Tama menyiapkan dua piring nasi serta sup jamur di atas meja. Mata Lili langsung berbinar, karena tahu masakan omnya sudah pasti enak.
Mereka berdua juga kebetulan belajar dari satu koki, yaitu mendiang ibu Tama. Lili yang suka berkunjung ke rumah neneknya itu selalu diajari memasak dengan Tama.
Lili mengambil piring yang nasinya agak sedikit. Sepertinya Tama juga sudah tahu porsi makan Lili, makannya ia mengambil porsi yang berbeda-beda.
"Besok lemari nenek kita pindahkan ke kamar saja. Tidak usah beli," ujar Tama yang menyendok sup jamur untuk ditaruh di piringnya.
"Emang, Om, kuat pindahin lemari?" Lili memandang tidak percaya omnya itu.
Lemari di kamar mendiang ibu Tama itu besar. Tidak mungkin bisa Tama angkat, geser saja perlu bantuan orang lain lagi.
Tama yang merasa diremehkan mendegus sebal. "Om, mah, kuat. Kamu aja bisa Om angkat."
Uhuk!
Lili yang sedang menelan nasi tiba-tiba terbatuk mendengar omongan omnya yang sedikit ambigu di otak Lili.
Semenyara itu Tama yang kaget melihat Lili tiba-tiba keselek buru-buru mengambilkan air dari dapur.
Mereka sempat hening karena merinding sebentar. Sampai pada akhirnya Tama selesai makan dan mendorong piringnya agak menjauh.
"Besok para pelayan akan kerja lagi. Jadi lemarinya akan dipindahkan oleh tukang kebun dan sopir," jelaskan Tama yang masih saja memikirkan perkataannya sendiri beberapa saat lalu. Benar-benar terasa aneh memang.
Lili juga mengangguk paham. Sekarang tugasnya yang membersihkan meja makan serta dapur. Biarkan Tama istirahat dulu.
Tapi sayangnya Tama tidak tega membiarkan Lili bekerja sendiri. Jadi Tama membantu dengan mencuci piring serta perabot bekas memasakknya.
***
Hari ini Tama kembali bekerja, duduk depan kakaknya, Biyan yang sedang mengecek proyek bersama-sama.Perusahaan mereka bergerak dibidang perdagangan. Mengelola hasil sayur mayur dan buah-buahan untuk dijual di supermarket yang yang khusus menjual makanan segar. Supermarket mereka sudah memiliki beberapa cabang, bekerja sama dengan petani secara besar-besaran.
Setelah melihat proyek baru mereka, Biyan langsung memberikan tanda tangan setuju.
"Ide yang bagus. Besok kita rapatkan dengan jajaran tim yang bertugas," ucap Biyan dengan Mantap.
Tama mengangguk saja, mengambil dokumennya untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Biyan. Tapi sebelum itu mereka duduk santai dulu untuk menikmati secangkir kopi.
"Setelah pernikahan kalian, kapan kamu akan mengurus dokumen pernikahan kalian serta resepsi?"
Tama mendongakkan sedikit kepalanya. Ia menghela napas kasar dengan wajah yang sedikit tertekan.
"Sampai Lili menerima pernikahan ini. Walaupun Lili setuju menikah dengan aku, belum berarti Lili mencitaiku, Kak." Tama tidak ingin egois intinya.
"Tapi semisal Lili punya rasa cinta kepada orang lain, aku akan melepaskan Lili. Aku akan mencari solusi untuk masalah ini," lanjutkan Tama dengan wajah yang lebih serius.
Mendengar penuturan adiknya itu Biyan kurang setuju, tapi mau bagaimana lagi. Ini pernikahan mereka berdua.
Walaupun sedikit kurang suka dengan jawaban Tama, Biyan kembali bertanya. "Tama, apa kamu sama sekali tidak menaruh rasa terhadap Lili."
Agak takut sebenarnya Biyan menanyakan ini kepada Tama, takut kalau sampai jawaban Tama semakin tidak memuaskan.
Namun, setelah Tama menjawab, jantung Bayu semakin berdetak kencang karena hasil jawabannnya. "Aku akan mencitai Lili saat Lili mulai benar-benar menerima hubungan ini. Aku tidak ingin mengekang Lili karena cinta sebelab nantinya," ujar Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Tama (END)
Horror"Om Tama, gimana kalo nanti kita nikah?" tanya Lili. Tapi Tama yang mendengar itu malah tertawa kencang sambil melihat jalanan ramai. "Iya tidak mungkin, lah. Masak Om ganteng gini nikah sama ponakan yang jelek kaya kamu." "...." Namun, bagaimana ja...