18. Acara Resepsi

67 4 1
                                    

Tama dan Lili akhirnya tetap melanjutkan rencana. Apapun yang terjadi, pernikahan mereka akan diumumkan hari ini. Tidak akan ada yang pernah bisa menghentikan mereka untuk menunjukkan cinta Tama dan Lili kepada orang-orang.

Lili berjalan di atas karpen merah dituntun oleh kedua orang tuanya. Lili menggunkana gaun sederhana, yang tidak meriah ataupun penuh kain hingga menyapu lantai. Gaun Lili begitu simpel, panjangnya hanya sampai mata kaki, dengan desain spesial.

Terdapat motif bunga yang melingkar dari pinggang hinga batas leher. Sementara turun ke bawah hanya dihiasi dengan jahitan mutiara yang tampak bersinar.

Sementara Tama telah menunggu di atas panggung, mengenakan jas berwarna putih dengan motif bunga di dada bagian kirinya.

Nyatanya gaun resepsi mereka adalah buatan seorang desainer terkenal. Di hari pernikahannya yang sederhana, menjadikan Tama berpikir akan menjadikan hari resepsinya penuh kilau.

Setelah Lili menaiki tangga menuju panggung, ia berjalan mendekati Tama. Sementara Biyan dan Clarina dari sana melepas tangan putrinya. Membiarkan sang anak mencari cinta sejatinya seorang diri, tanpa kekangan atau campur tangan.

Di rasa Lili sudah dekat, Tama langsung berjongkok di hadapan Lili dengan satu kaki bertumbuh pada alas panggung. Tama mengakat kumpulan bunga mawar pink kesukaan Lili sebatas kepala.

"Kisah kita memang tidak spesial, tapi hari ini aku ingin dunia menyaksikan kisah cinta kita," ucap Tama yang mulai dari saat itu, telah memutuskan untuk membuang panggilan lama. Seiring dengan lembaran baru yang akan dibuka mulai sekarang.

Lili tersenyum haru, memandang Tama dengan mata berkaca-kaca.

"Mungkin semua memang beralaskan perjodohan dan diakhiri pernikahan sederhana. Tapi maukah kamu untuk memulai kisah luar biasa bersamaku?" Tama semakin meningginya bunganya.

Tama berkata dari hati, tersenyum cerah saat bunganya diterima oleh Lili. Semua membuat air mata Tama tidak terasa jatuh dari pelupuk matanya.

"Terima kasih," ucap Tama yang langsung berdiri dan memeluk Lili.

Tepuk tangan para tamu undangan, serta tetesan air mata Clarina yang memeluk suaminya karena bahagia mengiringi acara resepsi mereka.

Tama juga menangis, tapi dengan cepat diusap saat harus mengecup kening Lili sebagai momen romantis untuk para media dan serta Fotograper mengambil gambar.

***
Lili kali ini cukup lelah harus bersalaman dan foto dengan banyak tamu undangan. Ini adalah sesi yang paling Lili tidak suka. Namun, untuk menjaga perasaan tamu, Lili tetap berusaha tersenyum.

"Kenapa sekarang berat bajunya serasa lima belas kilo," gerutu Lili, sambil memasang senyum di wajahnya.

Tama yang mendengar itu hanya geleng-geleng kepala. Berbeda dengan Lili yang terpaksa senyum, Tama malah gemas sendiri melihat kelakuan istrinya.

Jujur saja, acara ini sudah berlangsung tiga jam, dan tamu undangan terlihat terus berdatangan.

Akan tetapi, dari semua tamu undangan, seorang Reza, CEO yang amat Lili hormati dulu kini datang. Membawa setangkai mawar merah.

Lili yang mengantuk seketika membulatkan matanya sempurna. Tapi Reza, dengan santainya menyerahkan bunga mawar merah itu kepada Lili.

Karena takut Tama akan marah, Lili tidak langsung mengambilnya, tapi malah memandang Tama, meminta petunjuk.

"Ambil saja," suruh Tama, yang malah tersenyum remeh menatap Reza.

Beruntung Reza tidak tersinggung, dia hanya tersenyum manis saat Lili mengambil bunganya.

"Kamu cantik sekali," puji Reza yang dapat didengar jelas oleh Tama.

"Sayangnya miliku," balas Tama dengan kata-kata penuh penekanan.

Lili hanya tersenyum malu sambil menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Tama.

karena perkataan Tama, Reza tersenyum biasa, lalu pergi tanpa foto lebih dulu kepada dua pengantin.

Lili cukup tidak enak, lagi pula siapa yang mengundang Reza ke sini? Teman-teman kantor Lili saja tidak dapat undangan.

"Aku yang mengundang," jawab Tama seolah tahu kalau Lili sedang bertanya-tanya kenapa Reza bisa datang ke resepsi pernikahan mereka.

"Kenapa?" Lili menatap Tama penuh tanya.

"Supaya dia tidak punya harapan lagi buat ngejar kamu," enteng Tama, yang berhasil membuat pipi Lili. merah sempurna lagi.

Bisa-bisanya Tama selalu membuat Lili salah tingkah di acara spesial seperti ini.

Om Tama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang