Kaki Nabila terayun mengikuti irama ketika Randi membawanya berputar dilantai dansa. Angkasa mengamati dari meja. Ia menyesap minumannya pelan dengan mata memicing tajam menatap pria asing yang sedang menggenggam Nabila.
"Kamu mengambil langkah yang terlalu gegabah, Nabila!" Randi berbisik. Ia kesal setengah mati ketika Nabila menghubunginya kemarin malam. Begitu juga Fadera, lelaki itu mungkin sedang duduk disalah satu sudut ruangan dan menyimpan sumpah serapahnya dalam hati.
"Aku mencintainya, Randi!" ucap Nabila tajam.
Randi mengeluarkan tawa mengejek. "Jangan bicara tentang cinta ketika kamu baru dua bulan mengenalnya. Apa kamu mengenal keluarganya? Di mana mereka sekarang? Bagaimana dengan orang tuamu, kenapa mereka tidak datang? Pernikahan ini begitu aneh Nabila. Tidakkah kamu bisa melihat itu?"
Nabila mengatupkan bibirnya diam. Ia tidak tahu harus membalas ucapan Randi dengan apa. "Aku yang meminta agar orang tuaku tidak datang. Dan Angkasa pasti punya alasan kenapa keluarganya tidak bisa datang. Seperti yang kamu katakan, pernikahan ini begitu mendadak."
Randi menggeleng, "Sudah kamu melakukan background check pada Angkasa? Siapa keluarganya, apa pekerjaannya, dari mana asalnya?"
Bungkam dengan pertanyaan Randi, Nabila menggigit bibirnya kesal. Ingin sekali menginjak kaki Randi dan menendang tulang kering pria itu. "Pernikahan kami adalah untuk selamanya, kami masih punya waktu yang panjang untuk saling mengenal."
"Lalu jika ketika kamu mengenal rahasia yang orang itu simpan, apa kamu akan tetap ada disisinya? Meskipun rahasia itu akan menghancurkanmu?" Randi mengeratkan tangannya pada pinggang Nabila.
"Apa maksudmu?" Nabila mendesis. Melirik Angkasa sejenak, memastikan pria itu tidak menyadari wajah Nabila yang tertekuk kesal.
"Aku hanya bertanya, Nabila. Aku menyayangimu. Kita semua menyayangimu, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu." Randi akhirnya menghela nafas kalah. Ia menarik senyum lelah.
"Aku akan tetap ada disisinya, apa pun yang terjadi."
"Oke. Semoga kamu bahagia." Randi tersenyum. Mereka menghentikan pergerakannya ketika lagu berakhir. "Aku pastikan Sagara tidak akan tahu tentang hal ini."
Randi meninggalkan kecupan singkat di kening lalu bergerak menjauh. Membuat Nabila menatap kepergian Randi dengan tidak tenang. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pria itu.
"Sayang," Nabila melonjak kaget saat seseorang berbisik begitu dekat ditelinganya. Ia berbalik dan mendapati Angkasa merengut di belakangnya.
"Y-ya?" Nabila menjawab gugup.
Angkasa meraih tangan Nabila, mengiring gadis itu untuk kembali berdansa saat lagu berikutnya mulai mengalun.
"Siapa dia? Aku tidak ingat mengundangnya?" ucap Angkasa dengan sebal. Matanya menatap pada Randi dan Fadera yang sedang berdiri bersisian menatap balik Angkasa dengan tajam.
"Investor di kafeku sekaligus teman dekat." Jawab Nabila.
"Kenal dari mana?"
"Aku mengenal mereka sudah lama sekali Angkasa. Tidak perlu cemburu, aku hanya mencintaimu."
"Tapi mereka terus menatapku seolah aku ini alien yang sedang menculikmu!" Angkasa menyergah, membuat Nabila menoleh menatap Randi dan Fadera. Memberi kedua pria itu dengan sedikit melotot agar mereka menghentikan tatapannya.
"Abaikan saja. Mereka sudah seperti saudara laki-lakiku. Jadi wajar kalau mereka sedikit murka aku menikah tanpa meminta restu."
Angkasa merengut mendengar jawaban Nabila. Matanya kembali bertubrukan pada Randi dan Fadera yang masih mendelik ke arahnya. Jelas sekali dua laki-laki itu peduli pada istrinya, hanya saja Angkasa tidak yakin apakah kepedulian itu hanya sebatas peranan seorang saudara laki-laki, atau mereka memiliki maksud lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetly Broken
RomanceKata pepatah, polisi dan penjahat adalah pasangan serasi. Lalu apa jadinya jika mereka menikah? Angkasa David Leander. Tampan. Cerdas. Seorang anggota intelegen negara. Nabila Putri Galaksi. Cantik. Cerdas. Seorang kurir obat obatan terlarang. Lalu...