6 - Penawaran

45.2K 3.2K 52
                                    

Nabila sedang bereksperimen bersama Venus di dapur saat Yumika masuk dengan wajah cemberut. Selain Yumika, Venus adalah salah satu rekan kerja Nabila yang paling ahli menciptakan resep-resep baru untuk kafenya.

“Mbak tau nggak sih, tadi ada pembeli yang ribet banget. Masa ya udah tau kerahnya bentuk kayak gitu, dia minta dilebarin. Ih, bikin emosi saja!” gerutu Yumika sambil langsung duduk di atas konter dekat Nabila.

Nabila hanya menggeleng-geleng kecil dan tersenyum atas sikap Yumika. Jika dibalik keadaannya, maka Yumika adalah pembeli paling cerewet di sini. Venus juga mengabaikan Yumika yang mulai mengoceh tak karuan. Setelah lima menit puas mendengar Yumika marah-marah, Venus mendekati gadis itu dan mengusap puncak kepalanya.

“Yang penting dia beli kan?”

“Iya sih,” Yumika memajukan bibirnya sebal. “Tapi tetep aja,—”

“Mau makan siang apa?” Venus memotong kalimat Yumika. Jika dibiarkan, maka akan berlanjut lebih panjang lagi.

Langsung teralihkan dari topik pembeli menyebalkan, Yumika langsung bergumam ingin makan apa.

“Pasta?”

“Sana ke warung pasta! Jangan di kafeku!”

“Ya ampun mbak, gitu aja ngambek. Lagi pms ya?” Yumika menyenggol-nyenggol lengan Nabila jahil. “Eh iya mbak, kok aku nggak lihat mobil mbak ya di depan?”

Nabila meringis, bukan Yumika kalau tidak menyadari hal-hal kecil begini. “Kemarin ketabrak orang, jadi ku tinggal di rumah.”

“Mbak nggak minta ganti?!” ucap Yumika berapi-api. “Mbak nggak luka apa-apa kan?” tambahnya. Kini bukan hanya Yumika yang menatapnya khawatir, tapi juga Venus.

“Kamu nggak apa-apa kan?” pria itu bertanya dengan raut yang tampak cemas. Tapi langsung meringis ketika Yumika menampar pergelangan tangannya marah.

“Apaan sih?” seru Venus pada Yumika yang kini sedang melotot ke arahnya.

“Nggak usah sok khawatir sama Mbak Nabila. Sana kerja lagi!”

Venus malah menyengir lebar, “Cemburu ya, bos?”

“Ih, amit-amit. Udah sana masak lagi. Sebel liat muka lo.”

“Sebel apa suka?” Venus benar-benar sudah menjatuhkan sikap hormatnya pada Nabila dan Yumika sejak hampir dua tahun yang lalu. Meskipun secara resmi, kedua gadis ini adalah bosnya.

“Hati-hati, cinlok kalian nanti!” Nabila mengingatkan keduanya yang malah dibalas dengan mata melotot oleh Yumika dan senyuman mengejek dari Venus.

Merasa terpojok, Yumika langsung kabur keluar dari dapur. Membuat beberapa staf menarik senyum tipis namun tetap kembali pada pekerjaan mereka.

“Kamu lanjutin ya. Aku lihat-lihat keluar dulu.” Nabila ikut berlalu. Perasaannya tidak tenang, seolah sedang ada yang mengintainya. Jadi seharian yang ia lakukan hanyalah duduk dibalik konter. Mengamati penikmat kafenya yang datang dan pergi.

Ketika malam sudah menjelang, Nabila mulai bisa merasakan kembali sakit di pinggangnya. Ia mulai mengutuk dalam hati tentang orang yang menembaknya di waktu lalu. Kalau sampai bertemu lagi dengan lelaki itu, Nabila akan mematahkan tangannya karena telah berani-beraninya melukai tubuhnya. Ah, sepertinya luka ini akan susah hilang. Gerutu Nabila dalam hati.

“Bos, mau tutup jam berapa?” suara Venus menyadarkan Nabila dari lamunannya. Ia mendongak menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah cukup larut, tapi sepertinya beberapa pelanggan masih betah duduk-duduk menghabiskan malam.

Sweetly BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang