30

20 6 19
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30
||• MINUMAN MISTERIUS •||
.

.

.

"Tunggu di luar saja, jangan ke mana-mana. Tunggu ya?" 

Rudi memberi pesan, menghentikan langkah di saat mereka telah tiba di tempat tujuan. Padahal tempat tujuan yang hendak Rudi kunjungi masih beberapa langkah lagi. Tempat itu tampak ramai, sesekali orang-orang berlalu lalang di antara mereka. 

Maya terdiam sejenak, merasa heran. Kenapa dia harus menunggu di luar?

"Iya, jangan lama-lama ya. Di sini lumayan nakutin, banyak orang yang lewat." Walau Maya memiliki banyak pertanyaan yang hinggap di dalam benaknya, pada akhirnya dia mengalah. Mengiyakan ucapan Rudi saja tanpa banyak bertanya. 

"Iya, sebentar kok." Rudi mengangguk, berjalan memasuki kedai tersebut. 

Maya menunggu di sisi lain, berdiri sembari memperhatikan aktivitas yang terjadi di pinggir jalan raya. Menghitung kendaraan umum yang senantiasa berlalu. Tujuh menit kemudian, akhirnya Rudi keluar dari kawasan dalam kedai dengan tangan yang memegang kantong kresek berwarna hitam pekat. 

"Sudah, ayo aku antar kamu sampai rumah." 

Sepasang iris mata Maya melirik kepada kantong kresek itu, sesekali mencoba untuk mengintip isi dari kantongnya. Namun segera Rudi halau dengan menggeser kantong itu ke bagian belakang badannya. 

"Kamu beli minuman apa tuh? Kenapa aku nggak boleh masuk?" Karena rasa penasarannya yang kian meninggi, Maya memberanikan diri untuk bertanya. Menatap Rudi menggunakan ekspresi menyelidik. 

Rudi terkekeh pelan, salah satu tangannya yang kosong pun terangkat. Menyentil permukaan kening Maya lirih. "Bukan apa-apa. Kamu nggak usah mau tahu ya, Bocil." 

Maya refleks merintih, lebih tepatnya karena kaget dengan pergerakan Rudi yang terbilang tiba-tiba. Merasa sedikit kesal, dia pun menggelembungkan pipinya. "Ish, dasar. Iya deh, si paling tua. Dasar om-om." 

Tawa ringan Rudi pecah, kepalanya menggeleng. Tak habis pikir saja. "Enak saja, aku bukan om-om. Masih muda begini kok." 

Giliran Maya yang menyeringai jahil, akhirnya dia memiliki kesempatan untuk membalas kelakuan menyebalkan Rudi. "Muda apanya, om-om begitu kok. Om Rudi, ahaha." 

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang