Minggu. Weekend. Waktunya Car Free Day.
Semalam, Kalil mengajak Nada untuk berolahraga bersama. Rafi yang mengusul katanya.
Jadi pagi ini, Nada bangun lebih pagi dari biasanya. Padahal sebetulnya, dia tidak ada rencana ke mana-mana dan hanya ingin tidur sampai siang. Namun berhubung pacar dan keponakannya mengajak olahraga, ya apa boleh buat. Supaya tidak terlihat malas-malas banget gitu.
“Lho, Pa? Mau ke mana?” Nada melihat Papa yang tengah mengenakan sepatu di depan rumah. Ugh … mungkin Nada tidak perlu bertanya papa akan pergi ke mana, karena dari pakaiannya saja sudah jelas jika Papa akan pergi berolahraga?
Ah ya. Kini Papa sudah tidak pernah lagi menginap di kantor dan selalu pulang ke rumah jika pekerjaannya tidak mengharuskannya lembur. Jadi Nada tidak merasa kesepian lagi. Mereka juga jadi lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Seperti makan malam bersama, yang selalu dipenuhi jokes bapak-bapak dari Papa—yang sejujurnya juga sudah lama Nada tidak mendengar candaan Papa. Lalu menonton film bersama, karena ternyata selera tontonan mereka sama—film action. Atau ketika pulang cepat dari kantor, Papa akan berinisiatif untuk membantu Nada masak.
Papa seperti tengah menebus waktu yang selama ini dibuang percuma dengan menghindari anak-anaknya. Papa seperti … bagaimana ya menjelaskannya? Papa seperti masih tengah menebus kesalahan, dan tengah berusaha menjadi sosok ayah yang lebih baik untuk anak-anaknya.
Yah, Nada tentu merasa senang. Meskipun tak jarang dia juga merasa canggung—yang ketika dia merasakan itu papa akan langsung mengerti dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Terlebih Nara saat ini sudah tidak tinggal di rumah dan tinggal di apartemen yang lebih dekat dengan kampusnya. Jadi Nada kini lebih sering menghabiskan waktu bersama papa. Berdua. Atau jika tidak sibuk, mereka akan pergi ke apartemen Nara untuk menjenguk.
“Mau golf.”
Oh, Nada mengangguk.
“Udah janjian sama temen Papa dari Minggu kemarin, tapi Papa baru bisa Minggu ini,” jelas Papa lagi. Pria itu sudah selesai mengikat sepatunya dan kini berdiri menjulang di hadapan Nada. “Kamu sendiri … semalam bilang gak akan ke mana-mana?”
“Mau olahraga lah. Nggak ke mana-mana kan bukan berarti gak olahraga, Pa.”
Papa terkekeh. Lalu tak lama setelahnya, terdengar suara klakson mobil yang membuat perhatian Nada dan Papa teralihkan.
“Mobil Kalil?”
Nada mengangguk.
“Kak Nada!!” Itu suara Rafi. Nada melihat laki-laki kecil itu kini tersenyum ke arahnya. Lalu tak lama, Kalil keluar dari mobil. Ia membantu Rafi untuk membuka pintu agar keponakannya itu juga bisa turun.
“Oh, mau olahraga sama pacar.” Papa mengangguk-angguk seraya mengusap dagunya. Tatapannya mengerling jahil ke arah sang anak bungsu. “Pantes aja semangat.”
Nada hanya memeletkan lidahnya ke arah papa sebab kini Kalil sudah berjalan ke arahnya.
“Halo, Om.” Kalil menyapa papa dan seraya menundukkan kepalanya sekilas. “Mau olahraga juga?” Kini Kalil menyalami Papa.
“Iya nih, Om mau golf.”
“Oh.” Kalil mengangguk. “Sama Ayah saya ya Om?”
“Iya.” Papa tersenyum lebar. “Kami udah janjian dari lama ini, baru bisa jalan hari ini.”
Dan ya, siapa sangka kalau ternyata Papa dan Ayah Kalil ternyata saling mengenal. Mereka dulu pernah berkuliah di kampus yang sama dan juga satu tongkrongan? Begitulah yang Nada dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA-NADA ASMARA || END√
Novela JuvenilNada pikir, ia sudah tahu segalanya tentang Kalil. Nada pikir, ia paham bagaimana seluk-beluk lelaki itu setelah mereka menjalani hubungan selama satu tahun. Namun ternyata, Nada salah. Ia tak pernah tahu apapun tentang Kalil. Bahkan ketika hubungan...