12

36 7 23
                                    

PERINGATAN: CERITA INI HANYA DAPAT DINIKMATI UNTUK USIA 17 TAHUN KE ATAS. BEBERAPA ALUR, KATA-KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS AKAN HADIR DI CERITA INI. DIHARAPKAN PEMBACA BISA BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI.

CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA.

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Jangan lupa untuk follow, vote, komen, dan simpan book ini di perpustakaan favorit kalian yaaw❤️❤️❤️💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12
||• KERAGUAN DAN KEJELASAN •||

.

.

.

"Kamu mau jus nggak? Kebetulan aku ada buah-buahan di kulkas." Tawar Zayyan kepada Maya. 

Hampir satu jam mereka saling membisu. Kehabisan topik pembicaraan dan lebih memilih untuk menikmati acara televisi yang sedang mereka tonton bersama. Karena merasa sepi, Zayyan pun mulai mengajak bicara Maya. Menawarkan minuman karena saat ini es teh yang dia hidangkan telah tandas. 

Kepala Maya tertoleh, sejenak mengernyit seraya menimbang-nimbang tawaran yang diberikan oleh Zayyan. "Jus? Kamu mau buatin aku jus apa? Boleh deh, aku mau." 

"Ada apel, stroberi, sama melon sih. Terserah, kamu mau apa?" 

"Emm, stroberi deh. Boleh ya?" pinta Maya, intonasi suaranya terdengar manja. 

Zayyan tersenyum, beranjak dari tempat duduknya. "Oke, Sayang. Tunggu ya, cuma sebentar kok." 

Maya mengangguk ketika Zayyan mulai berjalan menjauh dan memasuki dapur. Membuatkan permintaan Maya. Sedangkan gadis itu pun cukup menunggu saja, kembali menonton acara televisi. Sesekali Maya tertawa di kala acara tersebut menyuguhkan beberapa candaan. Lama-kelamaan, Maya merasa sedikit nyaman berada di rumah itu. 

Walau terdapat segurat ketakutan tertancap di dalam hati Maya. Dia berusaha untuk mengabaikannya. Mungkin Maya hanya sekadar trauma saja, maka dari itulah terkadang dia suka sekali overthinking terhadap sesuatu yang sensitif. Namun tak mengapa, lambat laun Maya pasti akan terbiasa. Lagi pula Zayyan sudah berubah, dia tidak akan pernah melakukan itu lagi. 

"Minumannya udah jadi," Zayyan menyela. Muncul dari balik pintu dapur, membawa dua gelas jus stroberi. Menghidangkannya tepat di hadapan Maya. 

"Nih, diminum dulu, Sayang. Jusnya manis loh," ucap Zayyan menambahkan. Dia mendaratkan punggungnya di permukaan sofa, merangkul pundak Maya agar jarak mereka tak terputus.

Sepasang iris matanya berbinar, tanpa ragu Maya pun langsung meraih gelas tersebut. Tersenyum kepada Zayyan sebagai tanda bahwa dia sangat berterima kasih. "Wah, kayak aku nggak?" disusul oleh kekehan ringannya. 

Mendengar gurauan semacam itu berhasil membuat Zayyan ikut terkekeh pelan, salah satu tangannya yang kosong mulai menggapai pipi Maya lantas mencubitnya lembut. "Bahkan kamu lebih manis daripada jus ini, Sayang." 

Malam yang Gemerlap [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang