17

17 5 18
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17
||• HILANGNYA PENGGANGGU •||
.

.

.

Maya merasa bimbang dan risau. Duduk di tengah ruangan yang hening. Tidak ada siapa pun selain dirinya. Sudah hampir dua jam Zayyan pergi meninggalkannya seorang diri di kamar. Entah apa yang tengah dilakukan oleh pacarnya itu hingga Maya merasakan perasaan campur aduk seperti ini.

Antara takut, sedih, kesal, bimbang, risau, dan bingung. Maya tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah Zayyan. Maya hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar Rudi senantiasa dilindungi. Maya tahu betul bagaimana penampakan Zayyan ketika marah dan itu benar-benar mengerikan.

Maya hanya tak ingin jika Rudi atau pun Zayyan saling berkelahi atau bahkan bertengkar hanya karena dirinya. Karena Maya yang menjadi penyebab atas kemarahan Zayyan, tentu saja dia sangat merasa bersalah dari lubuk hatinya yang terdalam.

'Aku harap, mereka berdua baik-baik saja. Tuhan, tolong lindungi mereka....'

Memejamkan matanya sejenak, Maya fokus dalam doanya. Sesekali jari-jemarinya bergerak gusar. Tak lupa di antara telapak tangan Maya terasa sedikit basah akibat keringat dingin. Di saat Maya mengalami hal seperti ini, kepanikan berusaha untuk menguasai dirinya. Terlebih lagi karena Maya juga memiliki luka masa lalu yang buruk, dia tumbuh menjadi perempuan yang mudah sekali panik dan overthinking.

Biasanya jika situasinya seperti ini, akan ada Zayyan yang selalu berusaha untuk menenangkan jiwanya yang resah. Namun sekarang tidak lagi, karena Maya juga tidak tahu Zayyan berada di mana dan sedang melakukan apa. Maya harap, itu bukanlah kabar buruk. Maya membencinya. Dia tak menyukai berita yang tidak mengenakkan.

Di tengah lamunannya yang panjang, gendang telinga Maya menangkap sesuatu. Suara derit pintu menyapa kehadirannya untuk saat ini. Di kala Maya membuka matanya secara perlahan, hal yang pertama kali dia lihat adalah Zayyan. Zayyan beserta dengan luka memar di beberapa sudut wajahnya itu mulai berjalan menghampiri Maya.

Bersamaan dengan ekspresi wajah datar, Zayyan bergegas berhambur masuk ke dalam pelukan Maya. Obat atas seluruh luka dan rasa sakitnya yang tidak ada tandingannya. Bagi Zayyan, Maya adalah rumah sekaligus obat yang dimilikinya. Dia tak mau jika harus kehilangan apa pun lagi, Zayyan akan senantiasa mempertahankannya.

Hangat. Maya merasakan hangat di setiap kali dirinya mendapatkan pelukan dari Zayyan. Rasa tenang dan aman itulah yang menyebabkan Maya juga sangat menyukai Zayyan. Tanpa basa-basi, Maya pun membalas pelukan tersebut. "Astaga Sayang, kamu tuh habis ngapain sih?"

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang