Tiga hari setelah Tama meminta libur kepada kantornya, sekarang Tama sudah harus berangkat bekerja seperti biasanya.
Ia meninggalkan Lili yang memang telah menjadi ibu rumah tangga sejak berhenti dari pekerjaannya. Lili juga sekarang lebih fokus untuk merawat Tama, suaminya yang telah resmi diumumkan kepada publik.
Meninggalkan segala kegundahan, dan rasa takut akan teror wanita pengantin itu. Mereka berdua berusaha tetap hidup normal walaupun berada di bawah tekanan.
Lili yang melihat Tama sudah pergi dengan mobilnya beberapa saat lalu, memutuskan untuk membuang sampah di depan pagar. Nantinya para truk pengakut sampah yang telah dibayar bulanan akan mengambil dengan mudah.
Namun, saat membuka pintu, Lili malah menemukan bunga mawar merah tergeletak di teras rumah, dekat dengan tangga.
Lili berjongkok untuk mengambil bunga itu, memandang sebentar sebelum pada akhirnya memasukkan bunga itu ke dalam sampah yang Lili akan buang.
Tidak mau terlalu berpikir negatif, apalagi pikirannya memang telah banyak. Lili hanya terus menghiraukan masalah bunga, hingga pada esok harinya, Lili kembali menemukan bunga mawar merah yang berjumlah dua.
Kening Lili sedikit mengerut karena tidak bisa membayangkan, bagaimana orang iseng akan mengirim bunga di saat tahu suaminya tidak ada di rumah.
di saat tama libur pun, bunga itu akan ada, tapi pada waktu-waktu Tama tidak akan tahu.
Bunga mawar merah terus bertambah, hingga jumlahnya genap tiga puluh. Itu artinya telah tiga puluh hari orang iseng itu menaruh bunga mawar dengan rutin.
Awalnya Lili ingin memberi tahukan suaminya, tapi melihat Tama yang selalu kelelahan dan tampak stres, Lili urung. Lili tahu betul gadis pengatin itu selalu masuk ke dalam mimpi Tama, hingga menyebabkan Tama susah tidur.
Lili tidak mau repot-repot menyimpam bunga itu, jadi Lili seperti biasanya akan membuang bunga itu ke dalam sampah yang ada di depan pagar rumah.
Sekarang Lili harus memikirkan cara agar si pengirim bunga berhenti melakukan aksi itu. Bagaimana jika nanti sudah satu tahun, akan ada ratusan bunga yang orang itu taruh di teras rumah, dan Lili tidak yakin akan membuangnya di mana.
"Dilihat-lihat, hampir setiap hari Bu Lili membuang mawar segar," ujar seorang tetangga depan rumah secara tiba-tiba.
Sontak Lili terkejut, memandang sang tetangga dengan senyum dipaksakan.
"Dari suami, ya? Kenapa dibuang?"
Lili tersenyum canggung. Binggung harus menjawab apa. "Ya ... sebenarnya ini ..., bukan mawar dari suami saya," ujar Lili ragu-ragu.
Tapi pada saat Lili melihat rumah sang tetangga yang ada di depannya, Lili seketika memiliki ide.
"CCTV itu mengarah pada depan pagar rumah saya, kan?" tanya Lili hati-hati.
Tetangga itupun langsung menoleh ke belakang dan mengangguk. "Terjangkau sampai teras Pak Tama malahan, kalau pagarnya terbuka." Tetangga itu menjawab dengan detail.
Lili yang merasa penasaran atas tindakan orang yang tidak dikenal itupun langsung mengangguk semangat.
"Akhir-akhir ini ada orang aneh yang menaruh bunga mawar di teras rumah. Saya ingin melihat CCTV Ibu untuk melihat sang pelaku, boleh?" Lili bertanya dengan penuh harap.
Tapi untungnya tetangga itu baik. Beliau langsung mengajak Lili masuk agar bisa mengecek pelaku teror yang ada di rumah Lili.
***
Lili memijat keningnya dengan satu tangan, tangannya yang lain membawa bukti rekaman CCTV sang pelaku teror.Saat ini Lili memutuskan bertemu orang itu di restoran biasa. Tidak mewah, tapi tempat ini jarang dikunjungi oleh orang-orang kaya yang mungkin saja adalah kenalan suaminya.
Lili tidak akan melibatkan suaminya kali ini, Lili ingin menyelesaikan masalahnya seorang diri.
Sopir yang sudah Lili suruh tutup mulut kini telah membawa mobilnya ke area parkir. Lili langsung turun meninggalkan sang sopir untuk masuk ke dalam restoran secara buru-buru. Lili muak jika harus bertemu orang itu, jadi satu-satunya cara agar masalah ini cepat selesai, adalah dengan langsung ke inti.
Lili berjalan menuju meja yang telah di duduki oleh Reza. Orang yang meneror Lili memanglah Reza, dia adalah pria yang tidak tahu malu, bahkan setelah tahu harapannya sirna, dia tetap mengejar Lili dengan cara gila.
Lili menyesal pernah menjadikan orang seperti Reza sebagai atasan. Lili juga menyesal telah mau masuk ke dalam hidup orang aneh seperti Reza.
"Brengsek," maki Lili, sebagai kata pertemuan yang padahal sangat Reza tunggu.
Reza tetap tersenyum manis seperti orang bodoh. Dia seperti orang aneh yang memang Lili pikirkan selama ini.
"Ada apa nona manis ingin bertemu kepadaku, apa kamu mulai merasakan getaran cinta?"
Satu gelas air yang Reza pesan kini telah membasahi wajahnya sendiri, setelah kalimatnya yang menjijikan itu rangkum.
Lili sebagai pelaku penyiraman tampak penuh amarah, menunjuk wajah Reza. "Pria Gila!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Tama (END)
Horror"Om Tama, gimana kalo nanti kita nikah?" tanya Lili. Tapi Tama yang mendengar itu malah tertawa kencang sambil melihat jalanan ramai. "Iya tidak mungkin, lah. Masak Om ganteng gini nikah sama ponakan yang jelek kaya kamu." "...." Namun, bagaimana ja...