04

56 11 30
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


04
||• KENANGAN YANG SULIT •||
.

.

.

Rudi membantu Maya untuk duduk dengan perlahan. Rasa sakit menghujam persendian kaki Maya. Sepertinya kaki Maya benar-benar terkilir cukup keras, bahkan hanya digerakkan sedikit saja rasanya sudah ngilu sekali.

Maya merunduk, melepas sepasang sepatunya itu sembari membuang napas berat. Sepatunya rusak. Padahal dia sudah susah payah membeli sepatu tersebut. Sekarang Maya harus membuang sepatunya karena tidak bisa dipakai. Diperbaiki pun sepertinya juga tidak bisa, ini sudah terlalu rusak.

Sedangkan Rudi hanya diam menyaksikan Maya yang sibuk dengan sepatu, tetap berdiri di posisinya. Karena merasa bingung harus melakukan apa, Rudi pun mengusap permukaan belakang leher seraya mengingatkan Maya.

"Kakimu pakein ini biar enakan, biar nggak bengkak." Tangan kanan Rudi terulur kepada Gadis itu, memberikan minyak gosok.

"Ah iya," Maya menoleh. Kembali mengulas senyuman sebagai tanda terima kasih, Maya menerima minyak gosok itu. "Makasih ya Rudi, udah bantu aku sama sekalian nganterin aku pulang. Hhh, kalau nggak ada kamu, aku udah nggak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Ayo duduk, masa berdiri begitu sih."

"Hah? Eh....emm iya sama-sama. Syukurlah kamu nggak papa kan, aku....aku nggak lama di sini sih tapi kebetulan aku mau ngasih ini sesuai sama janjiku tadi pagi." Rudi kembali mengulurkan kantong kresek yang sempat dibawa olehnya kepada Maya. Dia memang sengaja membelikan itu sebagai ucapan terima kasih.

Kali ini, Maya sedikit terkejut. Tak menyangka akan diberikan hadiah beruntun seperti ini. Tanpa basa-basi, Maya pun menerimanya. Melihat isi kantong kresek tersebut. Seketika, dia pun membulat. Mendongak ke arah Rudi sembari menatap dengan sorot mata tidak percaya.

Rudi memberikan dirinya sebuah kue dan gelang. Manisnya, sudah lama Maya tidak menerima hadiah semacam ini.

"Eh, apa ini? Kamu serius ngasih aku ini?"

Hanya anggukan kepala sebagai jawaban. Rudi terlihat kaku dan canggung, dia takut kalau Maya tidak akan menerima hadiah tersebut karena terlalu pasaran. "Maaf kalau....terlalu sederhana."

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang