dengan polos.
"Satu menit aku mengalihkan pandangan pada kopi yang kamu buat, dan kamu menghilang. Aku mencarimu ke belakang. Ke dapur. Ke seluruh penjuru kafe dan butik, tapi kamu nggak ada! Kamu minta aku percaya perkataanmu yang omong kosong itu?"
"Kenapa kamu bersikeras untuk mencariku? Seperti yang kamu bilang, itu hanya satu menit bukan?"
Angkasa mendesah keras. Ia beranjak, menjulang di atas Nabila, menunduk dengan wajah marahnya. "Hanya butuh satu menit untukmu keluar dari kafe dan menghilang selama satu minggu. Tanpa satu pun jejak."
Nabila menatap tajam aura Angkasa yang berbeda. Bukannya terintimidasi, hanya saja Angkasa berkali-kali lebih mengerikan. Naluri Nabila seolah tersudut. Angkasa menatapnya seperti ia adalah seorang tersangka dalam sebuah ruang tahanan.
"Siapa kamu sebenarnya, Nabila. Putri. Galaksi?"
"Kenapa, Angkasa?"
Nabila bertanya. Dan Angkasa menyadari, dalam suara tersebut tak ada rasa takut sedikit pun. Bahkan para buronan yang telah ia tangkap akan menciut ketakutan di bawah tatapannya. Tapi ini. Seorang gadis dengan tubuh kecil, tak ada bandingannya dengan Angkasa, ia malah menatapnya balik dan bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetly Broken
RomanceKata pepatah, polisi dan penjahat adalah pasangan serasi. Lalu apa jadinya jika mereka menikah? Angkasa David Leander. Tampan. Cerdas. Seorang anggota intelegen negara. Nabila Putri Galaksi. Cantik. Cerdas. Seorang kurir obat obatan terlarang. Lalu...