28

21 5 17
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28
||• KUAT DI SEGALA KONDISI •||
.

.

.

Ah, tidak. Sepertinya Maya salah dalam bertindak. Sekarang eskpresi wajah Rudi malah kembali ke sedia kala. Terlihat masam dan sedih. Apa yang harus dia lakukan?

"Aku minta maaf, Rudi. Kayaknya aku terlalu penasaran sampai....maaf ya? Aku nggak bermaksud apa-apa kok," ucap Maya merasa tak enak hati. Meringis canggung.

Rudi mengangguk, menarik pangkal bibirnya samar. "Bukan masalah, aku sama sekali nggak tersinggung kok."

Maya terdiam lagi, kehabisan kata-kata untuk merespon. Rudi juga tampaknya tidak mencari topik pembicaraan yang lain. Apakah Rudi memang tak ingin berbincang dengan Maya atau mencoba untuk mematikan pembicaraan?

Suap demi suap Maya masukkan ke dalam mulutnya. Tak terasa es krim yang tengah dia nikmati pun perlahan habis. Tandas tak bersisa. Bahkan setelah es krim habis, mereka sama sekali tak membuka topik percakapan yang baru.

"Lupakan soal yang baru saja ku katakan, sekarang aku yang ingin bertanya. Boleh?"

Ketika Maya hendak mengeluarkan suara, mendadak pertanyaan Rudi memotong aktivitas tersebut. Dengan kepala yang menoleh menatap sepasang netra kecokelatan kepunyaan Maya, mereka saling beradu pandang.

Maya sedikit tersentak, walau pada akhirnya kepalanya mulai mengangguk memberi izin. "Ah iya, mau nanya apa?"

"Waktu pertemuan pertama kita, kamu pernah bilang kalau ibumu pergi dari rumah. Maksudnya itu gimana? Aku sebenarnya masih belum terlalu paham, tapi karena waktu itu keliatannya juga darurat jadi aku nggak bertanya lebih dalam lagi."

"Oh, soal itu ya. Bagian mana yang nggak bisa kamu pahami? Ibuku itu benar-benar pergi ninggalin aku di rumah, sampai sekarang aku nggak pernah dengar kabar tentang dia lagi. Arti dari kata pergi itu kabur, Rudi. Ibuku kabur entah ke mana, kalau di Kota Pinggiran, katanya sih itu hal normal yang sering terjadi di sini. Orang tua kabur meninggalkan anaknya, itu artinya mereka nggak mau tanggung jawab lagi untuk merawat anaknya. Kira-kira begitulah, aku juga nggak bisa jelasin secara detail banget. Kamu paham, kan?"

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang