NADA-NADA ASMARA - 16

10 3 0
                                    

Pulang dari sekolah, Nada memutuskan untuk mampir ke StarMoon sejenak karena dirinya memang sudah lama tidak pergi ke sana pasca kandasnya hubungan yang ia punya dengan Kalil. Kalau dipikir-pikir, itu memang kekanakan sih. Tidak mau mengunjungi tempat yang sudah biasa kamu kunjungi, hanya karena tempat itu menjadi tempat terakhir yang kamu kunjungi bersama mantan? Cih.

Jika diingat, Nada malah merasa itu lucu. Sangat kekanakan. Bisa-bisanya ia mogok pergi ke StarMoon hanya karena Kalil. Agak lain emang.

Nada segera pergi ke konter pemesanan ketika sampai. Ia melihat Jaya yang tengah melayani pembeli bersama Tata, kawannya yang bertugas membuat kopi.

“Mas Jaya.” Nada tersenyum lebar. “Wahh udah lama banget ya gue gak ke sini. Kangen juga.”

Jaya tergelak ketika mendengar ucapan Nada. “Yaudah. Karena udah sekian lama lo nggak ke sini, hari ini gue traktir deh. Milkshake strawberry, kan?" Ucapan Yuda membuat senyum Nada semakin lebar.

“Yang bener? Wahh mau dong. Sekalian sama hamburger stiknya yang jumbo ya, Mas.”

“Malah ngelunjak.”

Nada tertawa.

“Yaudah oke. Tapi temenin gue ngobrol ya abis ini. Lima belas menit lagi shift gue abis kok.”

“Oke.” Nada mengacungkan jempolnya tanda setuju. Setelahnya, ia pergi untuk duduk di kursi paling ujung sambil memainkan ponsel. 

Saat matanya mengelilingi kafe ini, pandangan Nada berhenti di satu tempat. Di dua kursi berhadapan dekat jendela, tempat terakhir ia berbicara dengan Kalil.

Nada menghela napas. Ya, waktu berlalu begitu cepat ternyata. Siapa sangka ia tidak pergi ke StarMoon hampir satu bulan padahal biasanya ia akan kemari paling tidak lima hari dalam seminggu? Dan semua itu terjadi karena Kalil.

Bicara tentang Kalil, tak ada lagi yang terjadi sejak hari itu. Sudah tiga hari berlalu di saat Nada menampar Lula dan dia yang menerima bentakan dari Kalil. Semua berlalu begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa. Ketika bertemu Kalil pun, lelaki itu tak bicara apa-apa. Ekspresinya datar seperti biasa. Nada pun juga tak berbicara apapun. Mengikuti permainan Kalil. Tidak seperti dulu saat mereka masih pacaran, mana bisa Nada bersikap seperti ini? 

Saat masih pacaran bersama Kalil, Nada adalah orang yang selalu menjadi pembicara di antara mereka. Dia akan berbicara tentang apapun. Tentang perasaannya, tentang harinya, tentang segalanya. Dan tugas Kalil hanyalah mendengarkan apapun yang diucap oleh Nada. Tidak, bukan karena Nada tidak memperbolehkan Kalil untuk berbicara. Namun Kalil sendiri lah yang menolak untuk itu.

Sampai Nada pernah berpikir, apakah ia tidak cukup dipercaya untuk menjadi pendengar? Apakah hanya ia yang selalu excited dengan hubungan ini sedangkan Kalil tidak?

Yah, pikiran-pikiran seperti itu selalu Nada bawa setiap berhadapan dengan Kalil. Sampai akhirnya mereka berpisah.

“Lima belas menit kan?” Nada mendongak dan meletakkan ponsel di atas meja saat Jaya datang bersama pesanannya. 

“Wow, iya.” Nada memeriksa ponselnya. Dan ya, lima belas menit berlalu. Itu berarti Jaya sudah selesai dengan shiftnya hari ini. “Tepat waktu banget deh lo.”

Jaya terkekeh. “Tuh makan dulu. Abis ini gue mau cerita,” ujarnya.

“Oke.” Nada meminum strawberry milkshakenya sedikit lalu menggigit hamburger stiknya. Tak ada yang berbicara di antara Nada dan Jaya sampai makanan Nada habis. Sepertinya Jaya memang membiarkan Nada untuk mengisi perutnya lebih dulu sebelum memulai cerita.

“Udah abis nih.” Nada meminum milkshakenya hingga tandas. Perhatian Jaya kembali tertuju pada Nada setelah sejak tadi hanya fokus dengan ponsel. “Mau cerita apa?”

NADA-NADA ASMARA || END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang