NADA-NADA ASMARA - 17

14 4 0
                                    

Ketika masih bersama Kalil, Nada jarang sekali—bahkan nyaris tidak pernah melihat lelaki itu khawatir. Bahkan saat Nada jatuh dari sepeda motor saat belajar bersama Syena, Kalil tidak tampak khawatir sama sekali. Padahal jatuh dari sepeda motor itu membuat luka di kaki Nada cukup parah.

Lalu, pernah juga saat Nada tengah menemani Kalil yang tengah bermain basket di gedung olahraga. Ia yang tengah duduk di tribun malah tak sengaja mengenai bola yang dilempar oleh Jefri.

Beruntung saat itu Nada tidak pingsan. Hanya merasa pusing tidak tertolong. 

Saat itu, Kalil terlihat terkejut. Namun dia hanya bertanya, “nggak apa-apa kan? kalau pusing, bisa ke UKS sendiri, kan?”  Dan lanjut bermain lagi. Mengabaikan Nada yang memilih pergi ke UKS setelahnya.

Ya. Hanya seperti itu. Kalil yang dicintai dan sangat disukai Nada memang begitu. Tidak pernah khawatir. Tidak pernah terlihat sangat cemas akan keadaannya apalagi mengatakan hal-hal yang bisa membuat perasaan Nada membaik.

Bahkan saat bertengkar pun, yang dilakukan Kalil hanya diam. Menganggap kemarahan Nada bukanlah apa-apa. Dan seolah tidak peduli dengan semua yang Nada katakan.

“Bisa lepasin gue sekarang?” Sejak keluar dari StarMoon, mulut Kalil terkunci rapat. Sedangkan tangannya masih menggenggam tangan Nada begitu erat. Sebenarnya, perlakuan Kalil yang tiba-tiba ini bisa membuat emosi Nada mencuat ke permukaan. Namun entahlah, mungkin karena ini pertama kalinya Nada melihat raut wajah Kalil yang begitu asing—antara marah dan khawatir—membuatnya tak bisa mengeluarkan amarahnya sekarang.

Kalil menghela napas kasar. Melepas genggamannya dan berbalik menatap Nada yang menatapnya kebingungan.

“Lo kenapa? Kenapa tiba-tiba narik gue kayak gitu? Gue kira kita udah nggak ada ur—”

“Jangan deket-deket Jaya.” 

Kedua alis Nada refleks menyatu mendengar ucapan Kalil yang tiba-tiba itu. Kenapa tiba-tiba Jaya? Kenapa tiba-tiba melarangnya dekat-dekat dengan Jaya? Padahal saat masih bersama dulu, Kalil tidak pernah bersikap begini. Cemburu? Cih. Ngelawak. Kalil mana pernah cemburu kepadanya?

“Hah? Lo ngomong apa?”

Wajah Kalil terlihat sangat tak sabar. “Gue bilang jangan deket-deket Jaya lagi. Bahaya.”

Nada nyaris tertawa mendengar ucapan Kalil yang tak masuk akal itu. “Apa? Bahaya? Lo ngelindur ya?”

“Gue serius, Nada Aruna. Berhenti deket-deket sama Jaya. Dia bahaya.”

Ini benar-benar baru. Wajah Kalil terlihat sangat frustasi sekarang. Dan karena ini pertama kalinya Nada melihat Kalil begini, tidak ada salahnya kan ia bermain-main sejenak? Toh juga urusan dekat atau tidaknya dia dengan Jaya, harusnya Kalil tidak perlu peduli lagi kan?

Hubungan mereka sudah berakhir dan Kalil tak punya hak apapun lagi tentangnya.

“Beneran ngelindur ni orang.” Nada berdecih. Beruntung tadi Kalil membawanya ke daerah sekolah yang di mana di sini sudah sangat sepi. Jadi mau dia membuat Kalil marah atau apapun, itu tidak akan menarik perhatian banyak orang. “Emang apa urusannya sama lo sih kalau gue deket sama Jaya apa enggak? Emang lo punya hak buat ngelarang gue ini-itu? Hubungan kita udah selesai kalau lo lupa.”

Kalil tertegun. Ia menatap lurus Nada yang juga menatap ke arahnya tanpa kedip.

“Lo harus inget apa yang lo bilang sendiri. Kalau kita itu udah gak ada urusan apa-apa. Jadi gue harap lo tepatin kata-kata yang lo ucapin sendiri itu dan jangan plin-plan kayak gini. Terusin sikap lo yang acuh tak acuh sama gue itu. Gak usah sok peduli sama gue. Karena dari dulu pun, lo nggak pernah peduli sama gue. Iya kan? Atau lo lupa?”

NADA-NADA ASMARA || END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang