Dengan mengekor langkah pemuda didepannya, Hani masih memandang ke sekeliling lapangan. Sepertinya ini adalah arena dimana Fajar berlatih pencak silat. Ia memandang diujung sana beberapa anak kecil sedang berlatih dengan seorang pria dewasa. Mereka semua berseragam hitam tanpa mengenakan alas kaki.
"Loh, Fajar?" seorang pria menghampiri mereka berdua. Pria itu terlihat agak tua dengan kumis hitam serta rambut yang mulai memutih. Mungkin usianya sudah menginjak kepala 4.
"Iya pak, gimana kabarnya?" Fajar menjabat tangan pria tersebut sembari tersenyum.
"Baik-baik, ini siapa Jar?" tanya pria itu menunjuk Hani.
"Temen saya pak, namanya Hani" jawab Fajar.
"Hani" gadis di belakangnya itu ikut menjabat tangan dengan ragu.
"Kenalin, Han ini Pak Abdi, pelatih gue" jelas Fajar yang hanya ditanggapi sebuah anggukan oleh Hani.
"Kenapa sekarang jarang ikut melatih?" tanya Pak Abdi.
"Kemarin saya agak sibuk UAS, Pak. Ini baru ada waktu luang" jawab Fajar.
"Yasudah, nanti bergabung sama yang lainnya ya. Saya tinggal dulu" ucap Pak Abdi sesaat sebelum meninggalkan keduanya di sudut lapangan yang terlihat agak remang.
"Taruh aja tasnya, sekalian sepatu lo lepas" ucap Fajar sembari melepas sepatunya.
"Jar, mau ngapain? lo mau ngajarin gue sat set juga?" tanya Hani dengan ributnya.
Fajar tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Hani. Apa katanya? Sat set? "Iya dikit doang, basic aja paling pemanasan doang" jelasnya. "Udah buruan lepas, nggak lama kok biar tubuh lo sehat juga"
Hani hanya menurut perkataan dari Fajar. Ia melepas sepatu dan menatuh tas nya di pinggir lapangan. Gadis itu juga menggulung ujung celananya.
"Oh iya, rambut lo jepit aja ke belakang" ucap Fajar.
"Iya iya bawel" Hani melakukan perintah Fajar dengan memasang wajah cemberutnya.
"Itung-itung olahraga" ucap Fajar sembari tertawa. "Lo ikutin gerakan gue ya, pertama kepala dulu" ucapnya sembari mengangkat kepalanya menengok keatas dan menahannya. Fajar mulai menghitung gerakan pemanasannya.
Hani hanya pasrah dengan perintah dari Fajar. Meskipun jiwa magernya meronta-ronta, namun tak apa karena ini dilakukan bersama dengan Fajar. Setelah selesai melakukan pemanasan seluruh badan, Fajar mengambil langkah untuk berlari kecil mengelilingi lapangan. Hani hanya mengekor dibelakang Fajar. Gadis itu tentu saja sulit mengimbangi stamina Fajar. Pemuda itu tetap terlihat segar meskipun sudah berputar lapangan sebanyak 2 kali.
"Jar, udah-udah istirahat dulu!" protes Hani saat merasa dirinya tak sanggup lagi mengikuti langkah Fajar. Gadis itu terduduk dengan menyilangkan kakinya.
Fajar tertawa geli sembari berlari menghampiri Hani. "Nafas dulu nafas" ucapnya ikut duduk di hadapan Hani. "Kakinya nggak boleh ditekuk, lurusin aja" tangan pria itu menarik pergelangan kaki Hani agar gadis itu tak menekuk kakinya.
"Lo mau nyiksa gue ya?" tanya Hani dengan nafas yang masih memburu.
"Nggak lah, ini tuh gara-gara lo nggak pernah olahraga rebahan mulu sambil nonton drakor"
"Enak aja, gue olahraga ya tiap minggu"
"Kalo pelajaran PJOK doang kan? itu juga lo duduk duduk neduh dibawah pohon"
Hani sangat kesal melihat ekspresi Fajar saat meledeknya. "Yakan yang penting olahraga, lagian ada ya orang olahraga malem-malem gini?"
"Ada, tuh buktinya" ucap Fajar menunjuk pada sekelompok anak yang masih semangat mengikuti latihannya. "Bahkan mereka biasa pulang jam 1/2 pagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY CRUSH (ON GOING)
Ficção AdolescenteCinta bertepuk sebelah tangan, itulah yang dirasakan oleh Gema Lingga Hanisa. Gadis cantik berambut panjang itu tak pernah mempunya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Fajar Lintang Gelora. Pemuda manis yang ia temui saat masa oriantas...