NADA-NADA ASMARA - 9

17 6 0
                                    

Hari minggu pagi. Sudah sejak lama Nada tidak bangun sepagi ini di hari minggu terlebih ini masih pukul enam, dan rasanya ia baru tidur selama kurang lebih tiga jam. Semalam, Nada baru bisa tidur pukul tiga pagi karena pikirannya yang tidak bisa diajak kerja sama, padahal matanya sudah ngantuk berat. Entah kenapa kepalanya tidak bisa berhenti memikirkan apa yang dikatakan Syena kemarin.

He loves her, Nad.

Oke, mungkin Syena tidak secara gamblang mengatakan jika apa yang diceritakannya kemarin adalah tentang dirinya dan Kalil. Tapi Nada juga tidak bodoh untuk tahu apa yang diceritakan Syena, semua itu, adalah kisah cintanya.

Justru ia menjadi sangat bodoh kalau tidak tahu dan peka tentang cerita Syena yang katanya adalah tentang 'sepupu'nya.

Baiklah. Daripada terus menerus memikirkan hal yang tidak jelas sepertinya ia akan berolahraga saja hari ini.

Nada segera bersiap. Ia pergi ke toilet untuk menyikat gigi dan mencuci wajahnya. Setelah itu ia berganti pakaian dengan kaos putih polos yang ia rangkap dengan jaket abu-abu, serta training hitam. Rambutnya ia kuncir asal dan ia semprotkan sedikit parfum ke tubuhnya.

Setelah siap, gadis itu turun. Lalu menemukan Nara yang tengah duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.

"Ra? Tumben udah bangun?" Nada berujar seraya mendekati sang kakak.

"Belum tidur gue," ujar Nara yang seketika membuat Nada terkejut. "Baru kelar begadang selesain soal-soal dari tempat les."

"Serius?" Nada yang sejak tadi hanya berdiri di belakang sofa, segera duduk di sebelah Nara. "Aduh aduhh kasian banget. Terus kenapa lo malah nonton tv sekarang bukannya tidur?"

"Iya ini mau tidur kok." Nara tersenyum. "Lo mau olahraga?"

"Mm ..." Nada mengangguk. "Sebenarnya semalam gue juga nggak bisa tidur. Baru tidur tiga jam terus kebangun. Daripada tidur lagi, gue mau olahraga aja."

"Kenapa nggak bisa tidur?" Nara mengusap kepala Nada. Sisi keibuannya terlihat jika Nara sudah bersikap begini dan Nada selalu merasa hangat akan itu. "Ada masalah?"

Nada tersenyum, menggeleng. "Nggak kok. Ya udah sana tidur. Gue mau olahraga dulu. Lo mau gue bawain apa nanti? Buat sarapan?"

"Lo nggak masak hari ini?"

"Lo mau gue masak? Nggak beli di luar aja?"

Nara terkekeh. Ia menggeleng. Tatapannya penuh harap. "Gue pengen makan masakan lo deh, Nad. Lo masak itu dong, ayam chili padi. Enak banget."

Nada tersenyum lebar. "Dengan senang hati. Nanti gue belanja dulu berarti abis olahraga. Lo yang lama aja tidurnya biar gue bisa sempat masak. Pas lo bangun lo tinggal makan aja. Oke?"

Untuk olahraga pagi ini, Nada memilih untuk lari alih-alih bersepeda seperti yang biasa ia lakukan. Sudah sejak lama ia tidak berlari ke alun-alun, jadi gadis itu kali ini memutuskan untuk berolahraga di sana saja sekalian bisa sambil membeli jajanan ringan.

Lalu, "Aduh ..." Seorang anak kecil tiba-tiba menabraknya dan makananan yang dimakan anak itu juga tumpah berserakan.

"Aduh adek ..." Nada menunduk. "Kamu gak apa-apa? Yah makanan kamu tumpah."

Seorang anak laki-laki kecil yang ditabrak Nada itu menunduk. Meskipun wajahnya terlihat sedih, tetapi anak itu tidak menangis. Membuat Nada tersenyum penuh rasa bersalah.

"Ini jajannya Kakak ganti ya? Mau?"

"Rafi!!" Nada refleks mendongak ketika menemukan sosok yang tak ia duga akan berada di hadapannya—Kalil. "Aduh kamu ini Om cari dari tadi. Kenapa larinya cepet banget?"

NADA-NADA ASMARA || END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang