part - nine

13 2 0
                                    

Jika kamu merindukan seseorang, maka ingatlah bagaimana kejamnya ia saat membuangmu.

- anonymous

_______________

Motor trail biru milik Fajar terparkir rapi di sebuah garasi rumah mewah. Rumah luas bernuansa putih abu-abu itu terkenang indah dan asri namun sunyi. Terdapat sebuah taman yang berisi berbagai tanaman bunga terawat dengan rapi. Di sebelah utara terdapat kolam yang berisi berbagai jenis ikan hias. Kolam itu juga terpelihara dengan bersih.

Fajar menenteng helm nya, berjalan masuk kearah pintu utama.

"Eh Aden, udah lama?" Seorang pria paruh baya muncul dan menyapanya.

"Engga, mang. Ini saya baru aja nyampe" jawab Fajar sopan.

"Oh iya, Bapak ada di dalem disana juga ada Nyonya sama Mas, Aden masuk saja sini helm-nya biar Mang Diman simpen" Pria paruh baya itu meraih helm hitam dari tangan Fajar.

"Makasih ya, mang" ucapnya sesaat sebelum melangkah masuk kedalam rumah.

Fajar berjalan pelan menyusuri ruang tamu rumah ini. Ia mengamati dengan teliti setiap sudut ruangan yang terlihat belum banyak berubah.

"Masih inget pulang lu?" sebuah suara mengagetkan lamunannya.

"Nyokap lu nelfon kemarin" jawab Fajar singkat. "Gue diminta kesini"

"Kalau Mama ga nelfon, lo ga pulang?"

"Pulang?" Fajar menatap remeh sesosok pria yang berdiri didepannya ini. "Sejak kapan gue punya tempat pulang?" lanjutnya.

"Oh iya, gue lupa. Lu kan anak yang ga diinginkan" ucap pria itu yang kemudian melenggang pergi meninggalkan Fajar.

Pria itu bernama Cakra. Kakak tiri Fajar yang sejak dulu tak pernah menerima keberadaan Fajar. Omongannya memang kerap kali menusuk hati Fajar, namun sayangnya ia sudah terbiasa akan hal itu.

Fajar melangkah menaiki anak tangga mencari sebuah ruangan. Iya, dia ingin mengunjungi ayahnya.

"Ceklek"

Sebuah pintu terbuka, menampilkan sesosok wanita dengan rambut ikal tergerai dan mengenakan dress berwana merah muda. Itu ibu tiri Fajar.

"Loh, kamu kapan dateng? Ga ngabarin mama dulu" sapa wanita itu.

"Gue baru aja dateng, Ayah dimana?" jawabnya santai.

Perempuan itu terlihat agak kaget dengan gaya bahasa anak tirinya. Ia menghela nafas berat, berusaha mencoba memaklumi sikap kurang sopan Fajar.

"Ayah kamu didalem, masuk aja. Mama bikinin minum ya" ucap wanita itu sebelum melangkah pergi

Fajar memasuki kamar itu perlahan, dan menutup pintunya. Ia mendekat ke sebuah ranjang besar, disana ayahnya berbaring lesu dengan wajah pucat pasi. Lelaki tua itu menatap kearah jendela yang menampilkan view taman dari lantai 2.

"Assalamu'alaikum" ucap Fajar pelan.

Ayahnya menoleh menatap kedatangan putranya.

"Masih ingat jalan pulang kamu"

Fajar tersenyum miring. Ia muak mendengar kata-kata yang selalu diucapkan oleh semua penghuni rumah ini.

"Sejak kapan aku punya tempat pulang" jawabnya lirih.

"Mau sampai kapan kamu jadi anak jalanan?" ayahnya bertanya tanpa sedikitpun menatap Fajar. "Sampai kapan hidup seperti tidak punya keluarga?"

"Keluarga? Keluarga aku udah gaada sejak Mama meninggal".

HE IS MY CRUSH (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang