21

21 6 15
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21

||• HANYA SEBATAS KEBOHONGAN •||
.

.

.

Esok harinya. 

Sepasang iris matanya perlahan terbuka, pandangannya masih sedikit kabur. Maya melenguh pelan, jemarinya naik memijat kening yang terasa pening. Ketika dia membuka mata, Maya tersadar bahwa dirinya sudah tiba di dalam rumah. Sinar mentari tampak merambat masuk melalui ventilasi dan jendela rumah yang menganga lebar. 

"Bangun juga akhirnya." 

Sebuah suara bernada datar itu mengejutkan Maya. Cepat-cepat dia menoleh, menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Maya refleks menutupi badannya menggunakan jaket, tapi ternyata jaket itu juga bukan miliknya. Setelah Maya perhatikan lagi ternyata sekarang dia tertidur di sofa ruang tamu. 

Apa yang terjadi?

"Ka-kamu ngapain ada di sini, Rudi? Kamu habis ngapain?" tanya Maya menggunakan suara yang terbata-bata. Sedikit merasa malu karena dia mengenakan pakaian yang terbuka. 

"Menurutmu?" memiringkan kepala sejenak, Rudi balik bertanya. Ekspresinya benar-benar acuh. 

"Ya....ya aku nggak tahu. Zayyan mana? Kenapa malah ada kamu di sini? Aduh, aku kok lupa ya." 

Maya kebingungan. Semua ini terasa ganjil baginya. Perasaan tadi malam Maya hanya bersama Zayyan saja deh. Mereka berada di tengah tempat yang ramai. Seingat Maya, dia sama sekali tidak berpapasan dengan Rudi bahkan melihat pun tidak. Bagaimana bisa sekarang Rudi ada di dalam rumahnya?

Melihat reaksi Maya yang keheranan, Rudi refleks memutar bola matanya dengan malas. "Nanti aku jelaskan, sekarang lebih baik kamu mandi terus ganti baju yang benar. Nggak risih apa? Aku yang lihatnya saja sakit mata, sana ganti baju. Dasar bocil, ada-ada saja kelakuannya." 

Mendengar keluhan Rudi, Maya menautkan kedua alisnya sekilas. Sedikit merasa keberatan, dia pun melotot tak terima. "Aku bukan bocil ya, enak saja." 

"Bodo amat," jawab Rudi singkat. Dia berbalik, melangkah menuju dapur. Entah apa yang akan dia lakukan di sana. 

Baiklah, Maya akhirnya menurut. Melenggang pergi menuju kamar dan membersihkan diri dari kotoran yang menempel. Sehabis mandi, perasaan Maya semakin membaik. Rasa sakit yang menghujam kepalanya pun perlahan hilang. Sepertinya saran Rudi bagus juga, badan Maya terasa lebih enteng dan ringan dibanding sebelumnya. 

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang