Suasana sekolah sudah lumayan ramai ketika Nada baru sampai. Ia keluar dari mobil setelah memarkirkannya dengan benar. Ketika menoleh, ia melihat Yuda yang ternyata juga baru tiba. Ah rupanya dia juga membawa mobil hari ini.
Nada tersenyum lebar ke arah sohibnya itu.
"Baru sampe juga?" Yuda bertanya ketika ia sudah di posisi sejajar dengan Nada. "Nggak sama Nara?"
"Iya. Nara berangkat sama Romeo."
Yuda mengangguk-angguk. "Mereka masih aja deket ya sampe sekarang? Awet banget. Mereka pacaran nggak sih?"
Nada terkekeh mendengar pertanyaan Yuda. Ya bagaimanapun isi pikiran siapapun yang melihat kedekatan Nara dan Romeo akan seperti itu sih. Karena dilihat dari sisi manapun, mereka seperti tidak bisa dikatakan hanya saling teman jika sedekat dan sesering itu bersama.
"Nggak. Nara sih bilang Romeo bukan tipe dia sih." Dan pembicaraan tentang Romeo dan Nara pun berhenti.
Mereka berjalan bersisian untuk menuju kantin. Seperti biasa, sebelum bel masuk beberapa dari mereka yang berangkat lebih awal dan belum sarapan pasti akan nongkrong di kantin lebih dulu.
Dan nanti, jika bel masuk kurang sepuluh menit barulah mereka akan kembali ke kelas masing-masing.
Jadi pembagian kelas mereka itu begini, Nada, Harjuna, Raja dan Syena itu ada di satu kelas yang sama—kelas XI-IPS 2. Sedangkan untuk Kalil, Yuda, Mireya, Diana dan Jefri mereka ada di kelas XI-IPA 1. Kelas mereka juga berbeda lantai. Kelas IPS ada di lantai dua sedangkan Kelas IPA ada di lantai satu.
"Lo ... udah oke, Nad?" Setelah lama mereka saling diam, akhirnya Yuda kembali bicara. Kini mereka sudah duduk berdua di kantin untuk sarapan. Nada memakan sandwich yang ia bawa dari rumah sedangkan Yuda membuka bungkus roti yang tersedia di meja kantin.
"Oke ... kenapa?" Nada bertanya ragu sambil mengunyah sandwichnya.
"Kalil?"
"Oh." Nada tak langsung menjawab, ia meminum air yang dibawanya dari rumah setelah menelan habis sandwich di mulutnya. "Oke kok. Kenapa sih?"
"Gak apa-apa, nanya aja." Yuda mengangguk meskipun raut wajahnya terkesan tidak yakin dengan jawaban Nada. "Soalnya kita ini kan masih dalam satu lingkup pertemanan yang sama ya. Gue takut lo ... ya lo ngerti lah."
Nada tersenyum, paham apa maksud perkataan Yuda. "Lo nanya gitu ke gue setelah gue sama dia udah putus lebih dari dua minggu, Yud. Telat banget nggak sih?"
Yuda tak bisa mengelak. Ia tahu. Namun sebenarnya, ia ingin menanyakan ini dari kemarin-kemarin. Yuda hanya tak bisa menemukan waktu untuk berbicara berdua dengan Nada, sebab mungkin-entah ini perasaannya saja atau bagaimana-gadis itu seperti terlihat sedikit menghindar ketika mereka tengah berkumpul. Nada memang masih ikut bergabung bersama yang lainnya, tetapi biasanya tidak akan lama. Beberapa menit setelahnya, Nada akan pergi begitu saja. Dan itu sudah berlangsung selama dua minggu ini.
"Yaudah yang penting lo gak apa-apa." Yuda tersenyum. "Gue juga tahu ini pasti berat buat lo."
"Halah halah. Udah lah, gak usah bahas dia."
Dan tepat setelah perkataan Nada, Kalil muncul. Yuda yang sadar jika Nada tengah memperhatikan sesuatu itu ikut menoleh ke arah pintu kantin.
Mereka bertemu tatap, sampai akhirnya Kalil pergi ke tempat mereka duduk dan mendaratkan dirinya di sebelah Yuda.
"Yang lain belum datang ya?" Kalil berbicara santai. Seperti tidak ada apapun—seolah-olah tidak melihat Nada di sana.
"Belum kali. Gue langsung ke sini pas datang sama Nada tadi."
Kalil mengangguk-angguk. Dia tak bicara lagi dan hanya membuka bungkus roti untuk memakan isinya.
Nada yang memang muak dengan tampang Kalil akhirnya bangkit. Menutup tempat bekal yang sebenarnya masih ada isinya itu dan memasukkannya ke dalam tas.
"Udah mau ke kelas?" Oh, harusnya Yuda tidak perlu repot-repot bertanya kan?
"Mau ke ruang siaran." Nada berkata dengan suara yang berusaha ia buat sesantai mungkin. "Gue duluan ya, Yud."
Yuda mengangguk. Membiarkan Nada pergi meninggalkannya dengan Kalil yang masih tidak bereaksi apapun.
Lalu, "Lo ngapain ke sini?" Yuda berkata dengan nada sedikit sangsi.
"Lo nggak liat gue lagi makan?" Kalil balik bertanya acuh tak acuh.
"Ya lo ngapain pake duduk segala di sini, ege?" Yuda berkata geram dan Kalil tak menyahut.
"Sebenarnya lo sama Nada tuh kenapa sih bisa putus? Gue penasaran banget tapi gue nggak bisa nanyain hal ini ke Nada." Yuda terus membombardir Kalil dengan pertanyaan meskipun ia sendiri tahu, jika sahabatnya ini tak akan langsung menjawab. Atau bisa jadi ia diabaikan dan dibiarkan penasaran.
"Kenapa nggak bisa?" Kalil bertanya seraya mengambil air botol kemasan di atas meja.
"Lo pikir aje dah. Orang nanya bukannya dijawab malah balik nanya. Rese lu."
Kalil terkekeh dan menenggak air kemasan milik Yuda. Lalu, tak ada pembicaraan lagi di antara mereka karena Yuda sudah fokus dengan ponselnya.
Hingga tak berselang lama, Harjuna, Raja, dan Jefri datang menyusul mereka di kantin. Mereka langsung melakukan apa yang dilakukan oleh Kalil dan Yuda ketika duduk—membuka bungkus roti.
"Eh lo sebenernya pacaran nggak sih sama Lula?" Harjuna yang bertanya. Tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada Kalil yang duduk tepat di depannya.
Kalil menatap Harjun bingung. Kenapa baru datang tiba-tiba bahas Lula?
"Soalnya tadi gue sama Dian ngeliat Lula lagi ngobrol sama Mas Jaya di depan aula. Mereka keliatan kayak lagi ngobrol serius ... dan Mas Jaya sampe pegang tangan Lula. Tapi Lulanya keliatan nggak nyaman banget."
Kalil tertegun. "Sekarang Lula di mana?"
Semua orang yang ada di meja itu menatap Kalil penasaran.
"Ya ... mana gue tahu lah? Mungkin udah ke kel—"
"Lah lo mau ke mana?" Yuda bertanya ketika tiba-tiba Kalil buru-buru mengenakan tasnya dengan wajah panik yang sangat kentara.
"Lula."
Raja, Harjun, Yuda dan Jefri saling berpandangan.
"Mereka beneran pacaran?" Harjun bertanya. Entah pada siapa.
"Maksud lo Lula pegangan tangan sama Mas Jaya itu ... Mas Jaya alumni sekolah kita kan?"
Harjun mengangguk yakin. "Ya iya. Yang sekarang juga kerja paruh waktu di Star Moon itu. Lo tanya aja ke Dian kalau nggak percaya."
Yuda terlihat menghela napas.
"Kenapa sih?"
Yuda menggeleng. "Yaudah gue ke kelas duluan ya. Udah kenyang." Yang langsung diangguki oleh ketiga temannya.
Di sisi lain, setelah keluar dari kantin, Nada memang berniat untuk pergi ke ruang klub siaran—yah meskipun itu juga bisa disebut alasan karena kedatangan Kalil tadi.
Namun sebelum itu, ia berbelok arah ke parkiran karena ternyata buku catatan klubnya tertinggal di mobil. Dan ketika hendak kembali, Nada malah tak sengaja menangkap seseorang yang sangat ia kenal dan harusnya tidak ada berada lagi di sini.
Langkah Nada terayun untuk mendekati seseorang itu. Lalu, "Mas Jaya?"
Seseorang yang dipanggil Mas Jaya oleh Nada itu menoleh, dan tanpa Nada duga ternyata lelaki itu tengah berbicara dengan ...
Lula?
Kenapa mereka bisa bersama?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA-NADA ASMARA || END√
Teen FictionNada pikir, ia sudah tahu segalanya tentang Kalil. Nada pikir, ia paham bagaimana seluk-beluk lelaki itu setelah mereka menjalani hubungan selama satu tahun. Namun ternyata, Nada salah. Ia tak pernah tahu apapun tentang Kalil. Bahkan ketika hubungan...