Tama kaget saat melihat kesekelilingnya hanya ada hutan lebat, dan di ujung sana terlihat ada desa yang masih menggunakan rumah tradisional.
Karena masih binggung dengen keberadaannya, Tama memandang penampilannya sendiri yang bertelanjang dada dengan kain yang menutupi bagian bawahnya.
Tama syok, hampir saja berteriak kaget sambil menutupi dadanya. Bagaimana bisa dia berpenampilan seperti lelaki penghibur di kota. Belum lagi tidak ada aksesoris mewah yang seperti Tama gunakan selama ini.
"Mimpi?" gumam Tama yang mulai tidak yakin dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Melihat seorang wanita melintas, Tama buru-buru menghentikannya agar tidak terus kebingungan sendiri.
Tapi saat wanita itu terlihat jelas, Tama semakin syok melihat bajunya seperti model-model jama dulu. Menutupi tubuhnya hampir seluruhnya dengan selembar kain yang lilit ke tubuh dan rok panjang yang menutupi hingga betis. Wajah wanita itu cantik, dengan rambut terurai.
"Tama?" tanya wanita itu, yang reflek membuat Tama langsung mengiyakan.
Wanita itu tertawa, entah apanya yang lucu. Tapi Tama yang tidak melihat ada orang lain lagi selain perempuan itu hanya bisa sabar.
"Ini di mana, ya?" Tama membuat tawa wanita itu berhenti seketika.
"Tempat tinggal kita."
Tama mengernyitkan alisnya binggung. "Maksudnya?"
Wanita itu menunjuk ke arah desa. Membuat pandangan Tama ikut mengarah ke desa juga.
Hanya ada cahaya obor, beberapa rumah warga, dan ini seperti Tama berada di zaman dahulu.
Tapi kalau benar, oh maksudnya kenapa Tama bisa berada di sini.
"Kita dijodohkan," ucap wanita itu menghentikan kegiatan Tama melamun.
Mengingat Lili, Tama spontan menjawab. "Saya sudah punya istri."
Tapi balasan wanit itu hanya senyum tipis, membuat Tama semakin dimabuk kebingungan.
Ia memperhatikan setiap detail wajahnya hingga dia tersadar, kalau itu ....
"Kita dijodohkan, cintaku tertanam. Bagaimana dengan cintamu?"
Tama menggeleng tidak paham, hingga tanpa sadar langkahnya berjalan mundur.
"Ouh, apa gadis yang lahir pada bulan purnama itu berhasil merebut hatimu, Tama?" tanya wanita itu tetap pada posisinya.
"Tapi kita jodoh, mana mungki terpisah."
Wush.
Dalam hitungan detik wanita itu berubah menjadi asap dan mengelilingi tubuh Tama.
Sakingnya pekatnya asap itu Tama sampai terbatuk hebat. Matanya memejam karena perih, tapi di saat Tama sudah merasakan asapnya hilang, ia tiba-tiba terbangun berada di kamar hotel.
Tama melirik gorden yang telah ditembus sang matahari. Itu artinya matahari di Bali sudah tinggi.
Kemarin malam ia menghadiri pesta salah satu klien besarnya. Jadi karena Lili juga tidak menemukan lokasi preweding padahal acara resepsi sudah semakin mepet, Tama memutuskan melakukannya sekalian saja di Bali. Lagi pula, acara ini juga tidak bisa ditolak.
Tama mengeser tubuhnya, memandang Lili yang terlihat masih lelap tidurnya. Mungkin Lili lelah, beberapa hari ini Lili juga hampang muntah dan pilih-pilih makanan.
Dengan sayang Tama mengelus pipi Lili. Memperhatikan Lili yang sedikit risih lalu menutup wajahnya dengan selimut.
"Lucu sekali," gumam Tama yang memutuskan untuk bangun dan bersandar di kepala tempat tidur.
***
Hari ini sungguh melelahkan, Tama dan Lili selesai preweding setelah langit hampir gelap.Tama sedang duduk selonjoran di atas pasir, sementara Lili duduk di depannya dengan kepala bersandar di dada bidang Tama.
Mereka masih mengenakan pakaian preweding mereka. Para potografer juga aktif memotret karena bisa saja hasil fotonya lebih bagus ketimbang serius seperti awal.
"Om Tama, Lili hamil." Tama yang sedang menikmati pemandangan pandai langsung menunduk, memandang Lili dengan tatapan tidak percaya.
"Kamu bercanda?" tanya Tama yang masih belum percaya.
Tapi Lili langsung mengubah posisi duduknya. Dia berbalik dan duduk di atas pangkuan Tama. Sehingga mereka terlihat sedang berpangkuan.
"Lili tidak bohong," ucapnya sambil mengecup pipi Tama.
Dengan tangan gemetar, Tama menyetuh perut Lili yang tertutupi kain. "Lili serius?"
Lili mengangguk cepat, memeluk leher Tama dengan bahagia.
"Kata dokter, sudah satu bulan." Lili bercerita lagi, membuat Tama langsung membawa Lili ke dalam pelukannya.
Lili hamil? Itu artinya Tama akan menjadi seorang ayah? Akhirnya setelah tiga puluh lima tahun umurnya Tama akan bisa melihat anaknya sendiri lahir.
Ini adalah bayangan Tama yang terlalu jauh, tidak pernah Tama memikirkan sebuah pernikahan. Apalagi yang akan Tama jadikan istri adalah keponakannya sendiri.
Tama melepaskan pelukannya, mencium hidung Lili sebelum pada akhirnya turun pada bibir.
Dengan penuh cinta Tama melahap bibir mungil Lili, mereka saling menikmati hingga potografer mendaptkan lebih banyak momen yang tidak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Tama (END)
Horror"Om Tama, gimana kalo nanti kita nikah?" tanya Lili. Tapi Tama yang mendengar itu malah tertawa kencang sambil melihat jalanan ramai. "Iya tidak mungkin, lah. Masak Om ganteng gini nikah sama ponakan yang jelek kaya kamu." "...." Namun, bagaimana ja...