06

34 10 36
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06
||•  DATANG KEMBALI •||

.

.

.

"Eh, kamu....kamu udah nikah? Emang umur kamu berapa?"

Maya terkejut, tentu saja. Dia tak menyangka bahwa lelaki yang ditemuinya itu ternyata sudah menikah dan bercerai. Sulit dipercaya. Untung saja sudah cerai, kalau masih belum cerai, bisa-bisa Maya dicap sebagai pelakor. 

Rudi mengangguk, sedikit tertawa ketika mendapati respon Maya yang seperti itu. Seolah tidak percaya kalau dirinya sudah menikah. "Ahaha, aku baru bilang ya? Umurku masih dua puluh lima tahun kok, kenapa?"

"Nggak papa, kamu ternyata nikah muda ya? Aku kagetlah, nggak keliatan juga kalau udah nikah." Mencoba untuk menghilangkan kecanggungan, Maya terkekeh pelan. Jangan sampai Rudi tersinggung karena ucapannya yang terkadang memang minta untuk dipukuli. 

"Iyakah? Berarti masih keliatan awet muda dong ya, nggak keliatan kayak bapak-bapak." Rudi pun ikut terkekeh, memasang tampang sombong dan narsis. Dia malah merasa tersanjung, jarang-jarang kan Rudi dianggap muda. 

Melihat tingkah Rudi yang tampak lucu di mata Maya, gadis itu balas tertawa. "Iyalah, masih dua puluh lima tahun. Kalau aku sih masih remaja, tapi pengin deh jadinya." 

"Hah? Pengin apa? Terus umur kamu berapa emang?" mengernyit sejenak, Rudi balik bertanya. Kalau dilihat dari tampang Maya sih sepertinya memang masih seumuran bocah tanggung.

"Pengin nikah lah, kayaknya enak. Umur aku baru dua puluhan sih."

Enak katanya. Mendengar opini itu, Rudi refleks tertawa. "Ya enak aja kalau dapet jodoh yang benar. Hmm, cuma beda lima tahun ya rupanya."

Maya mengangguk mengiyakan, "heem. Berarti aku bisa manggil kamu kakak dong. Kamu kan lebih tua dari aku, hehe."

Membulat setengah tak terima, Rudi menolak. Tidak, tidak, dia tidak suka dipanggil seperti itu. "Heh, jangan. Panggil nama aja, geli tau kalau pakai embel-embel begitu."

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang