NADA-NADA ASMARA - 18

10 2 0
                                    

Besok adalah hari ulang tahun Nara yang ke-delapan belas. Jadi sore ini, Nada pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan masakan yang akan ia eksekusi besok. Rencananya, ia akan memasak kepiting saus padang yang merupakan makanan favorit nomor satu Nara. Untuk kue tart, Nada sudah menghubungi Romeo untuk itu. Dia akan meminta bantuan pada sahabat Nara itu untuk mengurus sisanya.

“Nada?” Nada tengah memilih buah-buahan yang akan dibelinya ketika mendengar seseorang memanggil. Dan ketika menoleh, ia cukup terkejut karena yang memanggil adalah Ibun—ibu Kalil.

Wah, sudah lama sekali sepertinya mereka tidak bertemu.

Dan ketika pandangan Nada menuju ke arah belakang wanita itu, ia kembali terkejut. Yah, meskipun harusnya tidak perlu se-terkejut itu juga sih. Kalau sudah bertemu ibun belanja, sudah pasti juga di sana ada Kalil.

Wajah lelaki itu lempeng sekali. Tidak ada raut kaget sama sekali, sangat berkebalikan dengan raut wajah Nada sekarang. 

Ah harusnya Nada tidak perlu heran. Kalil kan memang begitu. Mau ada kebakaran pun dia yakin wajah Kalil tidak akan berubah. Tetap datar-datar saja.

“Ibun? Belanja juga?” Nada mencium tangan ibun setelah sadar dari rasa kejutnya. Setelahnya, ibun membuat mereka saling mencium pipi kanan dan pipi kiri.

“Iya nih. Ayahnya Kalil hari ini ulang tahun jadi Ibun mau masak-masak," ujar ibun. "Kamu gimana, Sayang? Sehat, kan? Sudah lama sekali kayaknya ya kita nggak ketemu dan belanja bareng. Ibun kangen banget lho sama kamu." Ibun berbisik di akhir kalimat yang membuat Nada tersenyum tipis.

Kalil sudah berdiri di sebelah ibun, gadis itu tersenyum tipis sebagai sapaan singkat. Sudah hampir satu minggu berlalu sejak terakhir mereka saling bicara. Iya, bicara tentang Jaya itu. Saat Kalil bersikap sok peduli dan melarang-larangnya yang menjadikan hal itu merupakan tindakan paling absurd yang pernah Kalil lakukan kepadanya.

“Aku juga kangen sama Ibun," balas Nada. "Tapi yang penting Ibun sehat, aku juga sehat. Itu udah cukup kan?" lanjutnya.

Ibun tersenyum dan mengusap punggung gadis muda itu.

"Om sendiri gimana, Bun? Sehat?” Nada mengalihkan pandangannya kembali ke arah Ibun setelah sesaat ia membalas tatapan Kalil yang sejak tadi tak luput darinya.

“Iya, Om sehat kok. Makanya kamu main-main ke rumah dong, Nad. Udah lama sekali kamu nggak mampir. Si Om kadang masih suka nanyain kamu ke Andra kok lama nggak mampir ke rumah katanya.” 

Nada tak tahu harus menjawab seperti apa tentang pertanyaan itu. Ini canggung. Hubungannya dengan Kalil kan sudah berakhir, jadi tidak mungkin dengan status mereka sebagai mantan Nada bisa seenaknya main ke rumah lelaki itu hanya untuk bertemu Ayah Kalil, kan?

“Kamu sendirian aja?” Ibun bertanya saat wanita itu sadar jika Nada tak nyaman dengan pertanyaan yang barusan ia ajukan.

Nada mengangguk pelan. “Iya sendirian aja, Ibun.”

“Emm, kalau gitu kita belanja bareng aja yuk? Daripada kamu sendirian gini,” kata Ibun. Wanita itu terlihat sangat excited, berbanding terbalik dengan Nada yang biasa saja. Harusnya, Nada bisa se-excited ibun sekarang karena ia pun merindukanmu wanita itu. Sangat malah. Tetapi karena Kalil, perasaan itu seperti hanya bisa Nada pendam sendiri. Nada tidak mau bersikap berlebihan kepada ibu dari mantannya.

“Emang boleh, Bun?” Nada juga tak kuasa untuk langsung menolak. Bagaimanapun ini Ibun. Yang sebelum hubungannya dengan Kalil berakhir, Ibun menjadi seseorang yang Nada anggap sebagai ibunya sendiri. Seseorang yang akan Nada peluk ketika merindukan Mama.

Tanpa meminta persetujuan Kalil, Ibun langsung mengangguk dan menggandeng lengan Nada. “Boleh dong, Sayang. Kamu nanti ikut kita pulang juga boleh lho, buat makan malam bareng kita. Kan hari ini Om ulang tahun, jadi si Om pasti senang sekali kalau kamu datang. Anggap aja kamu jadi surprise buat Om.” Suara ibun terdengar menggebu-gebu, raut wajahnya terlihat bahagia sekali. Kalau sudah begini, bagaimana cara Nada untuk menolak ajakan itu?

NADA-NADA ASMARA || END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang