26

17 6 6
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26
||• KUE IKAN SEJUTA KENANGAN •||
.

.

.

"Aku mau ngajarin kamu buat bikin kue ikan, kue kering kesukaan anakku." 

Rudi menyiapkan segala bahan, menata di atas meja tersebut dibantu oleh Maya. Sedangkan Maya, dia sekilas mengerutkan kening. Nama kue itu tak pernah dia dengar selama ini. 

"Kue ikan? Aku baru tahu kalau ada kue semacam itu," gumam Maya setengah heran. Melirik ke arah posisi Rudi berada.

Rudi mengambil wadah, menuangkan tepung ke dalam wadah itu. "Memang, soalnya kue ikan itu memang resep buatan sendiri. Kamu nggak akan nemuin jenis kue ini dimana pun."

"Wah, iyakah? Apa kamu yang buat resep itu, Rudi?" karena merasa penasaran, hal itu tentu saja mengundang banyak pertanyaan dari Maya. 

Sebenarnya dari dalam lubuk hati, Maya sangat penasaran dengan kisah dibalik sosok Rudi. Laki-laki berusia dua puluh lima tahun itu tak pernah menceritakan apa pun kepada Maya. Dia berharap bahwa lambat laun, Rudi bisa terbuka kepadanya. Rudi itu tipe manusia yang tidak suka membicarakan tentang dirinya sendiri, terlalu menutup diri dari kehidupan orang lain. 

Tangan Rudi menggapai teko yang berisikan air, kemudian menuangkannya sedikit demi sedikit ke dalam wadah. Sejenak Rudi menahan jawabannya. Dari posisi Maya, dia bisa mendengar helaan napas pelan darinya.

"Bukan, resep ini dari mantan istriku. Aku belajar dari dia," jawab Rudi di menit berikutnya. Kembali melanjutkan membuat adonan kue. 

Maya mengamati setiap gerak gerik yang dihasilkan oleh Rudi. Laki-laki itu begitu lincah dalam membuat adonannya. Mengaduk adonan hingga menggumpal, memasukkan kuning telur, margarin, gula dan sedikit garam sebagai pelengkap. 

Maya mengangguk mengerti, ber-oh lirih. "Aku jadi penasaran sama mantan istrimu deh, Rudi. Dia pasti pintar ya, soalnya setiap aku bertanya pasti jawaban yang kamu berikan selalu mengarah ke istrimu. Kamu kayaknya belajar banyak ya, kapan-kapan jadi pengin ketemu deh." 

Setelah Maya mengatakan itu, gerakan tangan Rudi yang sedang sibuk mengaduk adonan sempurna terhenti. Ekor matanya memicing datar ke arah Maya. Gadis itu tengah terkekeh ringan. Sepertinya Maya sungguh-sungguh penasaran hingga tak sadar bahwa ucapannya menyinggung Rudi. Mau bagaimana pun, Rudi ingin menghapus seluruh jejak hidupnya termasuk tentang kenangan keluarganya itu. Dia tak berminat untuk membahasnya. 

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang