"Gue tahu lo bukan laki-laki macam itu, Lil." Syena bersuara lagi setelah beberapa saat mereka saling diam. Bahkan Kalil mengira, Syena tak akan bicara lagi. "Gue tahu ... meskipun lo agak ... " Syena seperti tak bisa melanjutkan ucapannya, ia hanya melirik Kalil yang terus menatap ke arah teman-temannya. Ia berdeham. "Ya pokoknya gitu deh. Tapi gue yakin lo bukan orang yang gampang menghianati pasangannya. Apalagi orangnya itu Nada. Iya, kan?"
"Terus? Menurut lo gue orang yang kayak gimana?" Kalil masih balik bertanya. "Lo nggak tahu apapun soal gue, Sye."
"Justru itu. Justru karena gue tahu gue nggak tahu apapun makanya gue nanya ke lo. Lo beneran sayang sama Nada apa enggak? Tapi kalau lo beneran sayang, yah ... gak mungkin juga sih lo keliatan kesel pas Nada 'ngobrol' sama Mas Jaya tadi. Nggak salah kan gue?"
Kalil menoleh ke arah Syena yang masih menunggu jawabannya. Ia menghela napas dan, "I loved her."
Syena seketika menoleh cepat ke arah lelaki di sebelahnya. "Terus? Sekarang?"
"Lo tahu gue deket sama Lula, kan?"
Syena tak menjawab.
"Gue deket sama Lula dan hubungan gue sama dia memang belum resmi tapi—"
"Belum resmi?" gumam Syena. "Berarti ... bakalan resmi dong?"
Kalil mengangkat kedua bahunya. "Belum tahu. Lihat nanti."
Syena berdecak karena jawaban Kalil yang menurutnya sangat abu-abu ini. "Lo bisa serius nggak sih, Lil?"
"Gue serius kok." Kalil berdiri dari duduknya, meraih baju seragam yang ia lepas tadi sebelum bermain basket sehingga hanya menyisakan kaos putih polos. Ia menatap Syena lagi. "Ada yang mau ditanyakan lagi?"
Syena masih diam.
"Yaudah gue ke kelas."
"Tunggu tunggu." Syena menarik lengan Kalil sehingga membuat pria itu menoleh. Menunggu Syena bicara. "Lo mau Nada tahu soal ini?"
"Soal apa?" Kalil menaikkan satu alisnya.
"Lo yang sebenarnya belum resmi pacaran sama Lula? Atau lo yang sebenernya pernah mencintai Nada?"
Kalil menarik tangannya dari cengkraman Syena dan menjawab, "Terserah lo. Tapi meskipun lo bilang ke Nada, apa itu akan mengubah sesuatu?"
"Ya seenggaknya Nada harus tahu kalau lo pernah sayang juga sama dia, Kaliandra." Ucapan Syena penuh penekanan. "Lo nggak tahu gimana patah hatinya Nada karena lo mutusin dia gitu aja karena dia beranggapan ... kalau selama ini ... lo nggak pernah sayang sama dia."
"Ya udah. Biarin aja dia tetap beranggapan kayak gitu." Kalil menatap lurus Syena. Membuat gadis yang berdiri dan menatapnya itu menggeleng tak percaya. "Justru kalau dia beranggapan kalau gue nggak pernah sayang sama dia itu lebih baik, kan? Dia nggak perlu patah hati lama-lama dan bisa segera dapat pengganti gue mungkin?"
Syena mendengkus tak percaya. Ia benar-benar shock dengan jawaban yang dia dengar dari Kalil.
Awalnya ia memang merasa lega karena setidaknya Kalil pernah menyayangi Nada dan itu tandanya perasaan Nada tidak bertepuk sebelah tangan.
Tetapi ... setelah mendengar apa yang lelaki itu ucapkan barusan ...
Astaga ... Syena sudah tidak tahu harus mengucapkan apa.
Sampai keheningan di antara keduanya pecah ketika ponsel Kalil berbunyi. Lelaki itu segera mengambil ponselnya yang ada di saku celana dan mengangkatnya. "Iya, La? Ah oke ... gue ke kelas lo kalau gitu."
Lalu Kalil pergi begitu saja.
Meninggalkan Syena yang masih tidak mengerti dan tidak habis pikir dengan semua yang temannya itu ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA-NADA ASMARA || END√
Genç KurguNada pikir, ia sudah tahu segalanya tentang Kalil. Nada pikir, ia paham bagaimana seluk-beluk lelaki itu setelah mereka menjalani hubungan selama satu tahun. Namun ternyata, Nada salah. Ia tak pernah tahu apapun tentang Kalil. Bahkan ketika hubungan...