Lili sepanjang makam malam terus melirik Tama yang makan dengan lahap, berbeda dengan Lili yang tidak selera karena binggung memikirkan bagaimana caranya mengajak Tama datang ke pesta ulang tahun kantornya.
Tanpa sadar Lili hanya terus mengaduk makannya tidak selera, matanya melirik Tama tapi pikirannya malah melayang. Tama yang melihat itu langsung menghela napas.
"Ada apa? Ada masalah?" tanya Tama setelah selesai makan duluan.
Lili cukup senang karena ternyata Tama memperhatikannya. Jadi dia langsung menggeleng dan tersenyum manis.
"Terus kenapa tidak makan? Mau pesan makan di luar saja?" Tama kembali menunjukkan perhatiannya, tapi lagi Lili hanya menggeleng.
Tama yang binggung Lili kenapa mengakat kedua alisnya dengan tatapan binggung.
"Om, Lili sebenarnya mau ...." Lili ragu, dia memainkan sendoknya di atas piring.
Sesekali Lili mengigit bibirnya saat melihag Tama telah menunggu sambungan kalimatanya. Lili semakim gugup dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Tidak jadi," ucapnya dengan kepala tertunduk.
"Loh?" Tama geleng-geleng kepala, ia mengelus rambut Lili dan berdiri dari duduknya. "Om mau ke ruang kerja dulu, kamu tidur duluan, ya."
Lili hanya mengangguk patuh, ia melihat Tama yang benar-benar sudah pergi dengan wajah cemberut.
Bagaimana nasibnya besok kalau sudah begini? Tidak mungkin Lili menerima perasaan Reza di saat sudah punya Tama sebagai suaminya, kan?
Mengajak Om sekaligus suaminya itu juga Lili ragu, apakah Tama mau, mengingat orang yang paling tidak setuju pernikahan ini adalah Tama.
Lili frustasi, ia mengacak rambutnya yang indah dan meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan sedikitpun nasi dan ayamnya.
***
Lili kemarin bergadang menunggu Tama hingga jam dua dini hari. Entah kenapa omnya itu sibuk membuat Lili semakin mengurungkan niatnya memberi surat undangan.Sialnya lagi, disaat pagi hari, Lili terlambat bangun. Alhasil Tama sudah tidak ada di kamar, dan Lili tidak bertemu Tama pagi ini.
Saat Lili turun dari kamar, beberapa pelayan sudah menyiapkan sarapan hangat di meja makan. Padahal ini sudah jam setengah sebelas.
"Tuan Tama meminta saya menyiapkan sarapan saat Nyonya sudah bangun."
Lili mengangguk, melihat ada sop ayam Lili semakin lapar. Belum lagi kemarin perutnya tidak terisi dengan puas, jadi Lili memutuskan untuk membalasnya sekarang.
Disaat Lili sudah mengambil semangkuk sup, teleponnya yang diletakkan di atas meja tiba-tiba berbunyi, menandakan kalau ada panggilan masuk.
"Hallo," ucap Lili yang segara mengakat ponselnya.
"Apa sudah bangun? Om sengaja tidak membangunkan karena tahu hari ini kamu hanya pergi pesta di sore hari," ucap Tama yang terdengar sangat perhatian.
Tapi bukankah Tama memang perhatian sejak lama? Kelakuannya yang kadang menyebalkan saja membuat Lili kesal beberapa saat.
Lili yang senang Omnya menanyakan hal yang sepele seperti sekarang pun tidak bisa menahan senyumannya. "Ini Lili sedang makan, lagian kalau belum bangun bagaimana bisa mengakat telepon Om sekarang?" jawab Lili sedikit bercanda.
Di seberang telepon Tama hanya terkekeh pelan, dan kembali bicara. "Soal undangan yang ada di atas nakas, Om datangnya agak telat, ya. Kamu duluan saja ke acaranya."
"Apa?!" Lili kaget sampai membuat Pelayan yang bersih-bersih menjatuhkan alat pelnya.
Bagaimana tidak berteriak, disaat Lili takut meminta waktu Omnya, Tama malah sudah tahu duluan dan setuju datang.
"Om serius?" tanya Lili memastikan lagi.
"Iya, kenapa tidak? Apa kamu ingin mengundang orang lain?" goda Tama yang sebenarnya hanya main-main.
Sontak dengan cepat Lili mengelak dan mematikan sambungan telepon. Lili sangat senang sampai tidak sadar telah makan sampai kekeyangan.
Setelah selesai makan Lili langsung ke lantai atas, mencari baju yang paling bagus dikenakan bersama omnya nanti. Lili juga akan berdandan sehingga Tama akan terpikat.
Banyak persiapan yang Lili lakukan, seperti luluran dan maskeran. Yang tentunya dimulai dari pagi itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Tama (END)
Horror"Om Tama, gimana kalo nanti kita nikah?" tanya Lili. Tapi Tama yang mendengar itu malah tertawa kencang sambil melihat jalanan ramai. "Iya tidak mungkin, lah. Masak Om ganteng gini nikah sama ponakan yang jelek kaya kamu." "...." Namun, bagaimana ja...