Setelah pulang dari rumahnya, Lili menggunakan anjuran sang ibu. Ia diberikan baju terbuka berwarna merah muda. Celananya pun sangat pendek, hanya sebatas paha.
Lili sempat menolak karena malu. Tapi kata ibunya itu supaya Tama tergoda lalu jatuh cinta pada akhirnya.
Mau tidak mau Lili menurut. Setelah tadi mendengar mobil Tama telah tiba, Lili buru-buru duduk si kasur sengan badan setengah menyeder. Fokus Lili dialihkan kepada ponsel.
"Padahal mau goda suami sendiri, tapi kenapa berasa jadi wanita malam, si?" gumam Lili yang terus mengulir layar ponselnya bosan.
Tidak lama pintu kamar akhirnya terbuka, dan terlihatlah wajah kusut Tama yang tidak seperti hari biasanya.
Dengan acuh tidak acuh Tama memandang Lili, matanya menangkap baju seksi yang Lili pakai. Tapi tidak lama Tama malah menghela napas lelah.
"Apa AC rusak? Aduh mana kepala lagi pusing, terus sekarang harus gerah-gerahan," ucap Tama yang langsung mencari baju ganti.
Lili yang tidak mengerti maksud Tama hanya terdiam seribu cukup lama. Lalu buru-buru menjelaskan kalau AC tidak rusak.
"Kenapa Om berpikir AC rusak, masih adem, kok," ucap Lili yang membuat Tama menoleh ke arah Lili.
Matanya langsung memandang baju Lili pakai. "Kalau nggak panas, kenapa bajunya gitu?"
Lili hampir tersedak ludahnya sendiri. Padahal Lili yakin kalau Tama itu normal, tapi kenapa sekarang malah terlihat seperti om-om polos?
Lili memaksakan senyumannya, walaupun terlihat horor Lili tidak peduli lagi. Masa bodo, Lili sedang kesal.
"Hem ... pengen aja pake baju gini, hehe ...."
"Ouh," ucap Tama langsung masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Lili yang melongo tidak percaya.
Jawaban Tama benar-benar simpel, hanya ouh, lalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi.
Lili saja yang lebih muda dari Tama tahu, tidak akan ada pria yang menolak jika sudah melihat lampu hijau dari istrinya.
Ah, Lili benar-benar pusing memikirkan omnya itu.
***
Hari ini perusahaan mentraktir para pegawainya. Mereka semua diajak ke salah satu restoran mewah. Ini juga berkat tim Lili berhasil memenangkan proyek besar enam bulan lalu, dan sekarang proyek itu berhasil diselesaikan.Tanpa diduga perusahaan yang melihat hasil proyek Lili sangat merasa puas. Mereka memberikanya bonus yang cukup tinggi. Hasilnya sekarang Reza gunakan untuk mentraktir para pegawainya.
Saat Lili datang ke tempat hanya tersisa satu kursi, dan itu adala meja tempat bosnya duduk seorang diri.
Sekarang Lili menyesal memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih dulu ketimbang langsung pergi menyusul.
Lili dengan canggung menarik kursi. Tidak ada orang lain duduk di sana, karena kebetulan kursinya memang hanya ada dua.
"Wah kebetulan sekali, ya. Seperti sedang kencan," ucap Reza tiba-tiba.
Lili yang memang canggung hanya terkekeh pelan sambil mengangguk sekali.
Reza juga langsung menyerahkan buku menu kepada Lili. Dari pada basa-basi canggung, Lili lebih memilih untuk memesan makanan saja.
Pelayan restoran langsung mencatat pesanan Lili, dan juga Reza yang ternyata belum memesan dari tadi. Reza seperti sedang sengaja menunggu Lili.
Lili memandang ke sekitar tempat, melakukan apa saja agar tidak bersitatap dengan sang bos. Tapi sialnya, Reza malah terus memandangnya tidak lepas-lepas.
"Lili," panggil Reza yang membuat Lili menoleh pada Reza.
"Ada yang ingin saya sampaikan," ucapnya dengan nada yang terdengar lembut, tapi entah kenapa menjadi mencekam saat Lili merasakannya.
Lili hanya mengangguk, mengizinkan bosnya itu mengatakan sesuatu yang kiranya penting.
"Sebenarnya saya sudah suka kamu sejaka lima tahu lalu," ucapnya tiba-tiba tanpa ada tanda.
Mungkin bagi orang ini impian, tapi untuk Lili sendiri adalah kesialan. Bagaimana bisa kecurigaan teman-teman kantornya bisa benar.
"Tapi, Pak ...."
"Saya sudah suka kamu sejak awal masuk kerja di kantor saya. Tapi pada saat saya menyadari kamu berasal dari keluarga mana, saya menyembunyikan perasaan ini. Saya belum siap untuk bersanding dengan kamu Lili. Makannya saya lebih bekerja keras beberapa tahun kemarin, dan hari saya sudah menyiapkan diri untuk mengukapkan perasaan saya."
Karena ucapannya yang pertama di potong, Lili diam pada waktu yang lama akhirnya.
Ia memandang para kariawan yang saling bisik, mungkin karena mendengar ucapan Reza.
Lili bimbang harus menjelaskan dengan cara apa. Setelah ragunya yang tidak bisa hilangpun, Lili belum sanggung berkata-kata.
"Kamu tidak perlu menjawan sekarang," ucap Reza yang mengira mungkin Lili butuh waktu.
Reza menyerahkan kartu undangan untuk acara ulang tahun perusahaan besok. Setiap kariawan tidak perlu undangan, ini biasanya untuk orang luar perusahaan yang secara khusus di undang.
"Kalau kamu besok membawa pasangan kamu ke ke acara, itu artinya kamu menolak. Tapi kalau besok kamu tidak membawa siapa-siapa, kamu harus menjadi kekasih saya mulai besok."
Lili mengangguk, mengambil surat undangan itu. Walaupun setelah menjadi canggung, Reza tidak peduli. Yang jelas dia senang jika Lili sudah tahu perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Tama (END)
Horror"Om Tama, gimana kalo nanti kita nikah?" tanya Lili. Tapi Tama yang mendengar itu malah tertawa kencang sambil melihat jalanan ramai. "Iya tidak mungkin, lah. Masak Om ganteng gini nikah sama ponakan yang jelek kaya kamu." "...." Namun, bagaimana ja...