NADA-NADA ASMARA - 29

12 2 0
                                    

Setelah membaca pesan itu, Kalil segera keluar dari kamar dan berlari untuk segera pergi ke lokasi yang dikirimkan Jaya.

Nada diculik, dan Kalil benar-benar tak habis pikir Jaya akan nekat melakukan hal sejauh itu.

"Andra mau ke mana?" tanya ibun ketika melihat sang anak yang berlari menuju pintu.

"Bun, aku mau keluar dulu ya," pamit Kalil.

"Eh, ke—mana? Andra!!"

Namun Kalil telah hilang dari balik pintu utama sebelum sempat menjawab pertanyaan ibun. Kalil segera masuk ke mobil dan ketika mobilnya baru keluar gerbang, Kalil melihat Yuda dan Raja yang tengah berboncengan.

"Woy, Lil!" Yuda berteriak seraya menekan klakson motor. Kalil menyempatkan untuk menurunkan kaca mobil. "Mau ke mana lo?"

Yuda dan Raja saling pandang ketika melihat wajah Kalil yang terlihat seperti mengkhawatirkan sesuatu.

"Nada diculik." Dan Kalil tak bisa menyembunyikan kejadian ini. "Tolong lo masuk dan jelasin ke Ibun ya. Gue kabarin ceritanya lewat telepon. Gue duluan, mau cari Nada."

Raja dan Yuda yang masih terkejut dengan ucapan Kalil hanya bisa menahan pertanyaan-pertanyaan yang ingin mereka ajukan karena setelahnya Kalil benar-benar pergi begitu saja.

"Na ... da, diculik?" Raja bertanya dengan kedua alis yang bertaut. "Gue nggak salah denger kan, Yud?? Diculik siapa anjir??"

"Hubungin polisi hubungin polisi." Yuda menepuk-nepuk bahu Raja. "Ah ayo kita bilang dulu ke Ibun."

Raja mengangguk-angguk. Mereka pun masuk ke rumah Kalil untuk bercerita kepada ibun tentang apa yang tengah terjadi meskipun mereka sendiri bingung dengan kejadian ini.

•••

Nada tidak menyangka bahwa Jaya akan bertindak sejauh ini.

Sumpah, Nada ingin sekali memaki lelaki itu berkali-kali. Bisa-bisanya Jaya malah membawanya ke tempat ini. Mengikatnya di kursi dan menungguinya dengan duduk santai di sofa bersama dengan pisau yang sejak tadi ia pegang. Mungkin dengan begitu, Jaya akan paham bahwa jika Nada bergerak dan macam-macam sedikit saja dia tidak akan segan untuk menekan benda tajam itu ke tubuhnya.

"Gue masih nggak ngerti kenapa lo harus berbuat sejauh ini, Mas." Nada tak berusaha untuk melepaskan diri. Sebab dirinya tahu, berusaha atau tidak seseorang pasti akan membantunya. Entah siapapun itu. "Padahal yang perlu lo lakuin itu simpel. Minta maaf ke Lula dan Lula nggak akan laporin ke polisi terkait dengan apa yang udah lo lakuin selama ini."

Jaya hanya berdecih.

"Dan sekarang ... lo malah milih jalan ini. Lo kalau begini, Mas, malah bikin keadaan lo makin hancur. Lo ngerti gak sih?" Nada geregetan sendiri karena Jaya seperti tak menggubris ucapannya. Lelaki itu sejak tadi hanya mendecih, tertawa sini, meliriknya sambil memainkan ponsel.

Rasanya Nada ingin sekali menimpuk kepala lelaki itu sekarang.

"Lo nggak tahu apa-apa jadi mending diem!" Jaya melirik ke arah belakang tangan Nada. Meskipun sejak tadi dia berusaha mengabaikan, Jaya tahu bahwa Nada sedang berusaha melepaskan tali yang mengikatnya.

Nada menurut. Ia diam. Meski begitu tatapannya yang tajam masih ke arah Jaya.

"Lo sama Kalil harusnya nggak ikut campur urusan gue sama Lula." Jaya mendekat ke arah Nada dan duduk berjongkok di hadapan gadis itu. "Iya, harusnya kalian itu nggak perlu sok-sok mau ngebantu Lula. Padahal sebenarnya apa sih, Nad, yang buat lo malah ikut-ikutan masalah ini? Gue kira setelah lo tahu semuanya, lo malah semakin berpihak sama gue dan tetep mengabaikan kata-kata Kalil untuk nggak deket sama gue lagi."

NADA-NADA ASMARA || END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang