"Om Tama," panggil Lili setelah Tama duduk di atas kasur.
Tama yang merasa terpanggil langsung menoleh, dan menjawab, "hem." untuk merespon Lili.
"Lili mau pulang besok, Om ikut, tidak?" Lili menatap omnya dengan tatapan yang tidak lepas dari wajah Tama.
Tapi Tama langsung menggeleng sebagai jawaban. Tama mengambil tabletnya yang ada di nakas samping tempat tidur.
"Om besok mau meninjau lokasi. Kamu perginya sama sopir dulu, ya."
Lili tidak masalah sebenarnya. Karena juga sudah ada sopir di rumah, jadi tidak perlu cemas kalau omnya itu tidak bisa mengantar.
Akan tetapi mendengar Tama akan meninjau lokasi, Lili jadi sedikit penasaran.
"Om ada proyek baru?" Lili bertanya setelah berpikir sebentar. "Di kota mana? Proyek apa? Terus Om besok tidak pulang?"
Tama menghela napas panjang. Lili kalau bertanya kenapa tidak bisa satu-satu dulu.
"Om melihat ada pertanian sayur serta buah-buahan segar di kota A. Setelah lima bulan merencanakan proyek, akhirnya ayah kamu setuju untuk membangun supermatket di perkotaaan dari desa itu. Rencananya besok kita mau lunasi lahan serta melakukan kerjasama dengan petani."
Tama memandang Lili yang tampak antusias mendengar jawaban Tama. "Besok Om pulangnya agak malam, yang penting kamu tidak sendirian di rumah," tambahkan Tama lagi.
Lili mengangguk-ngangguk, ia menarik selimut untuk mulai menutupi setengah badannya.
"Kok aneh, ya," gumam Lili yang masih bisa didengar oleh Tama.
"Aneh kenapa?" Tama merespon dengan cepat gumaman Lili. Karena apapun yang dikatakan Lili selalu menarik bagi Tama.
Tama telah merawat Lili sejak balita, Tama juga yang memperhatikan perkenbangan Lili setiap harinya. Jadi Tama benar-benar tahu Lili sekali.
"Itu, salah satu tim aku di kantor membahas tentang proyek supermarket juga di kota A."
Tama mengerutkan keningnya cukup dalam. "Om tidak ada kerja sama dengan perusahaan kamu untuk mendesain supermarket, kok." Tama membalas dengan sedikit serius.
Tama biasanya sudah punya perusahaan langganan yang membuat desain supermarketnya. Gambarnya juga sudah jadi, tinggal dibangun dan dirias nantinya. Kenapa juga perusahaan Lili membahas proyek di kota A.
"Memang bukan proyek desain. Tapi setahu Lili mereka mau buat supermarket yang konsepnya hampir sama dengan perusahaan, Om." Lili menjelaskan lagi.
Namun, Tama yang tidak terlalu mau ambil pusing hanya terdiam sebentar sebelum menyimpulkan kalau itu mungkin kebetulan.
Perusahaan Reza ingin merambat ke bisnis juga sekarang, ia membangun supermarket yang kebetulan lokasinya di kota A juga.
Tama menyuruh Lili untuk tidak usah memikirkan itu. Lagi pula, Tama juga harus berangkat pagi-pagi sekali besok.
***
Tama tiba di lokasi sekitar jam delapam pagi, butuh dua jam perjalanan dari rumah menuju kota A ini. Beberapa staf dan tim yang menangani tugas ini juga telah sampai lebih dulu. Mereka menjemput tuan tanah pemilik lahan kosong ini.Tapi ada yang aneh saat tuan tanah itu melihat Tama datang. Wajahnya sedikit pucat dan merasa ketakutan.
"Ada apa, Pak Ilam?" tanya Tama yang takutnya ada masalah serius tentang lahan.
Tapi pak Ilam malah langsung membukuk dan meminta maaf berulang kali. Tama jadi semakin binggung menatap pak Ilam.
"Maaf, saya sungguh-sungguh minta maaf. Karena mengira Pak Tama tidak jadi membeli tanah ini, beberapa hari lalu ada perusahaan yang datang dan membeli tanah ini dua kali lipat harga yang Pak Tama tawarkan."
Tama seperti tersambar petir di siang bolong mendengarkan itu. Padahal Tama rela tidak mencari lahan lain sebagai cadangan karena karena percaya kepada pak Ilam.
Dengan helaan napas panjang Tama menatap pak Ilam kecewa. "Bukannya sudah saya bilang, membicarakan proyek butuh waktu. Salah satu bawahan saya juga sudah menyerahkan uang seratus juta sebagai jaminan, bukan?" Tama menekan kemarahannya supaya tidak meledak.
"Saya mengembalikan ini, dan benar-benar minta maaf." Pak Ilam kembali membukuk lebih rendah.
Tama hanya memandang datar dan mengambil uangnya untuk diserahkan kepada sekretarisnya.
Karena masalah ini, pekerjaan mereka untuk menijau lokasi tidak bisa dilakukan hari ini saja. Dan pembangunan supermarket harus ditunda lagi.
Baru saja Tama ingin melaporkan ini kepada kakaknya, Biyan sudah lebih dulu menelpon tama.
"Hallo, Kak Biyan. Tanah yang kita akan beli sudah dijual ke perusahaan lain beberapa hari lalu," laporkan Tama dengan suara menggebu-gebu.
"Para warga juga menolak menjual hasil kebunnya kepada kita. Ada perusahaan lain yang lebih dulu mengajak kerja sama." Bayu yang memang membagi tugas dengan Tama, mereka berpencar agar pekerjaan selesai dalam satu hari.
Tapi apa-apaan ini, mereka telah mengualarkan modal yang tidak sedikit untuk rencana proyek yang bisa-bisanya hancur lebur.
Padahal kejadian seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Proyek mereka selalu berjalan lancar sesuai rencana.
"Tama, kita rapat ulang. Kembali ke perusahaan sekarang juga," ujar Biyan yang tidak mendengar Tama menyahut sendari tadi.
"Kita selidiki perusahaan tempat Lili bekerja," ucap Tama yang langsung menutup teleponnya setelah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Om Tama (END)
Horror"Om Tama, gimana kalo nanti kita nikah?" tanya Lili. Tapi Tama yang mendengar itu malah tertawa kencang sambil melihat jalanan ramai. "Iya tidak mungkin, lah. Masak Om ganteng gini nikah sama ponakan yang jelek kaya kamu." "...." Namun, bagaimana ja...