30 - Tidak Diundang

32K 2.6K 115
                                    

Apa pun itu kebahagiaan yang Nabila rasakan selama dua hari penuh bersama Rangga harus berakhir. Sore ini Nabila sudah kembali ke rumahnya. Angkasa berkata masih harus tinggal di Jogja lebih lama lagi karena ada urusan pekerjaan. Well itu bohong, Nabila tahu tentang pernikahan Rena, dan dia tidak diajak.

Wanita itu hanya menarik senyum ketika untuk ke sekian kalinya Angkasa mencari alasan agar Nabila tidak sakit hati. Sejujurnya Nabila ingin menghujat Angkasa karena menyembunyikan pernikahan ini dari keluarganya, tapi Nabila tidak bisa protes. Karena Nabila juga menyembunyikan Angkasa dari kedua orang tuanya.

Selain itu, Nabila tahu benar jika Angkasa mengabarkan tentang pernikahan mereka pada dunia, maka Sagara juga akan tahu. Nabila tidak ingin membawa Sagara masuk pada keluarga Angkasa. Hanya tuhan yang tahu apa yang akan Sagara lakukan.

Senyum getir tercetak di wajah Nabila ketika memikirkan nama itu lagi.

Apa yang dilakukan Sagara sekarang? Sedang menakut-nakuti remaja lainnya dan merekrut mereka untuk melakukan pekerjaan kotor? Nabila hanya berdoa, lelaki itu segera bertobat.

"Kak, ada paket itu!" Denis bergumam sambil lalu dan meletakan sebuah amplop berwarna coklat di meja makan.

Nabila mengernyit. Ia membasuh tangannya yang baru saja mencuci buah.

"Dari siapa?" teriaknya pada Denis yang sudah masuk kamar.

"Dari pak pos!"

Nabila menggeram kecil. Semakin hari Denis semakin menyebalkan. Turunan siapa sih anak itu? Oh, Alex. Mengingat tentang kakak Angkasa itu membuat darah Nabila naik ke ubun-ubun.

Angkasa sudah menceritakan semuanya.

Denis, anak kandung Alex? Bisa jadi, mengingat perangai anak itu yang menyebalkan.

Denis, keponakan Angkasa? Betapa Nabila ingin tertawa jika mengingat hari-hari dahulu ketika Angkasa sangat membenci Denis dan sebaliknya.

Denis, ingin diambil oleh Alex? Langkahi dulu mayat Nabila!

Enak saja, mentang-mentang ayah kandung dia bisa menculik Denis begitu saja darinya. Nabila tidak akan membiarkannya. Segala hak asuh atas Denis sudah Angkasa urus atas namanya. Jika Alex ingin mendapatkan Denis, lelaki itu harus puas dengan nama Nabila dan Angkasa sebagai orang tua legal.

"Denis! Kamu belum makan siang! Sini makan dulu!"

"Nanti! Masih ada tugas!!"

"Tugas apaan, ini hari minggu."

"BESOK DIKUMPULIN KAK!"

Nabila memicingkan matanya. Kesal. "NGGAK ADA MAKAN MALAM BUATMU!"

Setelah mengatakannya, Nabila baru membuka amplop tersebut. Tebal. Kira-kira apa isinya?

Tapi baru melirik sudut dari isi amplop itu, Nabila sudah tahu, rumah tangganya sedang dilanda oleh badai.

"Wanita ular itu!" Nabila menggeram dengan tangan meremas lembaran-lembaran foto yang baru saja ia keluarkan dari dalam amplop.

Helena bersama Angkasa dalam sebuah kamar.

Helena TIDUR dalam selimut yang sama bersama Angkasa.

Helena yang hanya mengenakan pakaian dalam dan balutan selimut mengobrol dengan Angkasa.

Helena mengenakan gaun elegan dan berjalan berdampingan bersama Angkasa di sebuah pesta.

Serta berbagai foto lainnya yang menunjukkan keintiman dua orang itu.

Well, Nabila tidak ingin terbawa emosi, tapi ia juga tidak ingin sepenuhnya diam. Selama ini ia mengabaikan Helena ketika dengan jelas wanita itu mengejeknya karena tak bisa bersanding bersama Angkasa. Namun kini, wanita itu memilih untuk membuat Helena jera.

Nabila meraih ponselnya, pertama ia mengirim pesan pada Angkasa. Kedua ia menghubungi nomor Yumika.

"Mik, aku butuh bantuan. Bisa datang ke Jogja nanti malam?"

****

Terima kasih telah membaca! Jangan lupa berikan vote dan tinggalkan komentar ya. Cuplikan dari cerita ini akan di upload setiap hari Rabu dan Sabtu pukul 20.00.

Bagi yang ingin membaca versi lengkap bisa menuju ke Karyakarsa/Amubamini, pilih menu "Seri" dan pilih karya "Sweetly Broken". Kalian juga bisa mendapatkan diskon-diskon menarik jika hendak membeli satu paket bacaan. Keterangan dan lain-lain bisa kalian baca di menu "Paket" ya.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Salam sayang,
Amubamini.

Sweetly BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang